54. Epilog

2.1K 191 53
                                    

 Terlalu banyak waktu berlalu, mungkin juga aku banyak melewatkan perubahan, termasuk dia, laki- laki yang aku cintai.

                                                                                 *****

Seokarno-hatta memang bandara paling sibuk di Indonesia. Hampir tiap jam ada jadwal penerbangan dan beribu orang lalu lalang disini. Termasuk gadis yang mendorong koper besar yang baru saja lepas landas setelah mengudara selama tiga jam, Aura. Dia menghirup nafas sedalam yang dia bisa. Selama tiga tahun, baru hari ini dia kembali menghirup udara tanah kelahirannya, Indonesia. Tiga tahun berada di Negeri Sakura membuatnya lupa akan oksigen di tanah air. Terlalu banyak waktu berlalu, mungkin juga Aura banyak melewatkan perubahan, termasuk dia, laki- laki yang Aura cintai.

 Terlalu banyak waktu berlalu, mungkin juga Aura banyak melewatkan perubahan, termasuk dia, laki- laki yang Aura cintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah, untuk apa Aura memikirkan cowok itu? Belum tentu dia memikirkan Aura juga. Selama terpisah tiga tahun, mereka loss contact. Sama sekali tidak ada komunikasi. Padahal Aura sangat merindukannya. Berulang kali Aura bertanya- tanya bagaimana kabarnya? Apa yang dia lakukan? Atau pertanyaan paling penting, masihkah dia mencintai Aura? Sungguh, Aura ragu akan hal itu. Karena dia tahu Tuhan menciptakan lelaki menjadi makhluk yang menyukai rasa bosan. Bisa jadi, Eden bosan menunggu Aura dan berpaling kelain hati. Mungkin.

Aura menggiring kopernya dengan santai, saat melewati sepasang kekasih yang baru saja bertemu dan berpelukan melepas rindu membuat Aura iri. Andai dia disambut seperti itu. Tapi sepertinya harapan itu terlalu tinggi untuk Aura.

"Aura..!" panggil seseorang dari belakang Aura. Suara itu masih dia ingat. Suara bariton yang selalu mampu menggetarkan hatinya.

Dengan cepat Aura membalikkan badan untuk memastikan suara itu dari orang yang diharapkannya. Dewa keberuntungan sedang berpihak pada Aura. Dia melihat Eden berdiri tepat dibelakangnya. Sambil mengulas senyum, seandainya Eden sendirian, mungkin Aura sudah berlari kepelukan pria itu tanpa mempertanyakan perasaan Eden masih sama atau sudah pudar.

Tapi itu kalau Eden sendirian. Yaps, dia menggendong balita perempuan yang sangat menggemaskan dan disampingnya Kevin berdiri dengan wajah yang semakin tampan seiring bertambahnya usia.

 Yaps, dia menggendong balita perempuan yang sangat menggemaskan dan disampingnya Kevin berdiri dengan wajah yang semakin tampan seiring bertambahnya usia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pandora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang