Bangku Sekolah

19 5 0
                                    

Libur sekolah sudah berlalu. Esok hari sekolah sudah dimulai, aku bingung bagaimana caranya aku bisa menutupi kutukanku ini tetapi masih bisa bersekolah. Aku sudah mendiskusikan hal ini kepada Om Pink, tetapi dia tidak peduli karena ini merupakan tanggung jawabku sendiri. Walaupun om-om ini penampilannya tidak menyeramkan seperti profesinya yaitu Pembuat kutukan, tetapi tingkah lakunya sudah pantas disebut Pembuat Kutukan.

"Tapi om, bagaimana cara untuk menghilangkan kutukan yang ada padaku ini?" kataku sambil menyiapkan buku pelajaran untuk esok hari.

"Harus ada seseorang yang bisa menerima keadaanmu yang seperti ini dan kamu harus menjaga orang itu paling tidak satu tahun." jawab Om Pink.

"Loh kalo begitu syaratnya, orang tuaku sudah menerima keadaanku kan?" tanyaku sambil menuju tempat tidur.

"Hei... Miko kamu ini bodoh ya? orang tuamu kan tidak bisa mencium bau busuk dari mulutmu." jawab Om Pink.

"Ululu.... iya iya bawel, sudah om pergi sana aku mau tidur." balas ku sambil memikirkan apa yang akan terjadi besok.

Aku merenungkan bagaimana bisa aku menemukan seseorang yang bisa menerima keadaanku yang seperti. Orang tuaku saja mungkin akan lari dariku jika bisa mencium bau busuk dari mulutku ini. Besok mungkin memang hari sekolah yang dinanti-nanti pelajar setelah libur yang panjang, tapi tidak bagiku yang terkena masalah ini, tapi mau bagaimana lagi aku yang menabur maka aku juga yang harus menuai hasilnya.

"Mikooo.... Emikooo... bangun dek!!" Teriak ibuku dari bawah.

"Iyaa mahh aku udah bangun kok" Sahutku sambil mematikan alarm yang ada di hp.

"Eh dek miko udah bangun dek manis?" suara yang terdengar dari belakangku.

Spontan aku menjawab "ya udahlah."

"Sensi amat masih pagi." yang berbicara ternyata Om Pink.

"Arghhh ngapain si om pagi-pagi udah muncul." ucapku dengan kesal.

"Santai-santai... Om cuman mau nanya, orangtuamu sudah tau akan kutukanmu ini belum?" tanya Om Pink sambil loncat-loncat dikasur yang sudah ku rapikan.

"Aku tidak yakin mereka akan langsung percaya kalau aku terkena kutukan, apalagi kutukan dari om-om memakai pakaian serba pink." jawabku sambil menuju ke bawah untuk mandi.

"Om saja tidak percaya anak seusiamu terkena kutukan hahaha." Om pink yang meledekku sangat gembira.

"Bodo ah mending aing mandi, Om mendingan pergi, tapi sebelum pergi rapiin lagi KASURNYAAAA." Kataku dengan nada tinggi sambil membanting pintu.

"Dek kamu ngomong sama siapa?" tanya ibuku sembari menyiapkan sarapan.

"Ohhh.... itu... tadi temen aku iseng nelpon aku." jawabku seperti aziz gagap.

"Hmmm.... ada-ada aja masih pagi gini udah iseng. Udah sana kamu mandi bentar lagi sarapannya siap!" Ujar ibuku.

Aku segera mandi karna takut terlambat dihari pertama sekolah. Selesai sarapan aku langsung berangkat bareng papa. Tak lama kemudian aku sampai di sekolah. Aku mencoba memakai masker, tapi kata Om Pink itu hal yang percuma. Jadi aku berharap aku tidak berbicara di sekolah, walaupun itu adalah hal yang mustahil. 

"Oiii Mik!!! denger-denger kita katanya sekelas lagi nih" Dito sahabat baikku dari kelas 1 sd.

Aku yang biasanya lebih banyak berbicara dari Dito, harus terdiam karena kutukan yang menyebalkan ini. Pelajaran pertama dimulai, yaitu seni musik, aku masih bisa lipsing sedikit-sedikit dalam bernyanyi. Sialnya, teman dudukku adalah sahabatku Dito. Dia selalu mengajakku mengobrol, tapi untung seuntung-untungnya guru selalu menegor Dito. Dan malapetakanya terjadi pada saat pelajaran bahasa inggris, yaitu mengeja nama dalam ejaan inggris.

"Ya sekarang giliran Dito, spelling nama depan kamu aja ya!" Suruh Miss Eva.

"Di-Ai-Ti-Oe Dito, bener ga miss?" spelling Dito yang artinya setelah ini giliranku.

"Kurang tepat, nanti kamu ulang lagi ya. Okay... Emiko please spell your name!" Ucap Miss Eva. 

 Aku panik dan terdiam, tetapi aku tetap berdiri. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, sepatah kata saja yang keluar dari mulutku, pasti akan tercium bau busuk. Ternyata Om Pink muncul dan berdiri di depan kelas memperhatikanku sambil tersenyum, tentu saja tidak ada yang bisa melihatnya. Miss Eva menghampiri ke bangku tempatku duduk.

"Emiko? ada apa? kamu tidak bisa spelling nama kamu sendiri? tanya Miss Eva sambil menghampiriku.

"I-Em..." sahutku panik karna Miss Eva melototiku. Dan benar saja semua murid kelasku kebauan dan mulai saling tuduh-tuduhan.

"Oehek uehuk..... Mik kamu berak celana?" tanya Dito sambil menutup hidung.

"Yaampun Emiko kenapa ga bilang kalau kamu pingin buang air besar?" Kata Miss Eva sambil mengibaskan tangan ke hidungnya.

"Engga ko Miss aku ga berak celana." lagi-lagi aku mengeluarkan kata-kata yang sama halnya seperti mengeluarkan bau busuk. 

Om Pink malah tertawa terbahak-bahak melihat apa yang telah ku perbuat. Aku yang perlahan mengeluarkan air mata berlari keluar kelas dan melewati Om Pink yang masih tertawa. Om Pink ini bagaikan Rangga di AADC "JAHAT" cuman bedanya Rangga bukan om-om.


Tak Bicara-Tak BerbauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang