Kala on mulmed!
———
26 Maret 2221.
Dunia berantakan.
ini sudah hari ke lima atau enam sejak Zetra muncul ke kotaku. Hampir seluruh warga kota ini terinfeksi. Mereka ada dimana-mana, mau kemanapun bersembunyi dan lari, Zetra itu tetap saja ada dan terus bertambah. Pernah menonton World War Z? mungkin keadaan sekarang adalah live actionnya. Sutradara, penulis, atau apapun itu yang membuat film itu, aku, Kala dari tahun 2221 mengutukmu!
Termasuk Ibuku. Aku sangat terpukul karena melihat kematian dan perubahannya dengan mata kepalaku sendiri dan tak bisa menolongnya. Sejak hari itu aku menebalkan hati dan melakukan apapun yang bisa menyelamatkanku dan orang terdekatku.
Kini tersisa Aku, Adit, dan Ranju. Entah kenapa trio semprul ini masih dapat bertahan di bumi yang bukan rumah manusia lagi, Aku jadi ingin pindah planet rasanya.
Aku melempar kaleng bekas sejauh yang kubisa ke arah kanan di sudut sana. Itu menimbulkan bunyi yang nyaring di sore menuju malam ini. Kami memang terbiasa keluar sesaat sebelum petang untuk mencari persediaan makan atau apapun itu, karena kemampuan Zetra melemah dalam kondisi gelap.
Segerombolan Zetra keluar dari persembunyiannya dan menuju sumber bunyi yang ku ciptakan tadi. Aku tersenyum remeh.
"Terperangkap kau makhluk bodoh," Aku keluar dari balik drum dan berlari cepat ke arah gedung yang dulunya menjadi outlet 24 jam. Aku menerjang tanah berbatu bekas reruntuhan bangunan,beberapa tempat di kota ini diledakkan tiga hari lalu saat kami tertidur lelap. Aku terbangun kaget dan mendengar dentuman keras, ku kira kiamat telah tiba.
Salah satu dari mereka berlari menuju ke arahku, larinya tertatih namun cukup cepat untuk mencapai arahku. Saat aku menyadarinya aku melayangkan kakiku ke arah kepalanya dengan cepat dan kuat, Zetra itu terhuyung dan ini kesempatanku untuk lari.
"Terimakasih kaki, tak sia-sia kau ku sakiti karena berlatih terus!" Aku cukup bersyukur karena pernah megikuti kelas karate dulu dan memegang sabuk coklat tingkat akhir, ternyata kini teknik-teknik yang kumiliki sangat berguna.
Namun Ia bangkit dan berlari dengan cepat, Ia menarik rok selututku--satu satunya pakaian yang ada saat ini, kau jangan menghakimiku--.
Sial, Zetra laki-laki yang mesum! Kau bisa aku tuntut!
Aku angkat kakiku tinggi dan bersiap menendangnya tepat di pelipis, ini akan mudah karena tubuh mereka sangat rengka. Namun tiba-tibia ia dapat membaca pergerakanku. Ia menangkap kakiku lalu memutarnya, tubuhku terputar kebelakang dan hendak roboh.
"Hey sejak kapan kau bisa bela diri!" Aku sangat terkejut dengan hal yang ia perbuat aku menggapai-gapai udara agar tidak jatuh.Ini pertama kalinya aku melihat mayat hidup sepintar ini. Aku serasa sedang tarung dengan senior sabuk hitamku dulu.
Ia membanting tubuhku ke tanah lalu menindihku dan mengunci kedua tanganku ke atas
Sialan, ini adegan tak senonoh. Seharusnya adegan ini bukan untukmu!
Mulutnya menganga dan bersiap meraup pipi kananku, aku tidak punya pilihan selain mengantukkan jidatku ke keningnya.
Ewh, dia sangat bau dan kotor. Ini sangat menjijikkan.
Sepertinya ini azab menyombongkan diri di awal chapter.
Dimana si bedebah Ranju dan Adit ini. Mereka tidak membantuku di saat aku butuh
BIIP
BIIIP
BIIIP
Aku tersentak dan dengan cepat memencet tombol acak dari Swatch milikku. Jantungku berdetak amat cepat karena menyadari bunyi notifikasi ini dapat memancing rasa ingin tahu Nom disebrang sana. Aku lupa mengaktifkan mode silent dan itu sebuah kebodohan besar di abad ini jika kau keluar rumah. Voice Note dari Adit otomatis terputar di ruangan terbuka yang dikuasai Zetra ini.
" Kala, Mari bertemu di tanah lapang secepatnya! Barusan aku mendapat pesan dari Ranju bahwa ia meminta kita untuk pulang karena Zetra disini sudah menyadari keberadaan kita"
Adit sialan! Aku memang butuh kau, tapi bukan seperti itu!
Sekelompok Zetra di ujung sana mencari sumber suara, sambil berjalan tertatih dan mengeluarkan suara seperti tercekik. Beruntung aku sedikit tertutupi oleh tembok rumah yang menghitam karena terbakar dua hari yang lalu.
sial, ini akhir hayatku.
Aku menutup mata dengan pasrah, tak ingin melihat cara makhluk itu membunuhku sambil berdoa pada tuhan untuk berbaik hati dan menyelamatkanku kali ini lagi.
Aku merasakan langkah kaki yang makin mendekat, aku terus menggerakan badanku untuk menjauhkan Zetra sialan ini dari atas tubuhku.
Dalam sekejap Zetra yang menindihku terpental dan ada sosok yang merengkuh tubuhku, aku sangat terkejut.
Seseorang menarik tubuhku ke bagian belakang tembok di sisi kiri pilar ini lalu memosisikan tubuhnya di belakangku untuk mengunci tubuhku dan menutup bibirku. Napasku masih sangat belum beraturan setelah mendengar auman beberapa Zetra yang datang ke arah kami.
Aku serasa sedang di culik seperti di film-film dulu. Jika ini kehidupan normal aku akan langsung teriak, dan ia akan dihajar masa.
" He--eh" Ucapku tertahan berkat tangannya.
"Diam atau aku lempar ke makhluk itu," Itu suara laki-laki aku sangat yakin. Ia berujar singkat sambil menatap Nom yang masih berusaha mencariku dengan berlari ke arah depan.
Aku langsung menahan bibirku untuk mengumpat karena kesal ada di posisi yang sangat menguntungkan baginya.
------
21.51
senin, 20 April 2020
pen tau siapa aja yang baca! semangatin dengan cara vote dan komen ya ahahaha
Haruuu
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE FOR SEMESTA
Science Fiction[sci-fi minor romance] Hallo. Kutebak.. Kamu yang membaca tulisan ini adalah manusia awal abad 20-an kan? Aku Kala, Manusia dari abad 22 Aku tertarik akan sejarah dan budaya lama, yah.. pada abad kalian. masa dimana awal perkembangan teknologi ya...