[REMAKE]
Story by Shanty Agatha;
Hidup Jisoo semula biasa-biasa saja.
Dia adalah anak yang tidak diakui ibunya
sendiri, seorang artis ternama yang memilih merahasiakan keberadaannya di depan umum dan membiarkannya dibesarkan oleh kakek dan neneknya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi harinya V mendengarkan pesan itu, yang diantarkan langsung oleh Jungkook, orang kepercayaannya yang sangat setia kepadanya. Jungkook bertubuh ramping dan pucat, tetapi lelaki itu memiliki keahlian membunuh yang sangat hebat.
V pernah menyelamatkan nyawanya dalam satu insiden dan lelaki itu mengabdikan kesetiaannya kepada V. Kepada V, bukan kepada Taehyung. Kalaupun dia melaksanakan perintah Taehyung, itu karena dia tahu V ada di dalam diri Taehyung. Jungkook adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu bahwa Kim Taehyung memiliki kepribadian ganda.
"Apakah kau sudah tahu dimana wartawan bodoh bernama Jimin itu tinggal?"
"Saya sudah tahu."
"Bagus. Kau dapat nomor kontaknya?"
Jungkook mengangguk dan tanpa kata meletakkan sebuah kertas bertuliskan nomor ke meja V,
V menelepon nomor itu. Suara Jimin terdengar ragu menjawab di telepon itu.
"Ya?"
"Ini Kim Taehyung." Suara V dingin dan tenang. "Katakan penawaranmu."
"Sebentar saya keluar dulu." Jimin tampak keluar dengan hati-hati, membuat V langsung tahu, Jisoo ada di situ, bersamanya. Senyumnya langsung mengembang.
"Aku menerima tawaranmu untuk wawancara ekslusif itu. Info apa yang kau punya tentang Jisoo?"
Jimin begitu senang hingga tidak menyadari nada kejam dari suara V, "Baiklah. Jam berapa saya harus siap ke rumah anda? Oke." Dia mencatat dalam hatinya, besok jam sembilan pagi di rumah Kim Taehyung. Dia akan mewawancari lelaki itu secara ekslusif. Dan malam ini dia punya kesempatan mewawancari Jisoo. Betapa beruntungnya dirinya.
"Saya tahu di mana Jisoo berada."
"Di mana?"
"Maaf tidak bisa saya katakan. Saya harus mewawancarai anda dulu, setelah saya mendapatkan berita baru saya beritahukan informasi itu."
"Dan bagaimana aku tahu kau tidak membohongiku?"
Suara lelaki ini, meskipun lewat telepon begitu mengintimidasi.
Pantas Dong il tampak ketakutan kepadanya, Jimin mengerutkan keningnya, "Dong il..." gumamnya, "Anda mengenal kepala pelayan anda kan? Jadi anda tahu saya tidak berbohong."