First Day

475 28 0
                                    


"Harapan baik dimulai dari langkah yang baik."

***

Clara telah rapi mengenakan seragamnya. Rok diatas lutut dipadukan hoodie berwarna hitam yang menutupi seragam atasnya. Rambutnya yang pendek ia biarkan tergerai begitu saja. Ini semua karena Gara yang menyuruhnya bersiap sejak pukul 06.00 WIB.

Buruan keluar, lama gue tinggal!

Clara berdecak sebal setelah memutar voice note dari Gara, ia segera menghabiskan susu putihnya.

"Bunda, Clara berangkat," pamit Clara lalu mencium pipi bundanya. Claudia hanya menggeleng melihat itu.

"Temannya nggak disuruh masuk dulu?"

Clara menggeleng. "Dia galak Bun, tapi ganteng nanti Bunda naksir," sahut Clara seraya berjalan keluar.


Clara tersenyum lebar melihat penampilan Gara. Tak sia-sia perjuangannya bangun pagi. Cowok itu begitu keren mengendarai motor sport berwarna merah.

"Gantengnya aku," sapa Clara tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

Gara tak menjawab, ia menyodorkan helm yang langsung diterima Clara. Begitu selesai memakai helm, Clara langsung duduk di jok belakang motor Gara.

Pemuda itu menoleh belakang, berdecak sebal melihat penampilan Clara. Ia mencopot jaket navy yang dipakainya dan menyodorkan ke arah Clara.

"Pake! Tutupin paha lu," ucapnya singkat.

Clara tersenyum manis, begitu selesai melakukan perintah Gara, ia langsung melingkarkan tangannya ke perut cowok itu.

"Lepas!" perintah Gara dingin.

"Kak Gara kan udah minjemin gue jaket, sekarang giliran gue bantu biar Kak Gara nggak dingin."

Gara menyentak kasar tangan Clara. "Lepas apa turun?" Clara berdecak sebal mendengar itu.

"Pelit amat jadi cowok!" sungutnya yang tak mendapat respon Gara. Pemuda itu melajukan motornya berkecepatan sedang.

Tak menghiraukan peringatan Gara tadi, Clara menyandarkan kepalanya di punggung Gara. Tangannya kembali memeluk erat perut pemuda tampan itu.

Clara tersenyum senang, pemuda itu tak lagi menolak pelukannya.

***

"Demi Patrick yang nikah sama tiang, gue tadi liat lu boncengan sama Kak Gara!" heboh Vera begitu ia masuk kelas.

"Udah gue bilang, Kak Gara bakal jatuh cinta sama gue," jawab Clara dengan nada songongnya.

Vera memutar mata mendengar itu. "Ini pasti karena Kak Imel yang lagi study exchange ke Singapura," lanjut Vera yakin.

Clara mengedikkan bahu acuh. "Bodo amat. Yang penting bentar lagi Gara is Mine!"

Adel berdecak mendengar itu. "Gara mulu hidup lu, mending bagi jawaban! Gue belum nyelesaiin pr ekonomi."

Clara mengambil buku lalu menyodorkannya. "Gue lapar mau ke kantin, lu berdua izinin gue! Kalo ada guru nanya bilang aja gue di uks busung lapar."

Vera menggeleng tak peduli, ia segera duduk di samping Adel ikut mencontek jawaban ekonomi.

***

"Mang, Clara yang cantik mau makan lapar," teriak Clara menghampiri Mang Sodik.

"Aduh Neng, ini teh bentar lagi masuk," jawab Mang Sodik menghampiri Clara.

Meskipun baru beberapa hari bersekolah Clara cukup akrab dengan penjual kantin tersebut. Sifatnya yang easy going membuat Clara tak kesulitan bersosialisasi.

"Mamang mah, kaya nggak tau Clara aja. Clara pesen nasi goreng yang pedes kaya mulutnya anggota osis."

Mang Sodik terkekeh mendengar itu. "Sama apa lagi neng?"

"Takoyaki seporsi sama minumnya es teh."

"Siap Neng, ditunggu dulu atuh."

Clara mengangguk. Ia tersenyum ketika matanya tertuju ke arah bangku pojok.

Ia segera berjalan menghampiri Gara yang tengah memakan baksonya.

"Assalamualaikum calon imam," sapa Clara lalu duduk di bangku depan Gara seraya menopang dagunya.

Gara hanya melirik datar lalu lanjut memakan baksonya.

"Kak Gara makin ganteng dilihat dari dekat," ceplos Clara. Ia menatap Gara begitu lekat.

"Alis Kak Gara tebel, bulu matanya panjang, bibirnya kissable banget sumpah," lanjutnya membuat Gara tersedak.

Waraskah perempuan dihadapnnya ini? Ia menatap Clara tajam, merasa risih terus diperhatikan gadis itu.

"Tuh kan, coba aja kalo senyum, gantengnya makin plus-plus."

Gara mengalihkan pandangannya. Diam tak menjawab sama sekali. Mukanya terlihat lebih datar.

Clara tak menyerah untuk mendapat perhatian Gara. "Kak Gara," panggilnya membuat Gara menatap jengah.

"Jadian yuk?"

***

Yuhuu, adakah yang nunggu updatean Photograph?



AutographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang