5

16 5 2
                                    

[Janlup vote yew:>]

[Author POV-FLASHBACK🌿🍃🌱]

"Maaa, San pulang!" Sahut San dari luar rumah. Sang ibu keluar menyambut anaknya. "Waah, udah pulang, tha? Gimana ulangannya tadi?" tanya sang ibu.

San hanya tertunduk dan membuat sang ibu terheran. "San? Kenapa?" sang ibu menyejajarkan tubuhnya dengan San. "Maaa, matematika San 45 lagi." Jawab San.

Sang ibu tahu kondisi San hari ini sangat buruk. Setahu ibu San, ia adalah orang yang periang. Sekalipun ia terkena masalah, ia tetap tersenyum seolah tidak terjadi apapun. Kali ini lain. Jika urusan dengan pelajaran yang ia benci, ia tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Terlebih ia harus menunjukkan yang terbaik tanpa celah sedikitpun untuk sang ayah.

"Padahal San udah belajar dua hari. Maaa, mama janji, kan gak kasi tau papa?" Tanya San. Sang ibu mengusap kepala San. "Iya, iya. San tenang aja. San tau gak? Nilai San itu murni dari diri sendiri. Gak masalah San dapet segitu. Yang penting mama bangga kalo San gak nyontek. Nah, besok mama targetin San harus dapet 50. Gimana?" tawar sang ibu.

"Janjiiiii!!!"
"Hahaha, bagus deh. Sekarang San ganti baju terus tidur siang, ya?" Balas sang ibu lalu meninggalkan kamar San. Tentunya dengan membawa kertas ulangan San.

[Kotagede, 15.49]
"San!"
"E-eh i-iya paaaa!" San segera berlari menemui sang ayah. Sang ayah telah menunggunya di ruang tengah.

"Kena-"
"ini apa?"
San tersentak begitu tahu kertas ulangannya ada pada sang ayah.

"Loh pa itu-"
"Mau sampai kapan kamu jadi anak ndableg gini?!"
"..."
"Eh-eeeh paaa sakit paaa"
"Soal gampang gini aja gak becus!"

"Sini kamu!" Sang ayah menyeret San menuju kamar mandi. "Diem disitu sampai sadar sama kelakuan kamu!"
"Tapi pa ..."
Sang ayah merasa kesal lalu menghampiri San. "Ngeyel?" San hanya menggeleng.

"Pa ..."
"Oke kalau masih ngeyel" Sang ayah menenggelamkan San dalam bak mandi.
"Pa, ampun paaa" Pinta San. "Cah ndableg! Blas ra ana gunane!"Umpat sang ayah.

Dari kejauhan, seseorang terus mengamati detail kejadian itu.
"Oh, itu kan kertas ulangan San." ucap orang itu lalu memungut selembar kertas tersebut.

[FLASHBACK END🌿🍃🌱]

"Lagi, lagi, dan lagi, San. Pulang malem lagi?"
Tegur pria paruh baya didepannya. Pria itu mendengus kesal dan tak henti-hentinya memaki sang anak.
Sang ayah memperhatikan seragam putih anaknya yang kini sudah tak beraturan dan kumal.

"Berantem, huh?!"

Sang istri datang untuk melerai suami dan anaknya. "Pak, sudah tha. Kasihan San," Bukannya berhenti namun amarah pria itu semakin memuncak. "Kamu ngapain ikut campur?!" Ucap pria itu sambil mendorong sang istri hingga terjatuh.

"Ma! Mama gak apa-apa, kan?" Tanya sang anak. Sang ibu mengangguk lemah. Sang anak geram dengan perlakuan sang ayah dan tak segan melawan.

"San, sudah! Jangan lawan!"

"Pa! Yang kamu lakukan sama mama itu gak bener. Kenapa? Gila sekali." Bentak sang anak.

Sang ayah menarik kerah seragam kumal milik sang anak. "Sanjaya! Mana tata kramamu?" Ujarnya lalu menampar keras pipi Sanjaya.

"Pak!"

"Pa!" Panggil Sanjaya dengan suara lirihnya. "Kenapa, pa? Papa kenapa selalu menyia-nyiakan San? Apa karena San gak berguna? Apa papa lebih memihak Mas Ji? Karena ia lebih pintar, bisa dibanggakan?"

[Hiatus] Urip kok Tenanan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang