| What?

38 5 2
                                    

Happy Reading <3

ㅡㅡㅡㅡ

"Gue masih nggak nyangkaㅡ"

"Iya iya Bang Taeyong puitis ternyata" Yoona mendecak malas, "Lo udah ngulang kalimat itu dua puluh lima kali selama dua hari ini".

Chaeri meringis, menggaruk pipinya dengan kikuk. Setelah Taeyong melempar celetukan kemarin, Chaeri jadi takjub sendiri. Belum pernah dia melihat laki-laki puitis secara langsung, sehingga gadis itu mendadak jadi lebih dekat dengan Taeyong. Lucas jadi jengah sendiri mendengarnya.

"Aku juga bisa puitis!" Seru Lucas sedikit menaikkan dagu.

Haera menoleh, "Sejak kapan coba?" Tanyanya lalu memicing menatap pria yang berstatus adiknya sendiri.

Usia Haera dan Lucas hanya terpaut satu tahun setengah, membuat orang tua mereka memilih Haera menganggur satu tahun dan berakhir keduanya menjadi satu angkatan.

"Nggak percaya? nih dengerin" Lucas berdiri dari duduknya.

"Oke gais, ini adalah momen pertama kali seorang Lucas ingin berpuitis" Haechan menjadikan sikunya sebagai kamera, lantas mengarahkannya ke Lucas. Jeno tak mau kalah, dia mengambil sebatang sapu di ujung kantin untuk dijadikan microphone.

Lucas berdeham singkat, menaikkan satu kakinya ke atas kursi, lalu berlagak seperti pembaca puisi ternama.

"Disini di atas kursi. Ku bacakan sebuah kalimat penuh arti. Bagai mawar merah ditengah padang pasir. Bagai noda coklat di kain putih. Terlalu kontras dan menarik. Seperti itulah aku memerhatikanmu wahai gadis.."

"WHOAAAAAA!" teriakan menggema di seluruh penjuru kantin. Ya bagaimana tidak, suara menggelegar pria itu sangat menarik perhatian, terutama kalimat-kalimatnya.

Yoona terdiam menganga sementara Haera menutup mulut tidak percaya. Haechan dan Jeno bahkan sudah melupakan tugas mereka sebagai juru kamera dan microphone.

Hanya Chaeri yang berekspresi berbeda. Ditengah keriuhan para siswi, gadis itu hanya mengangkat satu alis dengan ekspresi datar tak terbaca.

"Sekarang kasitau, kurang puitis apa coba?" Lucas mengangkat kedua alisnya sombong. Riuh kantin mulai mereda, menyisakan beberapa orang yang masih membahas kejadian tadi.

"Gila lo, sumpah gue nggak nyangka" Haechan menepuk pundak lebar Lucas.

"Gue juga nggak tau lo bisa seㅡ"

"Itu kalimat Bang Taeyong" celetuk Chaeri lalu kembali memakan jajanannya, tidak peduli.

"HAH?" Lucas seketika tersedak ludahnya sendiri.

"Jadi bukan kalimat lo?! Wah gajadi takjub guee, nggak jadii" Haera menjitak kepala Lucas.

Haechan dan Jeno ikutan membully teman bongsor mereka itu.

"Sayaang bantu akuu, aww sakit.."

Chaeri bergidik menatap Lucas sembari memakan jajanannya, sama sekali tidak menaruh peduli.

"Tapi cara lo baca puisi juga keren sih, walaupun pake kalimat orang" Yoona mengangguk-angguk sendiri lalu bertepuk tangan kecil.

Chaeri diam-diam mengiyakan itu, karna jujur saja hatinya hampir porak-poranda mendengar Lucas berpuisi.

"Tapi kok lo bisa tau itu kalimat Bang Taeyong?" Tanya Jeno sambil masih memiting leher Lucas.

"Kan gue udah mintain semua puisi-puisi dia kemaren. Bagus-bagus banget sih, parah" Chaeri geleng-geleng kepala, masih takjub.

"Ntar aku bikin puisi sendiri, liat aja" Lucas bersungut, membuat semua kembali fokus mengisi perut.

"Oiya" Haera teringat sesuatu, "Kata Bang Jaehyun besok temen-temennya mau ke rumah lagi"

About Time [NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang