Cemburu?

663 34 0
                                    

Perasaan itu hak milik gue. Bukan elu ataupun orang yang bakal jadi jodoh gue!

***

"Pusing gue lihat x,y,z apalah," keluh Adel begitu Pak Harry keluar kelas.

"Pelajaran pertama tuh harusnya perkenalan, promosi IG biar jadi Selebgram. Lah, ini langsung soal Al jabbar. Taik kan?" lanjut Vera terus mengomel.

Sedangkan Clara tak menanggapi mereka. Semenjak Pak Harry memulai soal, detik itu juga kantuk menyerangnya. Tadi malam memang Clara menyelesaikan 16 episode drakor yang baru di download nya.

"Jangan pada berisik! Gue mau tidur," omel Clara kesal. Hampir saja terlelap, tepukan dipundak membuat Clara terperanjat.

"Shut up bitch! Jangan ganggu gue!" teriaknya kesal.

Mendengar itu Adel berdecak. Dipegangnya kepala Clara agar menoleh ke arah pintu. "Dicariin Kak Gara! Cari masalah ya, lu?"

Mata Clara mengerjap tak percaya. Bahkan, ia menampar pipinya sendiri.

Sakit

Berati bukan mimpi kan? Rasa kantuknya seketika hilang. "Eh, gue kga ileran kan?" heboh Clara membuat Adel gregetan.

"Kaga! Udah buruan temuin Kak Gara!"

Clara langsung berlari keluar. "Halo kak Ganteng, kangen gue, kan?" sapa Clara begitu sampai di depan.

Wajah Gara berubah datar. "Baru juga kemarin ketemu, kalo kangen peluk dong," lanjutnya manja.

Gara memutar mata malas. "Mana?" tanyanya langsung.

Clara mengernyit bingung. "Maksudnya?" tanya Clara tak mengerti.

"Kalung gue!"

Clara menelan ludah. Bagaimana mungkin Clara tau secepat itu? Apakah di kalung itu ada GPS atau Gara seorang...

"Lu cenayang, ya, Kak? Terus lu pake semar mesem biar gue kesem-sem."

Gara menghembuskan napas kasar. Ia harus ekstrasabar menghadapi cewek satu ini.

"Gue. Serius!" tekan Gara.

"Ih, mau dong diseruisin," genit Clara. Gara menatap Clara begitu tajam. Kesabarannya cepat habis menghadapi Clara.

"Iya-iya, kalungnya ada di rumah," jawab Clara akhirnya.

"Nanti gue antar pulang, sekalian gue ambil kalungnya."

Clara melompat sangking senangnya. "Siap bosku!" cengirnya seraya memberi tanda hormat.

***

  Memanglah ekspetasi tak sesuai reality. Begitu juga yang terjadi dengan Clara. Ia kira ia akan pulang berduaan dengan Gara seperti cerita dalam novel yang sering ia baca.

  Clara menatap sebal gadis yang berdiri di samping Gara. "Dia siapa?" tunjuk Clara ke arah Imelda.

"Bukan urusan lu! Mana alamat lu? Gue anter balik."

"Kalimat 'gue anter balik' lebih cocok kalo diganti 'gue ambil kalung gue'," sungut Clara kesal. Ia hendak membuka pintu depan sebelum suara Gara menghentikannya.

"Lu duduk belakang!"

Oke. Kesabaran Clara habis. Ia menutup kencang pintu mobil membuat Imelda terperanjat kaget. Sedangkan Gara menatap tajam.

Mood nya turun drastis. Gila aja, setelah ia membiarkan mobil kesayangannya dibawa sahabatnya apa iya Clara harus duduk di belakang jadi kambing congek?!

"Ogah! Persyaratannya berubah. Gue bakal balikin kalungnya kalo lu turutin apa mau gue."

Dengan kesal ia menghentakkan kakinya lalu pergi mencari taksi.

"Gue emang demen, tapi bukan berarti gue nggak ngotak. Makan ati doang anjirr!" dumelnya kesal.

Abisdah duit gue

***

  Dilain sisi, Imelda menatap Gara dengan rasa bersalahnya. "Harusnya lu biarin gue pulang sendiri. Apa seenggaknya gue duduk di belakang."

Gara hanya tersenyum menatap Imel.

"Terus kalungnya gimana? Itu pasti penting bangetkan buat lu?"

Gara menatap Imel. "Udah, nggak usah dipikirin. Sekarang kita balik aja. Lu juga harus packing, kan?" ucap Gara lalu membukakan pintu untuk Imelda.

***

"Gue bilang juga apa, Kak Imel jauh diatas lu!" ledek Vera begitu Clara selesai menceritakan kejadian tadi lewat video call.

"Lagian apa susahnya lu duduk belakang?" timbrung Adel. Mereka memang sering melakukan panggilan bertiga seperti ini.

"Ogah lah! Makan ati doang yang ada."

Ke-duanya temannya terkekeh geli. "Lo cemburu? Akhirnyaa seorang Clara jatuh cinta setelah menjomblo sekian lama...."

Clara berdecak kesal. "Gue tu nggak cemburu! Lagian perasaan gue juga belum sedalam itu. Gue cuma kesel. Ngerendahin banget tau nggak?"

Lagi, mereka terus menertawakannya. Namun, Clara tak marah karena ia tahu. Nggak semua masalah yang lu ceritain ada solusinya. Setidaknya dengan ada yang mendengarkan pun membuat hatinya sedikit lega.

"Eh, gue bilangin ya, Ra. Mending dari sekarang lu nabung buat beliin sepatu Jimmy Chou pilihan gue."

"Anjirr ah"

***

Suka sama cerita ini? Kasih bintang boleh 😂😂

AutographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang