BAGIAN ENAM

30 5 1
                                    

"Naa!"

"Anna!"

"Annaya!"

Tidak ada sahutan dari balik pintu gerbang rumah sederhana annaya. Tak terlihat pula sosok cantik itu, menyambut kedatangannya.

Marco nekat memanjat tembok rumah Annaya yang langsung mendaratkan kakinya ditaman yang sering kali dirawat gadis itu. Marco sempat mengernyitkan dahi kala pintu rumah annaya ternyata tidak dikunci.

"Astaga Annaya! Bisa lo bikin gue kalang kabut pagi-pagi dan lo duduk tenang makan sereal?"

Annaya mengerutkan keningnya, melihat marco berdiri didepan counter meja makan rumah kontrakannya dengan muka setengah putus asa.

Rumah kontrakan Annaya hampir mirip seperti rumah orang tuanya, hanya saja dengan ukuran lebih kecil. Terdapat dua buah kamar tidur yang salah satunya dialihkan fungsi sebagai perpustakaan pribadi juga ruang kerjanya. Serta dapur lengkap dengan meja makan yang langsung menghadap ruang bersantai.

"Lo kenapa co?"

Marco menghela nafas kasar "kenapa belum rapih?"

"Loh mau kemana? Emang kita ada rencana?"

"Lo gak ke toko? Gue kesini kan mau nganter elo lah."

"Emang semalem gue ga bilang ya? Kalo hari ini elo ga perlu anter gue. Gue mau kebengkel kayaknya reddy udah bisa diambil."

Lagi-lagi Marco menghela nafas kasar lalu menyandarkan dirinya di sofa, menutup mata serta membelakangi Annaya yang masih duduk tenang dimeja makan.

"Lo bikin gue khawatir Nna."

Annaya bergerak mendekati marco duduk menghadap lelaki yang sedang memejamkan matanya. "Kenapa?" ucapnya halus.

"Lo hilang semalaman, gue gabisa hubungin elo sama sekali sejak gue anter lo pulang kemarin,"

"Gue pikir lo ketiduran tapi sampai pagi gue coba hubungin elo sama sekali ga bisa Nna. Padahal mustahil lo ga bangun pagi kecuali malemnya abis mabok,"

Annaya menarik pelan kepala marco, membiarkan lelaki itu bersandar di dadanya, meluapkan semua kekhawatiran. "Makanya gue khawatir apalagi pas sampe sini, lo sama sekali ga nyaut panggilan gue. Telpon lo masih gabisa dihubungi sedangkan gerbang rumah lo digembok, Gue panik Nna."

Annaya mengelus pelan rambut marco, menenangkan kegelisahan lelaki baik ini. "Maaf ya. Setelah semalem lo anter gue pulang, gue emang langsung mandi dan tidur kemarin toko hectic banget lo tau kan,"

"Pas bangun pagi gue ga ada pikiran untuk megang handphone. Gue langsung olahraga, selesai itu gue mandi dan pas mau sarapan elo udah didepan gue."

"Terus kenapa ga jawab pas gue panggil panggil lo depan gerbang?"

"Kayaknya pas lo manggil pas banget gue lagi mandi, lo liat kan rambut gue masih pake handuk."

Marco mengangkat tubuhnya yang bersandar dengan Anna. Menatap serius gadis itu "gue mau lo kasih kunci duplikat gerbang dan pintu rumah ini ke gue."

"Lah kok?"

"Yang ini perintah Nna, gue ga mau didebat."

Annaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang