Klik.
Suara pintu terbuka, diiringi suara sepatu yang beradu dengan lantai kayu. Harum bunga menghiasi seluruh ruangan, berasal dari vas-vas besar yang berbaris rapih.
Suara langkah kaki mengarah pada suatu ruangan dengan pintu kayu, dibukanya pintu tersebut. Menaruh tas yang sejak tadi bertengger di pundak, lalu melepaskan kardigan yang sedari tadi melindunginya dari udara dingin.
Bagaimana tidak dingin? Ini bahkan masih pukul enam pagi dan pendingin ruangan menyala dua puluh empat jam tanpa dimatikan.
Tangan cantiknya menarik sebuah apron berwarna marun bertuliskan 'Annaya' digunakannya apron tersebut dan mulai menyanggul rambutnya yang Indah.
Annaya, berdiri didepan lemari pendingin mulai mengeluarkan cake untuk dipajangnya hari ini setelah dibuat kemarin malam. Karyawannya tentu belum berdatangan sebab ini masih sangat pagi bahkan terlalu pagi.
Annanya mengeluarkan bahan-bahan, mulai dari tepung terigu sampai ke pelembut adonan. Ia bersiap menggunakan jemarinya untuk membuat sebuah adonan cake yang manis dan lembut.
Annaya dengan telaten membuat semua adonannya, menunggu mereka matang di oven sambil menari sesuai irama lagu yang sejak tadi dinyalakan, guna melenyapkan sepi.
Annaya mulai menghias cupcake cantik dengan berbagai hiasan cream berbentuk bunga belum pula ditambah dengan taburan pearl. Ia membuat puluhan cupcake, menatanya satu persatu diatas sebuah tray putar.
"Non Anna?" seorang perempuan lain datang dengan rasa penasaran sebab pintu depan sudah tidak terkunci.
"Ah, kamu Rara. Bikin kaget aja, kok udah dateng? Memangnya ini jam berapa?" tanya annaya berbalik sebab posisinya tadi memunggungi perempuan bernama Rara itu.
"Jam tujuh lewat sepuluh non, yang lain juga pasti akan datang sebentar lagi."
"Wah udah siang ternyata. Bisa tolong bantu saya bereskan ini?"
"Tentu non. Nona membuat apa sampai harus datang pagi pagi begini?"
"Ah, cuma beberapa cupcake. Ini hari senin banyak orang yang membencinya, kita harus bagikan cupcake pada setiap pelanggan. Agar hari ini sedikit menyenangkan untuk mereka."
"Harusnya nona meminta saya datang lebih awal, saya bisa bantu nona agar tidak lelah membuat cupcake sebanyak ini sendirian."
"Kamu memang anak baik Rara tapi melakukan ini sama sekali ga bikin saya lelah. Yaudah saya mau ke ruangan saya, kalau kamu atau anak anak yang lain mau makan aja yaa." ucap Annaya berlalu.
***
Anna duduk bersandar pada kursi kerjanya, membaca apa yang perlu iya urus hari ini. Sebenarnya tidak banyak yang bisa dilakukan, seorang pemilik usaha sederhana.Terlebih usahanya hanya bergerak pada bidang industri makanan dan jasa. Ia hanya perlu memastikan kualitas pemasok bahan baku, kualitas sumber daya manusia, kebersihan serta pelayanan yang baik. Sudah pasti akan mendapatkan kepuasan konsumen dan mereka akan dengan suka rela datang kembali.
Namun ada satu hal yang harus Anna urus hari ini. Pemasok bunga-bunga cantik miliknya telat mengirimkan bunga baru tanpa pemberitahuan lebih dulu.
Maka dari itu, disini lah Anna. Duduk dibalik kemudi mobil merah kesayangannya, di jalanan ramai menuju Puncak.
"Naaa, lo dimana?" ucap seseorang dengan suara berat yg khas.
"Dijalan, kenapa?"
"Kemana? Gue ke toko kata anak anak elo keluar."
"Gue lagi mau ke Puncak marco."
Dibalik suara berat khas itu ada seorang lelaki bertubuh tinggi, berbadan tegap serta wajah yang manis. Lelaki itu bernama Marco teman satu universitas Anna semasa kuliah dahulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Annaya
ChickLitPerempuan berusia 25 tahun? Belum nikah? 'Emang nikah penting? Nikah itu cuma tuntutan masyarakat biar ga dibilang perawan tua udah itu aja 'kan?' Setidaknya itulah yang dipikirkan anna, ia merasa hidupnya sudah sempurna lalu mengapa butuh menikah...