2. Move on, Girl!

474 151 155
                                    

Setelah keluar rumah dengan diburu oleh waktu, Kenari menunggu angkot yang lewat di depan rumahnya. Melihat jam yang melingkar apik di kulit kuning langsat membuat Ia cemas, karena gerbang sekolah sebentar lagi akan di tutup oleh Mang Ujang.

"Aduh, gimana nih. Angkotnya mana sih?" Kenari menggigit bibir bawahnya sambil menunduk. Berharap ada keajaiban.

Tiin...

Suara klakson motor itu membuat Kenari mendongak.

"Ayo, berangkat sama aku. Nggak ada penolakan!" tegas cowok berjaket sambil memberi helm ke Kenari. Ia hanya diam menatap.

"Kenapa? masih marah gara-gara semalem?"

"Nggak!" ketus Kenari.

"Kalau nggak mau ya nggak apa-apa, siap-siap aja kena sinar matahari sepanjang masa."

"Kasih Ibu kalik yang sepanjang masa. Kok lewat sini? Bukannya lebih jauh?

"Biar Burung Kenariku nggak marah.
Untuk menebus kesalahanku semalam, ya aku jemput kamu. Jadi, pulang sekolah nanti bareng sama aku."

"Hmm."

"Yaudah cepet naik!"

"Iya-iya sabar."

Setelah Kenari naik dan memakai helm, Angga langsung tancap gas membelah jalanan beraspal.

Pria itu selalu bisa membuat mood Kenari berubah. Dia adalah sahabat Kenari dari jaman ingusan. Ya, bisa di bilang sebelum memakai baju putih merah. Anggara Pramaja Mahmoed, biasa di sapa Angga. Cowok culun dengan kaca mata minus yang bertengger di hidung button-nya. Selalu takut dengan mamanya jika botol atau bekal makanan tupperw*re tertinggal di laci kelas, terlebih dia benci keramaian. Tetapi, berbanding terbalik dengan sekarang.

Dia bermetamorfosa!

Mata cokelatnya kini tidak memerlukan bingkai bulat berlensa. Wajahnya yang tegas di tunjang dengan tubuhnya yang tinggi dengan mengikuti ekskul basket menambah kesan tersendiri bagi penikmat kopi Robusta ini.

Terlalu lama berimajinasi dengan sosok di depannya, tak terasa sudah sampai di depan gerbang sekolah yang hampir di tutup.

Ciitttt...

Helm Kenari membentur helm di depannya, karena Angga nge-rem mendadak.

"Aww, ngapain nge-rem mendadak, Angga?!" kaget Kenari merasa kesal.

Bukannya menjawab, Angga malah meminta Mang Ujang untuk berhenti menarik pagar besi itu.

"Stop Mang, jangan di tutup dulu!"

"Barusan bel dan kalian baru datang?" tanya Mang Ujang dengan memainkan ujung kumis lelenya.

"Martabak se-loyang deh ntar Angga beliin!" sogok Angga.

"Yaudah parkirin sana!" titah Mang Ujang yang langsung mendorong gerbang di ikuti Angga dan Kenari yang tersenyum penuh kemenangan.

~~~

Riuh dari murid-murid XII IPA 3 terdengar setelah ketua kelas_Kenari Kalandara mengumumkan bahwa Pak Ahmad tidak dapat masuk karena ada pelatihan di luar kota. Ketua kelas sudah ia jabat selama tiga tahun berturut-turut dengan segala risikonya. Jumlah kaum hawa di kelas ini lebih banyak daripada kaum adam. Hanya empat orang cowok dari tiga puluh siswa di kelas. Mereka adalah Angga, Ranu, Mada, dan Ghani. Kelas ini juga beragam, ada yg menggunakan aku-kamu, saya-kamu dan gue-lo. Tapi, itu semua tidak menjadi masalah.

Kenari yang tak kuat mendengar gendangan khas meja langsung memukul penghapus yang ada di meja guru sebanyak tiga kali.

"Tapi, Pak Ahmad ngasih kita tugas. Kerjakan halaman 156 bab tentang Arus Searah! Langsung di kumpul!" seketika raut wajah mereka berubah 180°. Kebanyakan memasang muka cengo.

Ke mana Langkahku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang