"Joy, lo ada masalah apa sih sama gue?" teriak Arvhi penuh penekanan.
Gadis itu terdiam dengan kepala menunduk. Rasanya benar-benar mirip dengan kalimat "Habis jatuh tertimpa tangga", sudah badan sakit masih harus mendengar omelan Arvhi. Apalagi adegan kali ini ditonton oleh banyak orang, sumpah Joy tidak tahu harus menyembunyikan wajahnya di mana.
"Lo sengaja kan Joy? Jatuh hari ini, jedotin bola ke gue kemarin? Kalau mau caper pake cara yang lebih waras nggak bisa?" ujar Arvhi penuh emosi.
Joy sudah muak. Dia menatap Arvhi dengan tajam. "Kepede-an banget lo, asal lo tahu, gue gak ada niatan sama sekali buat caper sama lo. Kejadian kemarin ataupun hari ini, benar-benar di luar dugaan gue. Gue juga gak berharap tadi lo ada di belakang gue," teriak Joy puas.
Arvhi masih ingin menyangkal ucapan Joy. Namun sayang, usahanya dihentikan oleh siswa-siswa yang berdiri mengelilinginya.
"Kalian berdua kalau mau berantem jangan di sini, ini perpustakaan tempat orang belajar. Mending sekarang kalian beresin semua kekacauan yang udah kalian buat," ucap siswi berkacamata tebal itu, yang sepertinya salah satu murid pengurus perpustakaan.
Tingkat kemarahan Arvhi semakin bertambah saja melihat banyak buku yang berserakan di lantai. Tentu dia merasa jika semua ini bukan tanggung jawabnya karena dia bersikukuh sebagai korban.
"Woi, gak adil lah kalau gue juga harus beresin ini semua. Kan bukan gue yang bikin buku-buku ini jatuh," sangkal Arvhi sambil berdiri dari posisi duduknya.
Joy mengumpat tertahan. Dia yakin beribu-ribu persen jika Arvhi memang bukanlah cowok yang baik. Dalam keadaan seperti ini saja bisa-bisanya dia tidak punya rasa empati dan berani memarahinya di tempat umum.
"Ya udahlah biar gue aja yang beresin sendiri, gue bisa kok," ketus Joy, lalu dia baru akan berdiri, tapi tiba-tiba saja kakinya sakit hingga dia ambruk lagi.
Arvhi lagi-lagi hanya memandangi. Kemudian siswa yang lainnya segera mendekati Joy.
"Lo gak papa?" tanya salah satu dari mereka.
"Nggak tahu nih, kaki gue rasanya sakit banget," ucap Joy sedikit meringis sakit.
Siswa tersebut akhirnya membantu Joy untuk melepas sepatu dan kaus kakinya. Dan setelah dilihat, ternyata ada luka berwarna biru seperti lebam.
"Eh, kaki lo biru, kayanya lo kesleo deh," ucapnya sedikit cemas.
Joy tidak terkejut. Dia telah menduga sebenarnya, karena kakinya terasa cenat-cenut sehabis jatuh tadi.
"Eh lo, anter dia ke UKS, cepet," ujar siswi berkacamata itu lagi pada Arvhi.
"Kenapa gue? Kalian kan juga bisa," titah Arvhi.
"Sekarang lo pilih deh, anter dia ke UKS atau beresin buku ini semua."
Lamat-lamat Arvhi memandangi buku-buku yang berserakan ini. Sungguh dia tidak ada niat sama sekali untuk menatanya.
"Oke, gue anter dia ke UKS," jawab Arvhi sebagai final.
Dan sekarang dia harus bingung lagi. Bagaimana cara Arvhi membawa Joy ke UKS?
"Lo gendong dia, kasihan kakinya sakit, lagian kalau salah gerak dikit aja bisa tambah parah lukanya," titah salah seorang dari mereka.
Mau tidak mau Arvhi menurut. Dia menarik tubuh Joy, dan membopongnya. Joy sungguh masih marah. Namun, tidak dapat dipungkiri berada diposisi sangat dekat dengan Arvhi mampu membuat jantungnya berdebar. Joy sekuat tenaga menahan, dia memegang sepatunya yang sebelah dengan erat.
Sedangkan Arvhi di perjalanan menuju UKS hanya berharap jika tidak ada seorang pun dari ke-lima temannya yang melihat. Karena dia tidak mau dicibir oleh mereka nantinya. Dan beruntungnya suasana di koridor sepi lantaran ini adalah jam pelajaran, jadi tidak ada murid yang ada di luar. Ketika melewati kelas 10 IPA 2, tiba-tiba ada orang yang memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Love
Teen FictionWhen you find love you will find bitter too. Bitter love Copyright 2019 Story by Puput Indah