3-[Spesial Sabtu Malam]

30 7 3
                                    

[Hayuk jan lupa vote:)]

PLAAK!!!

"Bu!!!"

Petang itu, suara tamparan menggema di ruang tengah. "Ampun, Bu!" Pinta sang anak pada ibunya. Ia merintih kesakitan sambil memegang pipi panas bekas tamparan. "Mau sampai kapan kamu seperti ini?" Tanya sang ibu dengan suara tegas. Sang anak hanya menunduk terdiam sesekali menangis sesenggukan.

"Jawab?!"





Tiada jawaban keluar dari mulut sang anak.































































































Sang ibu terlanjur geram dan tak segan-segan memukul anak itu.

"I-bu ... Ma-maaf,"

"Aelah! Ngapain ibu jahanam kayak gitu gak dilawan?!" Protes Arin pada layar televisi dihadapannya. Arin terlanjur gemas dengan adegan sinetron anak tiri yang ditontonnya. Sambil mengunyah camilan sesekali Arin berkata pada sang anak pada layar kaca untuk melawan atau meninggalkan rumah.

"Howalah, Rin, Rin, sinetron gak mendidik kayak gitu ngapain masih ditonton?" Kata Wijaya yang tiba-tiba ikut duduk manis menonton televisi.

Arin menghela napas panjang dan berkata, "Pergi gak, setan?!" Wijaya menirukan mimik muka Arin sambil mengunyah cemilan di tangan Arin. "Ciye ... masih marah nich," "Ck! Mas!" Decih Arin. Arin memasang muka garang dan tak segan-segan mempraktikkan 'ilmu' yang sudah ia tonton. Ia mencubit dan memukul keras lengan Wijaya.

Advertisement layanan masyarakat: guise, cara Arin tadi gak usah ditiru di rumah , ya! #authorbaek

"E-ey, ey! Lara ya, su!" Umpat Wijaya.

"Lanang kok aleman!"

"Mbahmu!"

Arin berdiri dan mendorong Wijaya. "Mbahku lanang wedhok. Banci jupuka!" (Simbahku laki-laki perempuan. Banci ambil aja!) Seru Arin seraya menginjak kaki Wijaya lalu pergi entah kemana."Cih, ngono wae nesu." Gumam Wijaya.

Wijaya duduk manis penasaran menonton sinetron membuat darah tinggi itu. "Walah! Padha wae! Mbok ya gek ... iiiish!" Lama kelamaan ia terlarut dalam suasana sampai tak segan mengekspresikannya dengan berteriak histeris.

"Ahaha, jilat ludah sendiri." Sindir Arin kemudian merebut remote televisi dari genggaman Wijaya.

"Dek, gini kan maksudmu?" Wijaya mempraktikkan perkataan Arin.

"Gak gitu mas!!! Kamu tuh percuma kuliah sastra Indo!" Arin merasa geram lalu mencubit lengan sang kakak sekuat tenaga.

"Ini apaAn sEh ASOEG?!" Teriakkan dari Wijaya menggema diseluruh ruangan dan seketika itu juga suasana menjadi hening.

"He .. eem"





























































































'Mati aja kamu,'













'habis ini ibuk bakal kayak yang di sinetron gak ya?'





































[Hiatus] Urip kok Tenanan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang