BAGIAN TUJUH

7 3 0
                                    

"Pak Marco kecelakaan Non."

"Apa?! Dimana?" Annaya terkejut luar biasa. Ia langsung melepas apronnya, menghampiri Rara.

"Dimana Ra?!" Ucap Annaya mengguncang tubuh Rara.

"Di Sentra medika Hospital non." Tanpa banyak kata. Annaya berlari ke ruangannya, mengambil tas serta kunci mobilnya. 

Annaya pergi dengan tergesa, mengendarai Reddy dengan penuh kepanikan. Ia mengklakson siapa saja yang menghalangi jalannya.  Beberapa kali berdecak kesal karna terhalang lampu merah.

"Shit!" Decak Annaya karna tak sengaja menyerempet mobil disampingnya saat ia ingin menyalip.

Seorang lelaki turun dari mobil yang ia serempet. Menunjukan jari telunjuk ke arah Anna "Turun lo! Bisa bawa mobil gak?!"

Annaya memejamkan mata menenangkan emosi yang mulai menguasai dirinya.  Lalu membuka pintu "Sorry ya mas, maaf banget saya beneran gak sengaja."

"Ga cuma bisa minta maaf dong mba. Mobil saya lecet nih ayo tanggung jawab." 

"Untuk sekarang saya belum bisa, saya harus kerumah sakit segera. Ini kartu nama saya, disana juga ada nomor telpon yang bisa kamu hubungi untuk saya kirim jumlah pertanggung jawabannya."

Lelaki itu mengerenyit tidak percaya.  "Ini beneran kartu nama mbanya kan? Mba ga nipu saya kan?"

Annaya mendesah kesal. "Itu benar kartu nama saya. Itu alamat dan nomor telpon toko milik saya, bisa hubungi kesana nanti saya minta pegawai saya yang mengurus semuanya." Untungnya Lelaki itu akhirnya memilih percaya pada Anna dan mengijinkan annaya berlalu.

Sepatu hak tinggi Annaya terdengar mengetuk lantai marmer rumah sakit dengan tidak sabaran. Raut wajah panik terlihat jelas di wajah gadis cantik itu.

Annaya berdiri tepat dimeja informasi menatap penuh harap pada perempuan berseragam hijau dibalik meja itu. "Saya mau tanya apa ada pasien kecelakaan yang baru saja diantar?"

"Maaf sebelumnya apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Pasien korban kecelakaan dimana dia sekarang?"

"Ada dua pasien kecelakaan yang diantar ke rumah sakit sore hari ini, salah satu dari keduanya sedang ada di ruang operasi boleh saya tau nama pasien yang kaka cari?"

Nafas Annaya kian memburu khawatir luar biasa tak terbendung mendengar penuturan suster didepannya. "Marco Antonio Diguel."

Sejenak perempuan dihadapan Annaya sibuk dengan kertas didepannya. "Untuk pasien bernama Marco Antonio Diguel, ia ada diruang IGD. Kaka bisa langsung belok kanan dari sini."

Annaya tak ayal menghembuskan nafas lega setidaknya yang naik meja operasi bukan lelaki baiknya itu.  Annaya berlalu setelah mengucapkan terima kasih. 

Rasa lega makin tidak terelakan saat melihat Marco duduk dengan tenang di bangkar rumah sakit.  Annaya sedikit berlari menghambur dalam pelukan lelaki yang sempat membuatnya khawatir bukan kepalang.

"Aku takut banget kamu kenapa-kenapa."

"Nna sakit." lirih Marco.

"Takut banget Co." Annaya terisak.

Marco terpaku merasakan tubuh Annaya bergetar karna terisak. Nafasnya juga mulai terdengar putus putus sebab gadis itu menangis sambil mengucap beberapa sumpah serapahnya.

Annaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang