P A R T 6

71 5 3
                                    

Selamat membaca :)

💙💙💙

“Dan, gue gak bisa pulang bareng lo.”

“Lah kenapa?” Daniel menatap heran pada Della yang tengah merapikan buku-bukunya.

“Hari ini bocah PMR mau kumpul,”

“Anjir bocah!”

“Dadah, gue duluan.” Della beranjak namun tangannya ditahan Daniel, hingga terlihat mereka seperti orang-orang India yang tengah berpegangan tangan. Oke terlalu garing, lupakan.

“Kenapa?” Della berbalik dan menatap Daniel heran.

“Lo beneran mau ikut ekskul itu?” Della mengangguk antusias.

“Yakin seratus persen,”

“Beneran?”

“Iya,”

“Yaudah, gue masuk ekskul Paskib,”

“Gak nanya tuh,” Daniel berusaha keras menahan tangannya untuk tidak menjambak rambut indah Della.

“Kenapa Lo mau masuk PMR lagi?”

“Kan enak, Dan. Bisa adem-ademan di UKS pas upacara. Terus bisa ngasih-ngasih obat gitu ke orang yang sakit. Ck, impian gue ini mah.” Della bercerita dengan sangat antusias.

“Lah anjir! Lo gila? Ngasih obat ke orang sakit jangan sembarangan, nyet. Kalo dia nya mati, lo mau tanggung jawab?”

“Enggak lah! Mana ada salah obat,” ketus Della.

“Lo lupa, alesan Lo dikeluarin dari PMR saat SMP?” Della terdiam, matanya bergerak kiri kanan dan akhirnya ia menyengir.

“Ehe, itu mah gue lagi ngantuk. Dan--”

“Dan Lo gak tau obat apa yang harus dikasih sama orang yang lagi pusing. Yang seharusnya Lo kasih obat pusing tapi Lo malah ngasih obat maag. Ck, kakak PMR yang tak patut dipuji.”

“Yakan, gue khilaf Dan.”

“Khilaf khilaf endasmu! Untung tuh adek kelas gak kenapa-kenapa. Coba kalo ada apa-apa, pasti apa-apa ada dia.”

1 detik... 2 detik... 3 detik...

“Ha? Ribet bat,” rutuk Della tak mengerti.

“Kalo bisa ribet, kenapa harus mudah? Mikir, Maimunah.”

Pletak!

“Gak ada faedahnya ngomong sama Lo!” Della langsung pergi setelah memukul kepala Daniel.

“Eh dasar cewek bar-bar!”

❤️❤️❤️

“Assalamualaikum, maaf gue terlambat.” Della memasuki ruang UKS yang telah dihuni oleh kakak senior serta seangkatannya.

“Siapa namanya?” tanya Elen, si kakak bendahara PMR.

“Della kak,”

“Karna ini hari pertama, jadi kami maafkan. Silahkan duduk,”

Mau dimaafin atau enggak, ya bodo amat yang penting gue udah bilang maaf. Huh! Dengus Della dalam hati.

Della berjalan menuju brankar dan hendak duduk di sana namun, “Siapa suruh Lo duduk di sana?” ketus cewek berambut pendek dengan kacamatanya. Sintya, itu namanya.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang