Happy Reading<3
——————
Satu hari tapi terasa setahun bagi Yoona. Jangan tanya kenapa. Seperti kata Jungwoo, Yoona entah mengapa bisa dekat dengan Jieun yang bahkan Yoona sendiri baru tau ada gadis bernama Jieun di sekolah ini.
Tapi bukan itu yang membuat Yoona muak setengah mati hingga rasanya tidak ingin kembali ke sekolah hari ini.
Yoona dan Jieun memang tidak sekelas, tapi Jieun yang selalu mampir ke kelasnya.
Bersama Haechan.
Tolong garis bawahi, bersama Haechan.
Mengingatnya saja Yoona sudah ingin menangis.
"Iya, kan Haechan pacarku"
Kretek </3
Mudah sekali mulut Jieun berkata demikian hingga semalaman Yoona tak bisa tidur dengan tenang.
Tidak tahan, akhirnya Yoona menyerah. Gadis itu menyembunyikan kepalanya diatas meja lalu menangis. Untung kelas masih sepi karna hari ini Yoona berangkat cepat. Jungwoo mengatakan dirinya piket hari ini.
Lagian Yoona berpikir kenapa abangnya itu tidak pergi ke sekolah sendiri saja. Biasanya juga begitu kan. Kenapa tiba-tiba hidupnya berubah begini.
"Heh ngapa lu?" Suara berat yang tidak asing melintas di kedua telinga Yoona.
Tapi gadis itu ogah mengangkat kepala. Ntah bagaimana reaksi Lee Jeno jika melihat dirinya menangis—
Yoona refleks mengangkat kepala sembari melotot lebar-lebar ke arah Jeno. Yoona kaget. Jeno lebih kaget.
"Lo.. nangis—"
"INI BENERAN LO?" Yoona memotong cepat dengan ekspresi masih membelalak.
Lee Jeno mengangguk patah-patah "Ya.. Yaiyalah emang—"
"HUWAAA" Terbawa emosi, Yoona refleks memeluk pria didepannya itu, membuat Jeno makin terkejut.
"Tenang dulu anjir gue bingung ini" Jeno mencoba menenangkan Yoona sembari melihat keluar, Jeno tidak mau jika ada yang melihatnya berpelukan di pagi buta. Jeno bisa kena skandal perselingkuhan mendadak.
Yoona melepas pelukannya dan segera menyapu wajah dengan lengan baju. Terselip sedikit perasaan lega karna sudah meluapkan emosinya lewat tangisan. Selama ini Yoona paling anti menangis didepan teman-temannya.
Lee Jeno duduk di bangku didepan Yoona, menunggu gadis itu tenang.
"Kok tumben ya blom pada ngumpul" Jeno melirik keluar kelas.
"Ya itu yg gue tangisin" Yoona menjawab lemah, suaranya terdengar serak.
Alis Jeno terangkat satu.
"Ke luar aja yok, ntar lo liat sendiri" Yoona melangkahkan kaki duluan.
Jeno mengikuti langkah Yoona, lalu mereka duduk di kursi depan kelas.
"Btw Haera mana ya? tumben juga jam segini belum dateng" Jeno melirik ke kelas sebelah.
"Gue aja nggak yakin Haera masih pacar lo"
Jeno otomatis menoleh, "Maksud lo?".
"Liat aja tuh" Yoona menggerakkan dagunya ke arah dua orang yang tengah tertawa bergandengan tangan di sepanjang lorong.
"Dih apa-apaan?!" Yoona langsung menahan Jeno karna pria itu hendak pergi menyusul Haechan dan Jieun yang sepertinya berangkat sekolah bersama.
"Nggak, tunggu dulu"
Sesuai dugaan Yoona, Jieun pasti berjalan kearahnya.
"Ciee pagi-pagi udah berduaan sama Jeno, jadian aja napa" sapa Jieun sembari terkikik.
"Iyaa, kalian cocok juga tuh" Haechan cengengesan.
Jeno bingung setengah mati. Sementara Yoona merasakan tangannya terkepal kuat. Namun ekspresi mereka tak menghentikan Haechan untuk menggoda.
"Apa jangan-jangan ini lo mau nembak dia? wah kita ganggu nih sayang, pergi yokk" Haechan menarik tangan Jieun agar pergi sambil tertawa senang.
Yoona dejavu. Jeno apalagi.
Kika di dunia nyata, tadi itu adalah momen persis ketika Jeno akan mengajak Haera pacaran dengan posisi Jieun adalah Yoona.
Wajah Jeno merah padam menahan marah dan bingung.
"Yoon, cepet jelasin sebelum gue ngamuk" Wajah Jeno terlihat menghakimi.
"Kalo gue tau ngapain gue nangis tadi Jenoo" Yoona rasanya ingin menangis lagi saja.
Jeno terdiam dengan rahang mengeras.
"Asal lo tau, pas kemaren gue masuk sekolah semua udah kayak gini. Tiba-tiba gue deket sama si Jieun-Jieun itu. Tiba-tiba Haechan pacaran sama Jieun, Tiba-tiba gue jomblo. Semuanya tiba-tiba, Jen, bukan lo doang yang bingung" Yoona melampiaskan keresahannya sejak kemarin.
"Dan tiba-tiba juga hari ini lo jadi jeno yang sebenarnya. Padahal kemaren, lo yang tempat duduknya disamping gue, lihat gue aja nggak ada. Gue bingung, gue nggak ngertii" Yoona mengusak rambutnya frustasi.
Jeno termangu, matanya melihat ke seragam yang dipakainya hari ini. Seragam hari selasa.
"Bukannya kemaren masih hari sabtu?" Napas Jeno tak teratur setelah menyadarinya.
"Iya hari sabtu kan? Gue abis nobar malming sama Mark di rumah semalam, Yoon." Jeno meminta jawaban.
"Gue juga inget habis malmingan bareng Haechan, gue ga tau kenapa kemaren bisa langsung hari senin" Yoona menggeleng tidak jelas. Pikirannya tidak menemukan jawaban apa yang terjadi sekarang. Mereka melewati hari?
"Trus yang lain? Lucas? Haera? Chaeri?" Jeno masih ingin menemukan jawaban dibalik semua ini.
Yoona menggeleng, "Gue udah ketemu Lucas, dia lebih deket sama Dejun sekarang, Haera Chaeri belum ada ketemu, gue di dalam kelas terus"
"Dejun Lucas? Bukannya mereka musuhan?" Alis Jeno terangkat lagi.
Yoona angkat bahu tak acuh, kepalanya sudah mau meledak.
"Lo udah pernah nyoba nelpon atau chat mereka gitu?" Jeno bertanya.
Yoona menggeleng lagi, "Kontak mereka semua ilang"
Jeno mendesah pasrah, koridor semakin ramai dengan siswa yang berdatangan.
Yoona hampir pasrah, sebelum ekor matanya menangkap sosok Lee Taeyong barusan mengintip dari ujung koridor.
Yoona tidak salah lihat kan? buat apa pria itu disekolahnya pagi-pagi?
Memang tidak ada larangan untuk para alumni yang ingin ke sekolah, cuma harus pagi-pagi begini?
Yoona jadi teringat pertemuan terakhirnya dengan Lee Taeyong.
Saat dimana dia tengah menunggu Haechan untuk malam minggu mereka.
—————
ヽ(✿゚▽゚)ノ
-2810
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time [NCT]
Fanfic"Berteman nggak perlu satu umur, yang penting satu humor" ----- Pertemanan yang tidak pernah terpikirkan memang terdengar mustahil. Pernah mendengar alumni sekolah berteman baik dengan adik tingkat yang masih sekolah? Mereka bisa dengan takdir yang...