18 - CAN'T TAKE MY EYES OFF OF YOU

11.7K 916 11
                                        

18 – CAN’T TAKE MY EYES OFF OF YOU

Sebuah tindakan bisa menjadi jawaban. Sama halnya dengan mata yang merupakan jendela hati.

▫️▫️▫️

“SEKARANG, ALASANNYA apa lagi?”

Levi yang sedang mencatat materi yang ketinggalan di papan tulis, sontak mendongak, tiba-tiba mendengar suara seseorang menyahut dari depan. “Maksudnya?” Levi bertanya dengan tidak paham. Alisnya menaut ketika Gerald yang tiba-tiba sudah ada di hadapannya dan melontarkan pertanyaan yang tidak ia mengerti.

Membuang napas pelan, Gerald mengambil duduk tepat di depan meja Levi. Lalu melanjutkan perkataannya. “Terima tantangan dari orang. Apa itu udah jadi hobby lo?”

Satu pertanyaan yang keluar dari mulut Gerald lagi membuat Levi mengerti ke mana arah pertanyaan cowok ini. “Itu bukan hobby gue. Orang aja yang suka nantangin gue,” balas Levi dengan santai, kembali fokus mencatat.

“Jangan egois. Orang itu bisa aja pindah dari sekolah ini karena keputusan sepihak lo,” sahut Gerald.

Tangan Levi berhenti menulis. Kepalanya terangkat kembali memandang Gerald. “Gue cuman benci, lihat ada orang yang suka merendahkan orang lain. Tanpa mereka tahu kalau orang itu bisa aja berhasil melakukan apa yang mereka anggap remeh!”

Gerald terdiam sebentar. Laki-laki itu kembali menghela napas pelan. Berdebat dengan Levi tidak akan ada gunanya. Gadis itu akan selalu berhasil membalas setiap perkataannya dengan mudah. “Kalau lo berhasil, apa untungnya buat lo?” tanya Gerald kembali.

“Keuntungannya bukan di gue, tapi buat Miu. Mereka akan menarik kembali ucapan gadis bodoh. Miu juga akan mendapatkan permintaan maaf dari mereka. Selain itu—” jeda Levi membuang napas kesal. “Gue mau si Izi, Izi itu mengakui kalau Miu nggak sebodoh apa yang mereka pikirkan!”

“Dia bukan orang seperti itu asal lo tahu. Izi bukan orang yang mudah minta maaf kalau dia merasa nggak bersalah. Dan dalam konteks ini gue yakin—Izi nggak merasa harus bertanggung jawab atau apalah itu,” ujar Gerald memberitahu sifat Izi.

“Lo kayak kenal banget sama dia?” tanya Levi menelisik. Levi tahu kalau Izi satu kelas dengan Gerald. Tapi gadis itu tidak tahu jika Gerald mempunyai hubungan yang dekat dengan Izi. Pasalnya Izi bukan tipe orang yang suka berteman dekat dengan orang lain. Laki-laki itu terlihat lebih parah daripada Gerald.

“Izi sepupu gue.”

Levi menggebrak meja dengan kuat. Untung saja kelas telah sepi. Hanya ada mereka berdua di dalam kelas ini. “Jadi si Izi manusia menyebalkan itu sepupu lo?” kaget Levi, tidak lama membuang muka ke arah samping. Gadis itu mendesing, dan tidak lama tersenyum miring. “Pantas aja, kelakuannya sama. Maunya dikejar, tanpa mengerti apa arti perjuangan. Ternyata kalian berdua saudara?” ujarnya dengan sinis.

Gerald mengambil napas dalam, mendengar setiap perkataan nyelekit dari gadis ini. “Bukan kita yang nggak mengerti arti perjuangan. Kalian aja yang suka memperjuangkan sesuatu yang nggak pasti!” Gerald memutar bola mata malas.

Levi menatap jengkel Gerald. Ingin rasanya ia meruak, dan mencakar-cakar wajah tampan cowok itu. Perasaannya masih geram saat ini.

“Mukanya biasa aja.” Gerald mencubit gemas pipi kiri Levi. Membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya dengan kesal. Malah terlihat semakin lucu di mata Gerald.

D E T A KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang