Kaila duduk dengan canggung didepan Dekan kampusnya dan didampingi oleh Adzkan. Kaila menunduk sambil menghela napasnya diam-diam. Matanya menjelajahi ruang keluarga Evildianto.
"Memangnya kamu yakin mau sama anak saya?"
Kaila menengadahkan kepalanya dengan pandangan bingung. Namun alih-alih langsung mengatakan tidak, Kaila terlanjur penasaran dengan maksud pertanyaan mama Adzkan. "Memangnya kenapa, Bu?"
Kaila menatap mama Adzkan dengan takut-takut padahal kalau dilihat-lihat, wanita didepannya jauh lebih ramah daripada anaknya. Kaila bisa melihat darimana sifat ramah, ceria dan periang Alin berasal.
"Laki-laki dikeluarga ini, semuanya menyeramkan. Dingin tapi ternyata penuh kehangatan dan lebih parah sih posesif akut serta tidak akan suka dibantah"
Kaila mengangguk paham karena memang persis sekali dengan sifat Adzkan. Ya iyalah kan yang ngomong itu mamanya, udah pasti tau sisi bobrok anak sendiri.
"Jadi, masih yakin mau sama anak saya?"
Kaila baru saja hendak membuka mulutnya untuk menolak namun Adzkan sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Yang penting itu, Adzkan yang yakin sama Kaila, Ma"
Kaila menoleh menatap Adzkan yang duduk disampingnya dengan bibir mungilnya yang sedikit terbuka terkejut mendengar ucapan Adzkan.
"Bu Dekan, tolong yakini anaknya agar jangan yakinnya sama saya tapi harus sama Tuhan Yang Maha Esa seperti bunyi pancasila yang pertama harus Ketuhanan Yang Maha Esa karena kita adalah bangsa Indonesia" ucap Kaila berusaha untuk mendapat dukungan dari mama Adzkan.
Mama Adzkan tertawa mendengar penolakan Kaila. "Kamu mengingatkan saya dengan masa lalu"
"Sayangnya darah papanya terlalu kuat mengalir dalam anak laki-laki kami satu-satunya ini, sehingga dapat saya pastikan kamu tidak akan bisa melarikan diri kemanapun" sambung mama Adzkan yang membuat bulu kuduk Kaila meremang.
"Kay"
Kaila menoleh merasa namanya dipanggil. Namun pria separuh abad itu terlihat luar biasa tampan dan gagah berjalan menghampiri mama Adzkan. Kaila menatap kagum karena pertama kalinya ia melihat pria setengah abad tampan secara nyata biasanya Kaila hanya bisa menemukan pria setengah abad tampan di tv. Kaila sadar ketampanan Adzkan memang turunan.
"Ada apa sih sayang kok penting banget kayaknya? Untung aja Mas udah selesai rapat"
Kaila terpana melihat cara pria itu memperlakukan istrinya. Manis sekali. Dikecup dulu lalu dipeluk. Bahkan duduk berdampingan aja harus pakai gandengan. Kaila jadi teringat ucapan Alin.
'Pria dikeluarga gue, wajahnya aja yang dingin tapi aslinya hangat. Matanya aja yang tajam tapi hatinya lembut. Bucin semua. Eh tapi yang perempuannya juga jadi ikutan bucin sih. Hati-hati lo, ntar jadi bucinnya Mas Adzkan'
Kaila meringis ketika ia mengingat ucapan Alin. 'Mati deh gue!'
"Ditinggal juga nggak apa-apa. Selain perusahan milik keluarga Mas toh Mas Arkan juga pemegang saham terbesarnya" ucap Kay dengan senyum manisnya yang dibalas Arkan dengan kecupan singkat dibibir Kay.
"Malu ih didepan calon menantu kita"
Kaila mengerjap kaget saat mama Adzkan mengatakan calon menantu. Terlebih ketika tatapan pria bernama Arkan itu menghujamnya dengan tajam. Lebih tajam dari tatapan Adzkan membuat Kaila panas dingin.
"Nggak kok Pak. Saya cuma temannya Alin dan kebetulan mahasiswanya anak bapak" Kaila berusaha mengklarifikasi statusnya dengan senyum gugupnya.
Arkan menatap anaknya lalu tertawa membuat Kaila bengong.
'Lucunya dimana?!' batin Kaila bertanya.
"Mirip Mas banget kan?" tanya Kay dan Arkan mengangguk.
"Papa memang nggak salah ngasih nama belakang ke kamu" ucap Arkan bangga yang semakin membuat Kaila tak mengerti.
"Ngomong-ngomong, Papa mau kamu ikut bergabung mengurusi perusahaan keluarga mulai bulan depan" tegas Arkan.
"Tapi Adzkan tetap sambil jadi dosen, boleh?"
Arkan mengangguk. "Tentu saja. Tapi setelah tujuan kamu tercapai. Langsung resign dan agar bisa fokus pada perusahaan kita" ucap Arkan sambil menatap Kaila dengan senyum tipisnya membuat Kaila merinding dan salah tingkah.
"Pagi!"
Keheningan itu dipecah dengan heboh oleh suara cempreng anak bungsu dikeluarga ini. Kaila menghela napasnya sedikit lega mendengar suara Alin.
"Ini udah sore Alin"
"Mama, Kata senior Alin walaupun udah malam, semangat harus tetap pagi" ucap Alin sambil duduk dan memeluk papanya dengan manja.
"Dan siapakah senior kamu itu?" goda mamanya.
"Mas Wisnu!" jawab Alin senang.
"Kamu mau papa jodohkan nggak sama anak teman papa?" tanya Arkan yang masih tidak suka pada Wisnu.
Alin menatap papanya dengan kening mengernyit. "Memangnya papa punya teman?" goda Alin yang membuat mamanya tertawa.
"Uang jajan kamu mau papa potong rupanya" ancam Arkan dan Alin nyengir dengan senyum manisnya.
"Becanda ih, Pa" timpal Alin dengan senyum manisnya.
"Hallo kakak ipar" sapa Alin menggoda Kaila membuat Kaila melototkan matanya kesal namun Alin tetap saja tersenyum puas menatap Kaila.
"Kok bisa ada kakak ipar disini?" tanya Alin bingung karena biasanya dulu Kaila dibawa olehnya itu pun seringnya saat dirumahnya tidak ada orang karena kedua orangtuanya sedang bekerja dan Adzkan juga sedang sibuk kuliah diluar negeri.
"Mama tadi mergokin ini dua manusia saling pangku-pangku dikampus. Untung mama yang pergokinnya coba kalau mahasiswa atau dosen lain"
Kaila menunduk malu mendengar penjelasan mama Adzkan terlebih saat tatapan papa Adzkan kembali menghujamnya tajam.
"Itu cuma kecelakaan kok" Kaila berusaha berkilah dan membersihkan citranya.
"Justru karena itu kecelakaan jadi bahaya. Ada tuh yang kecelakaan sampai hamil" ucap Kay yang membuat wajah Kaila semakin merona malu.
"Jadi kapan kalian mau nikahnya?"
Kaila mengerjap bingung cara menjawab pertanyaan yang diajukan mama Adzkan.
"Kapan kamu siap dilamar? Kami kapanpun siap mendampingi Adzkan untuk melamar kamu secara resmi"
Alin mengulum tawanya mendengar ucapan mamanya dan menatap ekspresi bengong bercampur putus asa serta kebingungan dalam wajah Kaila.
"Tapi saya masih kuliah" jawab Kaila pasrah.
"Nggak apa-apa. Saya juga dulu nikah pas masih kuliah" jawab mama Adzkan yang membuat Kaila kembali memutar otaknya.
"Tapi saya baru semester 6" kilah Kaila lagi.
"Iya sih, saya dulunya nikahnya pas semester akhir waktu lagi nyusun skripsi"
Kaila tersenyum senang sambil mengangguk. "Saya belum siap kalau sekarang tante. Soalnya masih panjang perjalanan kuliah saya"
"Kalau begitu kami nikahnya setelah Kaila wisuda. Cuma harus nunggu setahun doang"
Kaila menoleh pada Adzkan dengan matanya membulat terkejut atas ucapan Adzkan.
'Yah, salah omong deh gue!' batin Kaila meringis.
"Ya udah kalau gitu, nanti kami akan mendampingi Adzkan melamar kamu pas udah selesai wisuda" ucap Kay dengan senyum ramahnya pada Kaila.
Kaila menelan ludahnya dengan susah payah. 'Mati deh gue!'
![](https://img.wattpad.com/cover/218409826-288-k25094.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REVISHIT (TAMAT)
RomanceApa yang akan kamu lakukan ketika dosen pembimbing kamu adalah pria yang pernah kamu tolak saat pria itu sedang bucin-bucinnya? Cerita Fiksi yang tidak untuk ditiru serta tidak untuk diplagiat! Cover Made from Canva.