Vote + comment
✨Enjoy✨
-
-
-Mobil yang mereka kendarai berhenti di sebuah gedung besar. Alan turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk gadisnya.
“Jadi selama di sini kamu tinggal di apartemen?” tanya Feyla. Mereka sedang berada di lift sekarang.
“Hmm” Alan menjawab dengan gumaman.
Alan menarik Feyla untuk mendekat ketika ada beberapa orang masuk ke dalam lift. Tangannya memeluk pinggang gadisnya dengan posesif memperlihatkan kepemilikannya.
“Ihh jangan gitu tangannya” bisik Feyla pada Alan takut yang lain mendengar.
Alan menoleh pada gadisnya “Kenapa?”
“Maluu” ucap Feyla lalu menyembunyikan wajahnya yang merona di dada Alan.
Alan terkekeh pelan lalu mengeratkan pelukannya pada pinggang gadisnya.
Lift berhenti di lantai tiga. Alan kemudian mengajak Feyla masuk ke dalam apartemennya dengan tangan yang masih setia memeluk pinggang gadisnya.
“Kamu tinggal sendiri?” tanya Feyla menoleh ke sekeliling apartemen Alan yang cukup luas itu.
“Iya” balas Alan singkat. Lalu membawa Feyla duduk di sofa.
“Orang tua kamu mana?” tanya Feyla lagi.
“Ayah di Bandung” jawab Alan untuk pertanyaan gadisnya itu.
“Mama kamu?”
"Mama aku udah meninggal Fey” balas Alan menatap Feyla sendu. Gadisnya ini benar-benar melupakan semua tentangnya.
"Eh maaf ya aku gak tau"
"Kamu bukan gak tau tapi lupa"
Feyla menunduk "Maaf"
"It" s ok, Fey. Jangan minta maaf"
“Kamu tunggu di sini, aku ke kamar sebentar” sambung Alan lalu berlalu ke kamarnya.
Feyla menunggu Alan sambil duduk di sofa. Namun setelah beberapa lama Alan belum keluar juga dari kamarnya.
“Kok lama banget sih?” ucap Feyla setelah lama menunggu.
Karena merasa jenuh Feyla memilih bangkit dari duduknya dan berjalan melihat-lihat isi apartemen Alan. Langkahnya terhenti di depan sebuah ruangan yang menarik perhatiannya.
“Ini ruangan apa?”
Feyla membuka pintu ruangan tersebut. Ruangannya gelap.
Dengan ragu Feyla masuk ke dalam ruangan itu.
"Permisi"
Ia mencari saklar dan menekannya. Lampu menyala dan menerangi seluruh ruangan itu.
Feyla terkejut melihat isi dari ruangan tersebut. Ruangan itu dipenuhi oleh foto-foto kebersamaan Feyla dan Alan. Feyla mengambil salah satu foto yang terletak di meja. Feyla memandang foto itu lekat. Di dalam foto itu terlihat Feyla yang sedang tertawa senang dengan Alan yang merangkul dan mencium pelipisnya.
Feyla mendekati salah satu foto yang terpanjang di dinding. Foto itu memiliki ukuran yang paling besar diantara semua foto. Feyla membuka kain yang menutupi foto itu. Matanya membulat melihat foto itu. Itu adalah foto dirinya yang sedang tersenyum manis.
Feyla tersentak ketika ada yang memeluknya dari belakang. Ia menoleh dan mendapati Alan yang memeluknya.
“Sudah kubilang tunggu di sofa” ucap Alan pelan dengan masih memeluk gadisnya dari belakang.
“Alan ini...” Feyla tidak bisa melanjutkan ucapannya. Sungguh ia tidak bisa berkata-kata lagi.
“Ini yang mau aku kasih lihat ke kamu” ucap Alan pelan menjelaskan maksudnya.
Alan perlahan melepaskan pelukannya dari Feyla.
“Ini foto kenangan kita dulu” ucap Alan melihat sekeliling ruangan yang terpajang banyak foto.
Alan berbalik menghadap ke arah Feyla. Ia melangkah pelan mendekati gadis itu.
“Kamu tau Fey, kamu satu-satunya gadis yang berhasil buat aku jatuh cinta"
"Hidupku yang awalnya suram jadi lebih berwarna karena adanya kamu"
“Alan” ucap Feyla pelan. Satu tetes air mata berhasil lolos dari matanya.
“Aku bahagia sama kamu. Sangat bahagia”
"Tapi sepertinya Tuhan gak suka liat aku bahagia" Alan tertawa sumbang.
"Dia pisahin kamu dari aku Fey" ucap Alan miris.
"Aku hancur, Fey. Aku berusaha ngelakuin apapun biar bisa bareng sama kamu lagi dan akhirnya aku bisa nyusul kamu ke sini. Aku berharap kita bisa kembali kayak dulu"
"Tapi lagi-lagi aku tertampar oleh kenyataan kalo kamu lupa sama aku. Gak adil kan, Fey?"
Alan berhenti tepat satu langkah di depan Feyla. Menatap gadis itu lekat.
Feyla balas menatap Alan sendu. Hatinya terasa sangat sesak sungguh. Air matanya turun dengan derasnya tanpa bisa ia cegah.
“Tapi gak papa. Yang penting sekarang kamu di sini sama aku. Itu udah cukup buat aku bahagia ” ucap Alan menghapus air mata di pipi gadisnya.
Feyla menutup matanya ketika merasakan sebuah kecupan di keningnya. Cukup lama mereka terdiam dengan posisi itu. Alan melepaskan kecupannya dan menyatukan kening keduanya.
“Tetap sama aku ya, Fey?” pintanya lirih.
“Jangan pergi lagi, please” sambungnya memohon.
Alan tidak bisa membayangkan jika Feyla pergi lagi meninggalkannya. Ia telah menggantungkan segala hidupnya kepada gadis itu. Feyla sangat berharga baginya.
Feyla bergerak memeluk Alan yang langsung dibalas oleh laki-laki itu. Ia mengalungkan tangannya di leher Alan.
“Maaf” lirih Feyla.
“Maaf karena udah ninggalin Alan” sambungnya
“Bukan salah kamu, sayang"
Feyla menggeleng “Maaf karena lupa sama Alan”
“Gak masalah asal kamu selalu sama aku”
“Dan maaf karena udah buat Alan sedih” Feyla semakin terisak.
Alan menggeleng “It’s ok, sayang. Don’t cry” bisiknya pelan.
Feyla merenggangkan pelukannya. Ia menatap tepat di mata coklat milik Alan.
“Fey janji akan berusaha mengingat semua tentang kita” ucap Feyla bersungguh-sungguh.
“Jangan memaksakan diri” balas Alan lembut.
Ia lalu menghapus sisa-sisa air mata di pipi gadisnya lalu mengelus pipi itu pelan dengan satu tangan lainnya yang masih melilit di pinggang gadisnya.
Alan kembali menyatukan dahi keduanya. Menatap Feyla dalam. Wajah gadisnya memerah karena menangis.
“Hidung kamu ada ingusnya” ucap Alan membuat pipi Feyla yang awalnya memerah tambah merah bak tomat.
Feyla memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan Alan. Alan menahan kedua pipi Feyla agar tetap menatapnya.
“I love you”
To be continued...
°°°
Maaf kalo part yang ini bucin banget:v