Om Pembuat Kutukan

22 4 0
                                    

Aku bangun dari pingsan dan tanpa sadar aku sudah berada di rumah." Apakah om om itu yang membawaku pulang?" hmmm....

"Dekkkkk!!! Ayo turun kita makan malam!" mamaku yang berteriak memanggilku untuk turun kebawah.

"Mamah masak apa mah?" Aku heran karena tidak dijawab, malahan papa dan mamaku menutup hidung seperti orang yang mencium bau busuk.

"Yaampun dek kamu ga gosok gigi berapa minggu?" kata papaku sambil mengibaskan tanganya ke hidungnya.

"Emangnya bau? Aku tadi pagi gosok gigi kok waktu mandi." Aku tidak mencium apapun dari mulutku.

"Aduhhh kamu gosok gigi dulu gih sana! pasti gara-gara kamu keseringan minum es nih." mamaku yang apa-apa pasti es mulu yang disalahin. Aku menuruti perintah mama dan langsung menuju kamar mandi.

"Udah nih mah... udah ga bau lagi kan?" menuju ke meja makan karena aku yang sudah lapar.

"Yaampun Miko kamu gosok gigi apa engga sih?" papaku yang kebauan hingga ingin muntah.

"Makanya jangan ES TEROOSSS!!! kamu dibilangin bandel si." Sahut mama yang bermusuhan dengan kaum ES.

"Mah,Pah! lagii ngeprank aku yaa? udah dongg ngepranknyaa!" Aku mulai panik dan mataku yang mulai berkaca-kaca.

"Idih sapa yang ngeprank emang mamah punya chanel youtube? Kamu tadi mukbang makanan busuk ya tadi? atau kamu makan es basi ya?" Mamah mulai menyudutkan anaknya sendiri.

"Ah tau ah mamah jahat!" Aku lari membanting pintu dan berlari menjauh dari rumah, aku masih belom bisa mengerti apakah ini prank atau bukan. Aku berhenti di pos ronda di dekat rumahku dan berhenti sejenak untuk menanyakan bapak-bapak yang ada disana.

"Loh dek Miko ngapain udah malem-malem begini masih di luar? maling ya ?" Tanya salah satu bapak yang ada di pos ronda.

"Haahh bukan pak saya bukan maling." ternyata benar apa yang mamah dan papaku bilang, bapak-bapak itu langsung menutup hidungnya selagi aku berbicara.

"Astaganaga bau busuk apa ini! pak Samsul kentut ya?" kata pak Korid sambil memukul pak samsul.

Aku tak kuat mendengar bahwa baunya seperti bau kentut.Aku berlari menjauh dari pos ronda itu, dan duduk menangis di pinggir jalan sembari memikirkan apa yang terjadi pada mulutku.Tak lama kemudian terdengar suara gemirincing-gemrincing  dari atas.Aku kaget om-om yang memakai jas pink tadi turun perlahan dari atas langit menuju diriku.

"Hohohooh apakah kamu sudah tau apa yang terjadi pada dirimu bocah?" kata om itu sambil perlahan duduk disampingku.

"Oiya! Om kan yang membuat aku jadi seperti ini?" kataku sambil mengusap air mata diwajahku.

" Hahahaha..... Memang om yang membuatnya, om yang membuat kutukan itu atas apa yang telah kamu perbuat." kata om pembuat kutukan yang memainkan tongkatnya.

"huhuhu... tolong dong om buat aku jadi normal lagi, aku janji deh ga ngata-ngatain orang lagi!" kataku sambil merengek memohon ke om itu. Sudah kuduga om ini memang jahat kepadaku.

"Tidak bisa perkataan menghinamu saja tidak dapat menghilang dari hati seseorang yang telah kau hina!" perkataan om itu dengan nada yang tinggi.

"Aku tau aku salah om, tapi kenapa aku yang kena kutukan ini? kan masih ada perbuatan yang lebih buruk dari perbuatanku!" aku berusaha meyakinkan om jahat ini.

"Yaa.... kamu memang benar bocah, akan tetapi perbuatan buruk tetaplah perbuatan buruk, mau itu berkata kasar, mencuri ayam, atau membunuh itu semua tetaplah sama-sama perbuatan yang dinilai buruk. Tidak ada besar kecil dalam perbuatan yang buruk." -Om Serba Pink

Aku langsung terdiam mendengar perkataan bijak dari om jahat yang mengutuk diriku. Aku tak menyerah tetap berusaha meminta ampun, tapi tetap tidak terima. Oleh karena itu aku mulai bernegosiasi terhadap om jahat itu.

"Baiklah kalau om memang tidak mau mencabut kutukanku, tapi bisakah om membuat orang tuaku tidak bisa mencium bau mulutku?" permohonanku disertai muka memelasku.

"Hei bocah apa kau tak tau cerita Malin Kundang? apakah kamu melihat Malin Kundang bisa bernegosiasi kepada ibunya?" jawab om pembuat kutukan.

"Tidak sih.... tapi kan Malin Kundang jadi batu bagaimana ia bisa bernegosiasi dengan ibunya?" balas ku untuk menyudutkan om pink itu.

"......... Memang kau pintar bicara ya bocah! Baiklah akan kuturuti permohonanmu itu, tapi yang namanya negosiasi harus ada kedua belah pihak yang diuntungkan, maka dari itu aku membuatmu menjadi kesakitan jika kau melontarkan kata-kata yang menghina orang lain." kata om pink.

"Baiklah aku setuju! makasih ya om pink heheehe." Kataku dengan nada yang gembira.

"Jangan panggil aku om pink! panggil aku om pink curse dasar bocah." kata om pink sambil menggoyangkan kepalaku.

"Halah om jelas bagusan aku panggil Om Pink kali." Aku yang berkata sambil ketawa kecil.

Tiba-tiba Om Pink itu menghilang dengan cahaya yang terang lagi. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, aku langsung berlari untuk pulang kerumah. Saat aku berlari menuju ke rumah, aku melihat mamah dan papa dari kejauhan. Aku berlari menghampiri mereka yang sepertinya hendak mencari aku. Dan benar saja orang tuaku tidak mencium bau apa-apa lagi. Entah aku harus senang atau tidak, karena aku tidak tahu apakah aku bisa menjalani hidup dengan mulut yang TERKUTUK ini.



Tak Bicara-Tak BerbauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang