[BAGIAN 4] MODUS

14 4 0
                                    

'Kenapa percintaan gue gini banget sih?! Gue juga pengen kali kek orang-orang!'

Sepulang dari Mall itu, Dara langsung menuju ke kamarnya. Mengomel dan menyayangkan nasibnya.

"Ah! Tau ah! Bodo amat!" Ucapnya kesal sendiri.

"Daripada mikirin yang tadi mending rebahan! Kasian otaknya istirahat," monolognya.

Dan tak lama kemudian, terdengar pintu rumahnya terbuka. 'Pasti udah pada pulang,' pikirnya. Dan benar saja, sebuah suara dari ibunya menginterupsi.

"Kakak!!"

"Iya, mah."

"Turun sini!"

Mendengar itu dia terpaksa bangun dari rebahannya.

"Kenapa, Mah?"

"Udah makan?"

"Udah kok, Mah. Makan di luar tadi."

"Wahhh~ bawa jajan gak?" Sahut adik Dara.

"Nyamber aja, anak kecil! Ada tuh di meja makan."

"Asikk!" Sahut Fana senang.

Dia pun kembali ke kamarnya dengan ekspresi yang sama saat sampai di rumah, kesal. Perempuan itu pun kembali melanjutkan ocehannya.

.•°•.•°•.•°•.


"Van, Deon itu suka ya sama Thyza?" Tanya Dara kepada Vania

"Lo ketinggalan berita banget ya? Deon tuh udah ngejar Thyza dari waktu MPLS!" Jawab cewek itu.

"Hah?! Seriusan lo!"

"Iyalah. Apa untungnya kalo gue boong?" Sahutnya santai setelah meminum jus pesanannya.

"Tapi, bukannya waktu kelas 10 dia pacaran sama Caca?" Tanya Dara bingung.

"Iya, tapi pacarannya bentar, kan? Katanya nih dia mutusin Caca karena dia belum bisa pindah dari Thyza."

"Berarti Caca dijadiin pelampiasan? Gitu?"

"Ya, bisa jadi."

"Eh, tapi kok kayaknya, cewek yang pernah punya hubungan sama dia rata-rata anak-anak famous ya?"

"Ya iyalah namanya juga anak OSIS, nyari sama deketin anak yang punya nama, lah."

'Kalo gitu, gue gak punya kesempatan donk?' Batin Dara pesimis.

"Emang kenapa? Tumben lo nanyain dia."

"Hah? Gak papa pengen tau aja," alibinya.

"Masa? Tapi gak biasanya lo kepo sama bocah cowok?"

"Ah, itu,,, abisnya gue sering liat Deon ngeliatin Thyza di kelas," kata Dara.

"Ohh. Yaudah yuk, ke kelas. Udah mau bel." Dara pun mengiyakan perkataan Vania.

.•°•.•°•.•°•.


"Ok, anak-anak materi hari ini dirangkum seperti mading. Bergambar serta diberikan penjelasan yang mudah untuk dipahami. 4 orang untuk 1 kelompok, depan belakang-depan belakang biar gak ribet."

"Baik, Bu!"

"Oh iya, dikumpulkan pertemuan pertama Minggu berikutnya."

Setelah itu bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa jam sudah berakhir. Setelah mayoritas murid kelas itu sudah keluar, Deon mendatangi meja Thyza.

"Za, pulang bareng kuy!" Ajaknya.

"Mmm, gimana ya? Gue bawa mobil sendiri soalnya. Sorry ya. Next time, deh."

'hahaha, mamposs!' batin Dara tertawa senang.

"O-oh, iya, gak papa," kata cowo itu sedikit gugup.

'Thyza gak mau kan? Sama gue aja! Gue sendirian nih!' Batin Dara kembali berharap dengan memaksa.

"Woy, Dar! Buruan! Mau jadi nyamuk lo!" Ucap Vania karena kesal melihat Dara yang gerakan tangannya semakin lambat dengan wajah yang sungguh tidak bisa dikondisikan.

"Ck, iya. Sabar dikit kenapa sih," decak Dara.

Sebenarnya Dara ingin mengulur waktu untuk menguping pembicaraan antara Thyza dan Deon yang sebetulnya tidak terlalu penting. Tapi, karena sahabatnya ia tidak jadi melakukannya. Dan ketika sampai di parkiran,,,

"Sorry Dar, gue dijemput. Haha," kata Vania sambil tertawa meledek.

"Dog-gy! Untung gue orangnya sabar."

"Sabar apaan! Baru ngumpat kok sabar!"

"Udah sana lu pulang! Kasian bokap lo nungguin!"

"Ngusir? Bilang boss." Ucapnya sambil melenggang pergi.

Dara mengabaikan perkataan Vania. Dia langsung bersandar pada motor salah satu guru di sekolahnya yang terparkir. Tak lama, Deon keluar dari daerah parkiran mobil. 'Pasti abis nganterin Thyza', pikirnya.

Sementara itu, Dara semakin kesal karena ia belum juga mendapatkan ojol untuk mengantarnya pulang. Di handphone nya sekarang hanyalah ada lingkaran dikarenakan jaringan dan baterai yang tidak mendukung.

'Nih HP umurnya tinggal ngitung jari nih,,, nah kan bener mati.

'Terus gue pulang sama siapa donk? Masa nebeng Deon? Ya, gue sih mau-mau aja.'

Karena tidak mau melewatkan kesempatan, ia pun memberanikan diri.

"Deon? Gue boleh minta tolong gak?"

"Hm? Minta tolong apa?" Tanyanya bingung.

"Bisa pesenin ojol gak? Soalnya hp gue mati," tanya Dara, padahal dia tau Deon tidak memiliki aplikasi ojol. Tapi, siapa tau saja ia akan menawarinya tumpangan, modus.

"Sorry, gue gak punya apk ojol."

"Y-yah, terus gue pulangnya gimana donk?" lirih Dara.

"Emang rumah lo dimana?"

"Di jalan Manggis."

"Oh, searah donk sama gue. Gue anterin aja, gimana?" Tanya Deon termakan modus Dara.

"Beneran gak papa? Bukan basa-basi doank kan?"

"Ya bukanlah! Gini-gini gue masih punya rasa kasihan sama orang. Apalagi cewe."

Dara yang mendengar itu pun tersenyum. Meskipun yang dilakukan oleh Deon adalah karena rasa kasihan, tapi tidak apa-apa. Beginilah Dara kalau sudah bucin.

"Yaudah kalo gitu. Makasih ya, Yon," ucap Dara tetap stay cool.

"Makasihnya nanti aja kalo udah nyampe. Buruan naik udah sore." Ucapnya sambil memakai helm dengan tidak sabaran.

"Iya, gak sabaran banget sih." Ia pun langsung menaiki motor Deon.

Mereka pun keluar dari area sekolah.

.•°•.•°•.•°•.


Thank you for reading
(◠‿・)-☆

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SURRENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang