Fire Rainbow

207 17 18
                                    

"Karena ini puncak pelangi"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena ini puncak pelangi"

Di hutan kabut pagi itu Nensy yang masih melakukan pencarian melihat seorang anak kecil yang pingsan di bawah pohon besar dia adalah Ronald si bungsu tuna runggu titipan tuhan sedang terbaring lemas, melihat kondisinya Nensy pun sempat tertegun mengambil tangannya merasakan denyut nadinya "Masih berdetak syukurlah" ucapnya saat itu seketika memeriksa barang-barangnya meraba tubuhnya dan melihat sekitar apakah ada masih ada yang terjatuh kemudian ia pun mengendongnya "Hup, sekarang kau aman!!" katanya berjalan kembali ke tempat semula

Disisi lain Rama si kakak tertua yang masih berteriak "TOLONG!!" melihat ada bayangan mendekat tapi di pengelihatan matanya saat itu tampak bayangan seorang pendaki berjalan mendekat. Teringat akan rasa takut bertemu Astoni pendaki yoga pembawa petaka ia pun bersembunyi di balik pohon memegang dahan kayu yang cukup besar sambil mengawasi dari dekat memastikan apakah benar firasatnya saat itu, genggam erat potongan dahan kayu itu yang siap memukul siapa saja yang membahayakan beruntung yang ia lihat adalah wajah yang tak di kenalinya seorang memakai baju berwarna orange mirip dengan pakaian yang dikenakan Jingga menandakan ini salah satu tim penyalamat yang mencarinya Zatta

"Dimana suara tadi?" tanya Zatta yang melihat tidak ada siapa-siapa disitu "Hah?! Bantuan!" dalam benak hatinya, seketika ia ingin keluar dari persembunyian tiba-tiba Cantigi mengacaukannya "Hey bang kamu ngapain disitu?" tanyanya yang tiba-tiba sudah berada di belakang Rama masih memegang payung warna-warni kesayangan sebelah lengan "HAH?!" spontan Rama terkejut meresponnya dengan pukulan keras pada Cantigi, beruntung ia cepat menghindar jadi serangan hantaman kayu itu hanya mengenai pohon besar yang tadi yang membentenginya BRUTAK!! Pukul Rama sekuat tenaga membuat kayu yang di pegang itu luluh lantah hancur berantakan, Cantigi dengan santainya sempat mundur selangkah demi menghindari serangan dari Rama tadi pun mengerutu "Takut amat santai donk!" protesnya "Maaf mbak saya pikir tadi hantu!!" shok Rama akan kejadian itu "Eh, ngapain kalian berdua disitu pacaran ya?" tanya Zatta ketika mendekati mereka berdua di balik pohon "Kalian tim penyelamatkan? Syukurlah..." ucap Rama yang lega karena merasa telah di selamatkan "Eh Can kok tiba-tiba udah disini bukannya tadi masih di belakang?" tanya Zatta yang heran melihat kedatangan Cantigi "Soalnya tadi itu.." ia menjelaskan "Iya?" muka Zatta berubah penasaran "Aku.." wajahnya tanpa binggung "Kenapa?" keningnya pun mengkerut "SALAH JALAN!!" ucap berlalu membalik kan badan berjalan seperti orang bodoh menjauhi mereka berdua "HEEYY KENAPA LANGSUNG PERGI!!" teriak Zatta di abaikannya "Cewek itu siapa bang?" tanya Rama "Penyelamat!!" jawabnya.

* * *

Titik terang pun terbuka satu-persatu pendaki yang hilang sudah di temukan dalam keadaan hidup dan yang mati tinggalah seorang lagi pendaki yoga menjadi aktor salah satu sumber masalah ini. Jingga yang sudah berdiri depan jasadnya Astoni tergeletak di bawah pohon, ia pun mengangkat pelan dengan kedua tangan "Huh, merepotkan!" keluhnya sambil membalik kan badan tak terduga arwah Astoni pun menghadang tatapannya simetris dingin pada sosok penyelamatnya itu "Mungkin dengan ini kamu akan tenang As.." mendengar itu arwah Astoni pun hanya diam kepalanya tertunduk ketika sosok Jingga yang sedang membawa jasadnya itu melewatinya berjalan pelan kemudian terhenti membalik kan badannya dan bertanya "As aku mau bertanya sebenarnya apa yang terjadi?" dengan raut wajah serius menatap arwah Astoni "Kejadian sangat mencekam kala itu dia mendatangi tenda kami dan membuat semuanya jadi kesurupan lalu saling bunuh antara satu dengan yang lain, kami tak bisa berbuat apa-apa di malam itu sampai kami semua sudah melihat jasad kami satu sama lain tak bernyawa, tragis mengingat kejadian kelam itu bagaikan neraka penuh darah, dalam pengaruhnya aku sendiri yang memotong kepala Hilda sampai terputus sebelum menggorok diriku sendiri ketika semua sudah mati, sumpah tak ada yang bisa menemukan kami entah sudah berapa lamanya sampai kalian datang hari ini.." flashback nya "Sebenarnya sudah lama kami mencari kalian sampai tibanya bertemu mereka untuk bisa memasuki wilayah ini.." jelas Jingga "Ya aku tau, kalau bukan karenanya kalian tak akan bisa melihat jasad kami.." kata Astoni "Bahkan untuk keahlian ku saja tak cukup untuk menemukan kalian, seolah disembunyikannya" ia pun tertegun membuat suasana hening saat itu benar-benar terasa "Aku tau pasti karena anak itu kan, berkat dia kami terlepas dari iblis yang memerintahkan kami untuk menyesatkan ketiga pendaki itu" terangnya "Dan berkat dia pula aku bisa berbicara denganmu disini secara langsung seperti dalam mimpi..." kata Jingga "Bila kalian keluar dari sini nanti tolong sampaikan terima kasihku padanya" pinta Astoni padanya ia pun hanya membalas dengan senyum datar berjalan pelan melewati hutan gelap itu sambil membawa jasad pendaki yang telah hilang lima tahun lamanya, ada yang menarik kejadian saat itu Jingga yang sedang berjalan di temani kunang-kunang seolah mengiringi langkahnya arwah Hilda, Dedy, Dayat, dan Danu pun di lalui sambil menunduk kan kepala ketika sang penyelamat melewati, senyum yang tak usia dalam setiap tapaknya mengambarkan rasa kemenangan dalam suatu pertempuran yang amat sangat melelahkan bagi pejuang seperti mereka...

Elegi Di Atap Sumatera SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang