Vote
Comment
Jangan lupa yaaaa😉
ENJOY✨
♦♦♦
Bel tanda pulang menandakan waktunya pulang bagi para warga sekolah SMA Melati. Arya bersiap-siap untuk pulang lalu berjalan menuju ke kelas adik tersayangnya. Ia menunggu adiknya itu di depan kelas.
"Fey, ditunggu abang lo tuh" ucap seorang siswi ketika melihat Arya di depan kelas.
"Iya iya" jawab Feyla sambil membereskan barangnya.
"Fey duluan ya" ucap Feyla pada sahabatnya sambil melambaikan tangan. Ia menghampiri sang kakak yang sudah berdiri di depan kelas.
"Udah? Gada yang ketinggalan kan? " tanya Arya ketika melihat Feyla di sampingnya.
"Emm gak ada kok" jawab Feyla.
"Yaudah ayo" ucap Arya lalu menggandeng tangan sang adik menuju ke parkiran. Tak sedikit siswi yang iri melihat perhatian yang diberikan oleh Arya kepada Feyla.
"Beruntung banget sih Feyla punya abang perhatian, udah gitu ganteng lagi"
"Kapan abang gue bisa baik juga kek gitu"
"Gue pengen jadi Feyla"
"Jadi pengen punya abang gue"
Dan banyak lagi celotehan-celotehan yang dikeluarkan oleh para siswi itu. Arya dan Feyla tidak menghiraukan apa yang mereka katakan.
Setibanya di parkiran Arya memberikan helm pada adiknya lalu membantu memasangkannya. Ia naik ke atas motor terlebih dahulu kemudian menjulurkan tangannya untuk membantu Feyla seperti yang ia lakukan pagi tadi.
"Pegangan Fey" perintah Arya pada adiknya itu. Pegangan itu artinya peluk, begitu kata Arya. Feyla pun langsung memeluk tubuh Arya yang berbalut jaket dari belakang. Arya tersenyum melihat adiknya itu menurut tidak seperti pagi tadi saat ia sedang merajuk dan tidak mau memeluknya. Setelah merasa posisi Feyla nyaman, Arya mulai menjalankan motornya meninggalkan parkiran.
"Fey kita makan dulu ya" ucap Arya pada Feyla yang langsung membuat wajah Feyla menjadi sumringah.
"Ayoo makann" ucap Feyla semangat membuat Arya tertawa pelan. Seperti itulah Feyla, selalu bersemangat ketika membahas soal makanan.
Arya mengendarai motornya ke salah satu cafe yang biasa mereka kunjungi. Ketika sampai Feyla turun dan masuk begitu saja ke dalam cafe setelah melepaskan helm nya tanpa menunggu Arya. Kebiasaan, pikir Arya. Ia kemudian menyusul Feyla yang terlihat sedang memesan makanan untuk mereka.
"Bang mau pesen apa?" tanya Feyla pada kakaknya itu.
"Samain aja Fey" jawab Arya. Ia berjalan menuju ke salah satu meja kosong. Ia melihat sekeliling cafe. Tidak terlalu ramai. Matanya tak sengaja menangkap sosok yang sangat ia kenal. Ia menajamkan penglihatannya bahkan mengucek matanya untuk memastikan apakah yang ia lihat itu memang benar.
"Bang, liat apaan sih? serius amat" tanya Feyla yang membuat Arya kaget dan mengalihkan pandangannya kepada Feyla.
"Ehh udah pesen?" tanya Arya.
"Udah. Ih pertanyaan aku belum dijawab. Liat apaan sih bang?" balas Feyla penasaran dengan apa yang dilihat oleh kakaknya.
"Ahh gak ada apa-apa kok" jawab Arya kikuk.
Feyla memicingkan matanya. Sikap kakaknya sangat mencurigakan.
"Kenapa?" tanya Arya ketika melihat melihat tingkah Feyla.
"Gak" jawab Feyla menggeleng lalu memilih memainkan ponsel yang baru saja ia keluarkan dari dalam tas nya. Ia sedang lapar jadi melupakan rasa penasarannya.
Arya lega adiknya itu tidak bertanya lagi.
Ia menoleh kembali pada seseorang tadi. Namun, saat ia menoleh orang itu sudah tidak ada. Pikiran Arya berkecamuk."Benarkah itu dia? Bagaimana bisa dia kesini? Dan ada perlu apa?" seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pikiran Arya. Dia harus membicarakan ini dengan ayahnya.
"Bang, kok bengong? Kesambet?" Feyla melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Arya.
"Hahaha gak kok, abang gak bengong" jawab Arya dengan tawa kaku. Perasaan tadi Feyla lagi sibuk sama ponsel nya kok bisa perhatiin Arya sih.
"Masa? tap-" ucapan Feyla terpotong karena makanan yang mereka pesan sudah datang. Arya menghela napas lega. Feyla pun mulai menikmati makanannya.
♦♦♦
Seorang pemuda tampan sedang memperhatikan gadis yang sedang asik dengan makanannya dari dalam mobilnya. Mata tajamnya memerhatikan gadis itu lekat. Itu adalah gadisnya. Gadis yang sangat berharga baginya. Gadisnya yang sangat ia rindukan. Ingin rasanya ia menghampiri gadisnya itu lalu memeluk tubuh mungilnya.
"Tidak sekarang" ucap pemuda itu pada dirinya sendiri.
Drett...drett...
Getaran ponselnya membuat pemuda itu mau tidak mau harus mengalihkan pandangan dari gadisnya. Ia meraih ponselnya yang berada di dashboard mobilnya dan langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelpon.
"Ya?" ucap pemuda itu.
"Saya sudah selesai mengurus semua yang anda minta, tuan muda" ucap orang yang menelpon. Dari suaranya sepertinya ia adalah laki-laki.
"Hm" respon singkat yang diberikan oleh pemuda itu.
"Apa ada tugas lain tuan muda?" tanya orang itu.
"Tidak" jawab pemuda itu lalu mematikan teleponnya. Ia menaruh kembali telepon itu ke tempat semula.
Pemuda itu kembali memandang gadisnya dari jauh. Ia tersenyum kecil, gadisnya tidak berubah. Masih cantik dan manis.
"Aku sungguh merindukanmu" lirih pemuda itu.
♦♦♦
"Feyla pulangg!" terak Feyla ketika tiba di rumahnya.
"Gak usah teriak juga kali Fey. Kebiasaan udah kek orang utan aja" ucap Arya menegur Feyla.
"Lah emang ada orang utan cantik?" tanya Feyla dengan pedenya. Arya berpikir sebentar.
"Gak ada sih. Tapi emang kamu cantik Fey?" tanya Arya sedikit menggoda adiknya itu.
"Ohhh jadi aku gak cantik gitu, hah?! Jadi abang anggap aku gak cantik gitu?" tanya Feyla diakhiri dengan tatapan mematikannya.
"Lah abang cuma nanya Fey. Gak usah ngegas dong" ucap Arya terkekeh kecil. Ekspresi adiknya sekarang sangat menggemaskan.
"Pertanyaan abang tuh bikin emosi tau gak?!" ucap Feyla masih ngegas. Nih anak kek nya gak terima banget kalo dikatain gak cantik.
"Kamu tuh emang gak cantik Fey tapi cantik banget" ucap Arya menaik-naikkan alisnya.
"Bodo amat" balas Feyla dengan cueknya.
"Dih sok-sok an cuek padahal dalam ati mesem-mesem" ucap Arya.
"Gak denger. Fey gak bisa denger suara setan" balas Feyla lalu berlalu ke kamarnya meninggalkan Arya yang terbahak.
To be continued...