2. Alaskar

145 10 8
                                    

Pada dasar nya kami berteman hanya untuk mencari kesenangan, namun kita terlarut dalam zona yang benar-benar sulit diartikan. Zona dimana kita jadikan mereka rumah tuk singgah, keluarga berbagi cerita hingga menjadi orang pertama yang akan  melindungi. Bahkan lebih nyaman bersama mereka dibanding dengan peran keluarga sebenarnya.

***

"Mana yang sakit? Sini," suruh Karel. Gadis itu hanya menurut memperlihatkan kaki nya yang terluka. Karel langsung membasuh dengan alkohol dan menutupnya dengan handsaplast. Untung saja ruang Uks masih terbuka jadi tidak kelimpungan tuk menangani luka.

"Maka nya jadi orang tuh jangan ceroboh," pesan Karel, menaikkan badan lalu duduk disamping gadis itu.

Semua hening hanya deraian air hujan saja yang terdengar. Mereka dengan segala kebisuan menatap hujan tak kunjung reda. Duduk berdua tanpa berbicara, hanya bergulat dengan pikiran masing-masing.

"Eum makasih ya kak," ucap gadis itu memecahkan keheningan. Gadis itu menjulurkan tangan seraya membeberkan senyuman "Aku Liona. Liona Zyenviola kakak siapa?" Tanya gadis yang bernama Liona itu.

Karel hanya menatap malas ke arahnya, lalu dia menunjuk badge nama ke arah Liona tanpa sepatah kata apapun. Liona yang mengerti pun menganggukkan kepala. Hening kembali, Liona yang merasa tubuh nya mulai kedinginan mencoba menggosokkan tangan dan memeluk dirinya sendiri.

"Dingin ya?" Tanya Liona.

"Gue engga," jawab Karel. Bagaimana bisa Karel tidak kedinginan toh dia memakai jaket. Memang Karel sudah dipertemukan jaketnya sebelum mengobati luka Liona. Ternyata jaket Karel ada di loker miliknya sendiri.

"Eh eum kan kakak pakai jaket."

"Nah itu lo tahu, karena jaket nya cuman ada satu jadi gue pakai sendiri gak mungkin kan kalau gue harus robek nih jaket buat lo."

"Gak perlu kok," tolak Liona.

"Lagian gue gak bakalan lakuin juga," Karel tak mengindahkan.

Hujan pun dikit demi sedikit reda, Karel berdiri dan meninggalkan Liona yang terdiam ditempat. Sampai pada parkiran Karel langsung memasukkan kunci tak lupa juga memakai helm, ketika ingin membelah ibu kota Karel diberhentikan oleh Liona dengan posisi membentangkan tangan disamping.

Karel membuka kaca helm nya "Apa lagi sih gue mau balik."

"Kak Karel aku nebeng boleh ya?" Pinta Liona.

"Gak."

"Ish aku tuh ya engga ada yang jemput tau," terang Liona. "Motor ku sedang diperbaiki."

"Gue gak peduli, minggir." Akhirnya Liona mengalah dan memberi jalan pada Karel.

"Demi apa pun itu cowok songong banget," kesal Liona.

Liona berjalan lemas menuju halte mungkin saja masih ada angkot yang ia tunggangi di jam segini. Sudah lebih dari satu jam Liona masih diam duduk menunggu angkot, kalau saja handphone nya tidak lowbat pasti dirinya sudah pulang menaiki ojol.

***
Hari kini bergulir malam, Karel memang baru saja berganti pakain setelah pulang dari rumah Iqbal tempat dimana teman-temanya berkumpul. Karel dengan segala penatnya sengaja menidurkan bokongnya seraya memejamkan mata sebentar, lalu ia terbangun kembali setelah mendengar ketukan pintu. Dengan malas Karel membukanya yang menampakkan wanita paruh baya dengan senampan nasi dengan lauk dan juga segelas air. Wanita itu tersenyum tulus yang membuat Karel semakin merindu kepada seseorang.

"Ini den makan dulu nanti takut sakit lagi," ujar wanita itu menyodorkan nampan tersebut. Namanya bi Inah asisten rumah tangga yang sudah bergabung sejak Karel kecil.

KARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang