Apes 1

45 5 2
                                    

Minggu, 9 Agustus 2015.

Hari pertama aku memisahkan diri dari keluarga. Statusku berubah dari anak rumahan menjadi anak kosan. Ada hal sedikit aneh, aku yang penakut menjadi mantap untuk merantau. Padahal aku sangat tidak suka keramaian, bertemu orang-orang, dan lainnya. Selama ini aku hanya di rumah dan di ruang belajarku, bereksperimen sesuka hatiku.

Aku mencoba menjadi pribadi yang baru, melupakan diriku yang sebelumnya dan juga masa SMA. Mengejar suatu impian baru dan berusaha mewujudkan. Itulah tekadku di awal masa menjadi mahasiswa baru.

"Siapa yang dapat melaksanakan. Sekarang berusaha mewujudkannya." Aku berkhayal sambil bernyanyi, tebak saja itu lirik lagu apa.

Aku mulai mengemasi barang-barang bawaanku. Tadi aku sempat diantarkan keluargaku dengan mobil pengangkut barang, aku mengendarai sepeda motor dari rumah ke kos. Orang tua dan adikku sudah pulang, seperti biasa aku melompat ke kasur dan berguling-guling tidak jelas seperti kucing.

"Sepertinya aku menemukan surga dunia," aku menatap seisi ruang di kamar.

Kamar mandi di dalam kamar, tempat belajar dan semuanya di dalam kamar. Itu adalah surganya para introvert, termasuk aku. Aku melanjutkan mengemasi barang-barang, menempatkan dengan rapi pada satu sudut ruang. Yah, setidaknya aku tinggal sendiri karena kebiasaanku yang tidak bisa diam bisa saja membuat orang lain tidak nyaman. Jika aku diam maka artinya aku sedang tidak baik-baik saja.

Malam telah tiba, aku baru sadar jika kosan ini belum banyak penghuninya. Bahkan baru dua kamar yang terisi, satu kamar yang kutempatin dan satu kamar ditempati dua orang. Aku tidak mengenal orang yang menempati kamar satunya, jadi aku malu untuk berkenalan. Aku berusaha tidur awal agar tidak terpikirkan hal yang macam-macam.

Udara terasa dingin, angin seolah menerpaku secara langsung. Benar saja, aku menjumpai diriku berjalan di luar kamar tanpa sadar.

"Oh, tidak-tidak. Ini tidak lucu." Kata-kata yang sering kuucapkan saat merasa kesal atau tidak nyaman.

Aku terbiasa tidur mengenakan jam tangan, saat melihat jam digital tertulis 00.24. Jantungku berdegup tiada henti. Lagi-lagi aku lupa memastikan apakah kos yang kutempati ini berhantu atau tidak.

Benar saja, aroma anyir tercium dari teras kamarku. Aromanya berasal dari lantai satu (kamar di bawahku). Kakiku kaku tak bisa kugerakkan. Bibir seolah membeku oleh hawa dingin, bulu kudukku berdiri, dan wujud yang tak kuharapkan terbayang di kepalaku.

"ssttttt, setan." Aku berlari ke kamar dan menguncinya. Tak lupa aku mengambil raket nyamuk untuk mengusir mahluk yang tidak ingin kulihat. Siapa tahu bisa kusetrum dan pergi.

Tanpa kusadari, aku kembali tertidur dan terbangun waktu subuh. Kepalaku terasa agak pusing dan sedikit demam. Aku harus tiba di fakultas MIPA jam tujuh pagi untuk mengkuti program pengenalan akademik yang biasa disebut PPA.

MaksimumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang