" Ini bukan hari terakhir, ini awal kehidupan kita! "- Seorang Teman,2221
-------------------
Kami masuk ke dalam lalu ia menekan tombol pintu otomatis itu untuk berubah menjadi pintu manual, Alfamart, logo itu tertulis di setiap penjuru ruangan. Laki-laki bernetra Hazel ini mengambil meja santai yang ada di dalam outlet ini dan menyandarkannya ke pintu untuk menahan Zet masuk.
Kami mematikan lampu agar tidak mengundang perhatian mereka lalu berjalan menuju lorong tempat beberapa barang yang dijual dipajang untuk menanangkan diri.
" Yang tadi itu.. hampir saja.. " Aku masih berusaha menyetabilkan napasku yang membuat aku berbicara putus-putus. Aku memegang rak besi yang ada di sisi kiriku untuk menopang tubuhku. Ia juga nampak kelelahan namun tidak separah aku.
Aku merasa cukup aman untuk beberapa detik, sampai aku melihat sekelebat bayangan orang yang berjalan dari arah kanan. Aku dapat melihat sesosok bayangan itu yang terpantul cahaya bulan dari arahnya dan berjalan dengan pelan dan ragu-ragu.
Lagi? Aku sangat lelah, tolonglah makhluk berbau amis..
Bayangan itu makin mendekat, aku tidak ingin mengambil langkah gegabah sehingga aku memperingati teman baruku ini dengan cara yang lebih calm dari pada berteriak seperti tadi.
Aku memegang pundak laki-laki hidapanku ini lalu menaruh telunjukku di depan bibir sambil melotot dan menunjuk ke arah bayangan itu dengan mataku. Ia cukup terkejut namun lagi, aku memposisikan telunjukku ke arah bibir dan makin melebarkan mataku, seolah berkata 'jangan berisik,bodoh', dan ia dapat cepat menyadari situasi.
Aku menarik tangannya lalu berjalan dengan pelan ke arah dalam, karena akan sangat cari mati kalau keluar, disana Zetra jauh lebih banyak.
Outlet ini tak terlalu besar, jadi aku pikir tidak cocok untuk dipakai untuk main petak umpet dan berlari saling kejar.
Karena ini bukan drama India jadul.
Kami menemukan satu pintu yang terdapat di pojok ruangan,aku kira itu adalah toilet dan cukup untuk menampung aku dan laki-laki ini. aku membukanya namun sialnya itu menimbulkan decitan halus yang membuat jantungku bersemangat untuk keluar dari rongga dadaku.
CYIIIT
freze.
Aku terkejut bahwa ini bukanlah toilet seperti dugaanku, melainkan gudang kecil yang penuh dengan dus-dus makanan yang hanya menyisakan rongga sempit di depan pintu. sial, tak ada cara lain.
"Kau saja yang masuk," Aku bergumam sepelan mungkin sambil menatap sekeliling dengan was-was, dan ia hanya membalasku dengan menautkan alis.
Tiba-tiba ia menarik tanganku ke dalam.
Hey!! sesempit ini mana muat!
Ia masuk lebih dulu lalu membalikkan badannya ke arahku, lalu menarik tanganku. Badanku yang bisa kau sebut cukup rendah ini menabrak dada bidangnya.Aku terkejut dan membelalakan mata namun ia tidak mengubrisnya. Ia menutup pintu dibelakangku dengan amat pelan namun tetap meninggalkan suara decitan.
Tangan kanannya tetap terjulur menjaga gagang pintu yang bersebelahan dengan pinggang kiriku.Ini.. terasa seperti.. Ia memeluk pinggangku. Hidungku bersentuhan langsung dengan dada bidangnya, kepalaku berjarak beberapa senti dari dagunya. Hey posisi macam apa lagi ini!
Posisi ini membuat dadaku bergemuruh hebat, jantungku seolah ingin keluar dari sarangnya.
ini terasa sama seperti saat aku dikejar belasan Zetra tadi!
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE FOR SEMESTA
Science-Fiction[sci-fi minor romance] Hallo. Kutebak.. Kamu yang membaca tulisan ini adalah manusia awal abad 20-an kan? Aku Kala, Manusia dari abad 22 Aku tertarik akan sejarah dan budaya lama, yah.. pada abad kalian. masa dimana awal perkembangan teknologi ya...