"Penikmat alam beda dengan pecinta alam dan itu yang belum mereka paham!!"
Jakarta, 3 Januari 2018
Keesokan harinya di pagi ini Zatta yang masih tertidur pulas atas selepas gelisahnya semalam sampai ia tak sadar kalo ia sudah tertidur dengan jendela masih terbuka, terdengar sayup-sayup suara keributan di luar kamar kosannya antara penghuni rumah belakang tempat tinggalnya dengan orang luar yang salah membuang sampah "Kalo mau buang sampah tempat lain sana, jangan depan rumah saya !!" bentak seorang ibu memarahi seorang wanita yang lebih muda memegang kantong kresek yang berisi sampah "Yaelah bu, Cuma mau taruh sampah di tempatnya lagi pula kalo nggak mau jangan buat tempat sampah depan rumah" protes balas wanita itu "Tempat sampah ini kami buat hanya untuk kami bukan untuk orang lain paham ??!!" bentak ibu itu lagi. Zatta yang terbangun dari tidurnya karena keributan itu tersenyum melihat kejadian itu dari kamar kosannya lantai atas, menggaruk-garuk kepalanya duduk di pentilasi kaca kamar yang masih terbuka sejak tadi malam. Tiba-tiba suara kencang dari pintunya pun berbunyi TOK !! TOK !! TOK !! Zatta pun bertanya dari dalam "Siapa ??" tapi tamu di depan pintu itu pun tak menjawab malah mengetuk pintu lebih keras TOK !! TOK !! TOK !! "Iya.. iya.. tunggu sebentar" kata Zatta membuka pintu kamar kosannya CEKREK ! Dia pun binggung melihat seorang wanita tak dikenal berdiri di depannya "Cari siapa ?" tanya dengan wajah masih setengah mengantuk "Cari lo lah.." kata wanita itu "Hah ?!" Zatta pun binggung dan hanya tertegun "Zatta kan ? kenalkan gue Zeni saudara tiri loh !!" Zatta pun terkejut "Masuk dulu.." tawarnya, Zeni pun masuk ke kamar kosannya dan langsung duduk di sofa kosannya "Mau minum apa ?" tawarnya lagi "Nggak usah, mending lo mandi gue mau ajak lo kesuatu tempat" usul Zeni "Kemana ?" tanyanya yang masih binggung "Nanti aja ceritanya, masih banyak waktu kan ?!" kata saudara tiri yang baru di temuinya itu, Zatta pun bergegas.
Di pagi yang sama tempat berbeda Pelataran Gunung Dempo yang cerah dimana Jingga dan ketiga kakak beradik teman seperjalanannya itu terbangun melewati fase kiranya sang dewi malam yang sudah pergi tanpa permisi, ketika sang fajar telah bangkit dari pelupuk senja, ketika embun menawan dengan lembut mengikat udara dingin saat itu berlalu, ketika itu dari tidur yang kurang nyenyak seakan setengah sadar sambil terbayang-bayang akan kejadian semalam yang nyaris menghampiri mereka. Kalimat yang masih tertancap di otak kecil ketiga saudara itu akan rekan satu timnya Jingga, lisannya masih terekam jelas dalam ingatan.
Aktivitas mereka berempat saat itu yang masih dikelilingi kabut tebal Reva dan Ronald yang sibuk membuat sarapan di depan tendanya, Jingga berinisiatif membersihkan peralatan makan, lalu Rama sedang menyeruput teh hangat buatan adiknya sambil menunggu hidangan selesai "Teh hangat mbak ?" tawar Rama pada Jingga yang baru selesai membersihkan peralatan makan "Ya duluanlah.." jawabnya sambil duduk mengelap semua peralatan yang sudah di cucinya. "Hidangan selesai" kata Reva yang langsung membaginya ke piring mereka satu-persatu. "Hmm.. Yummy" komentar Rama setelah mencicipi jelly buatan adiknya "Aduh kakak, itukan untuk makanan penutup kok langsung disantap sih.." kata Reva mengingatkan kakaknya "Sama ajalah yang penting bisa dimakan" terangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Di Atap Sumatera Series
PertualanganCerita ini dimulai dari perjalanan tiga mahasiswa tingkat akhir yang ingin melakukan pendakian sekali lagi sebelum melepas status mahasiswa mereka. Tetapi tanpa disangka, perjalanan yang mereka rencanakan berubah haluan. Dari gunung yang terkenal me...