18

6K 491 198
                                    

"la besok aku berangkat ke Bangkok agak pagi, kamu sama anak-anak gak mau di rumah mamah dulu?" tanyanya pada sang istri mengingat ia memiliki jadwal untuk inspeksi di proyek baru perusahaannya dengan waktu yang cukup lama

"gausah mas, aku disini aja sama anak-anak toh aku ada janji nemenin nancy les renang lusa nanti"

"yaudah, kalau gitu kabarin aku kalau  ada apa-apa, jangan keluar malem-malem kalaupun urgent minta  tolong jaehyun atau bang taeil anter" ujarnya penuh khawatir pada istrinya itu, ini bukan kali pertama ia pergi untuk waktu yang cukup lama selama mereka menikah, hanya saja mereka baru pindah rumah, itu yang membuat doyoung khawatir berkali-kali lipat

"iya mas, kamu gausah ngeraguin kekuatan ibu dua anak ini" balasnya dengan gaya yang dibuat se angkuh mungkin

"Iya aku tau kamu kuat, oh iya minggu ini masih masuk musim hujan kalau kamu takut kamu tidur di kamar anak-anak aja, atau panggil rose buat nginep di rumah"

dilihatnya lagi Ella yang masih membantu Jeno dan nancy mewarnai beberapa gambar hewan di buku gambar, sulit baginya untuk meninggalkan seorang istri dengan kedua anaknya yang masih berusia empat dan lima tahun, diusia seperti saat ini tentu mereka sedang dalam masa yang sedang aktif-aktifnya, tapi wanitanya itu sosok yang kuat dan ia yakin mereka akan baik-baik saja selama kepergiannya.

"pah pah bagus gak gambarnya Jeno?" si bungsu itu mendatangi dirinya yang sedang duduk di sofa, dengan senyum yang lebar ia memberikan hasil kerja kerasnya kepada sang ayah

"good job anak papah" diangkatnya kedua jempolnya ke arah balita itu dan mengangkat tubuh balitanya untuk duduk di pangkuannya, yang di angkat hanya tertawa senang

"Jeno my little prince, papah mau minta tolong sama Jeno boleh?" pintanya penuh hati-hati kepada putranya

"umm boleh pah" jawabnya sambil mengangguk lucu.

"Jeno tau petir?" tanyanya lagi

"eungg ... petir? yang bunyinya nyaring ya pah?"

"bener ... biasanya ada kilatan berwarna putih dan berbunyi"

"uuh jeno tau pah" ujarnya semangat

"karena mamah gak suka petir, Jeno bisa kan peluk mamah kalau ada petir?"

"umm bisa pah" ujarnya patuh

"sama satu lagi, kalau kakak ngambek sama mamah, jeno boleh tegur kakak dengan sopan, jangan lupa buat selalu bilang mamah cantik setiap hari ok" sambil mengusap rambut halus putranya dengan lembut

"kalau papah lagi gak ada semua tugas papah jeno yang pegang ok"

"siap pah" 

"papah titip kakak sama mamah ya nak" Jeno lagi lagi mengangguk lucu

saat doyoung pergi, jeno benar-benar menjalankan amanah yang diberikan oleh sang ayah, ia akan memeluk erat Ella disaat hujan petir datang, menegur sang kakak dengan lucu dan tentu saja membuat Ella dan nancy gemas dengan tingkahnya


"pah mamah udah gak takut petir lagi, sekarang mamah takut karena kehilangan papah" gumamnya

sambil membelai lembut rambut ella yang sudah tertidur pulas dengan air mata yang masih membekas di wajahnya

Jeno tetaplah seorang anak yang masih butuh arahan dari kedua orangtuanya, walau usianya sudah menginjak 17 tahun, sulit baginya menerima kenyataan pahit ini.

Husband or Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang