04

16 4 0
                                    

Afnan tak punya pilihan lain selain berlari kearah kantor dengan menerobos tirai hujan yang dirasa semakin deras. Dengan bermodalkan berkas ditangannya, ia berusaha melindungi dirinya dari air hujan.

Namun, itu tidak ada gunanya sebab angin berusaha menerbangkan berkasnya seolah mendukung hujan untuk mengguyur dirinya.

Setelah sampai, ia memperhatikan dirinya sebentar. Ia cukup basah, bisa-bisa ia masuk angin jika tidak segera mengganti bajunya, sepatunya pun dirasa penuh dengan air didalamnya.

Dia berjalan menuju suatu ruangan di lantai satu.

Ceklek

Suara pintu terbuka di sebuah ruang kerja menampakkan Denis yang sedang sibuk dengan leptop didepannya, terkejut karena seseorang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Dibalik pintu tersebut, menampakan seorang pria yang basah kuyup. Denis yang sedang fokus pada layar didepannya, kini teralih pada satu objek yang sedang berjalan masuk ke ruangannya.

"Kalau nggak ingat teman, udah aku tendang kali yah? Bikin kaget aja. Masuk nggak ngetuk pintu."
Misuh Denis dalam hati sambil menghembuskan nafas kesalnya. Menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya.

"Ya ampun Afnan kamu kok main hujan-hujan sih, sampai basah kuyup lagi, nanti kalau kamu sakit gimana?"
ucap Denis memperagakan cara bicara bundanya.

Afnan memandangnya tidak suka.
"Hehehe bercanda. Lagian ngapain sih pake segala hujan-hujan kayak anak kecil tau nggak."

"Aku nggak hujan-hujan. Aku dari kafe dan pas ditengah jalan menuju kesini, malah hujan." Jelas afnan dengan bahasa isyarat sambil mendengus kesal.

"Ya kalau hujan ditengah jalan, jangan lewat situ. Lewat pinggir jalan aja." Balas Denis sambil terpingkal-pingkal menertawakan leluconnya sendiri.

Afnan yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. Ia melangkah mendekati meja dan menaruh berkasnya yang basah dengan kasar.

"Ulang semua berkasnya dari awal."

"Hah?!" Kaget Denis yang langsung berhenti dari tawanya.

"Kok aku sih. Kamu aja, kan kamu yang basahin, bukan aku." Lanjutnya.

"Aku masih banyak kerjaan dari ayah. Kamu aja yang perbaikin."

"Nggak ah. Kamu yang harusnya perbaikin. Kamu kira aku juga nggak ada kerjaan apa."

"Alah alasan. Paling pulang kantor langsung langsung ngapelin si.. si... Siapa namanya?"

"Anaya."

"Nah itu."

"Ya itukan dia kakaknya anak-anak jalanan itu, ya pasti ketemu dong kalau datang kesitu liat keadaan anak-anak. Jadi sekalian aja. Kalau kata pepatah nih ya, satu kali gayung, dua tiga pulau yang terlewati."

Afnan hanya memutar bola matanya seolah malas mendengar alasan Denis yang dianggapnya tidak berfaedah.

"Terserah apa katamu. Apapun alasannya, pokoknya kamu yang harus perbaikin. Harus selesai besok. Aku mau pulang, udah ditunggu bunda. Assalamualaikum."
Isyarat Afnan, Setelah itu melangkah keluar dari ruangan tersebut.

"AFNAN EH AFNAN NGGAK BISA GITU DONG. AFNAN. Duhhh ck itu anak nyusahin bener deh." Teriak Denis sambil menghembuskan nafas kesal.

Tak lama, seseorang mengetuk pintu dan membukanya sedikit. Terlihat Afnan mengepalkan tangannya dan mengangkatnya sebatas dada sambil tersenyum manis. Bibirnya bergerak seolah berkata,
'Semangat. Aku mendukungmu.'

Denis memandangnya dengan kesal dan

BLAM

Suara lemparan bantal yang berbenturan langsung dengan pintu yang hampir saja mengenai Afnan jika ia tidak cepat menutup pintunya.

Skenario Terindah Dari TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang