Andra menghentikan motornya didepan sebuah club. Apa dia akan kesana? Senakalnya, baru kali ini dia menginjakkan kaki disini seumur hidup. Itu karena sebuah janjinya pada seseorang yang sangat ia sayangi.
Andra mengacak rambutnya kasar. "Argh! Gimana gue bisa lupain Lo!" Teriaknya frustasi. Ah ingin sekali dia membunuh orang. Ia segera mengambil belatinya disaku jaket hitamnya. Ah sial! Kemana belati itu? Raut wajahnya berubah menjadi gelisah. Sedetik kemudian dia menepuk keningnya keras. Jaket kulit! Pantas saja ayahnya tau jika dia yang membunuh Ragiel. Belati dan pisau dapur belum dia cuci.
"Kamu jangan nakal ya. Janji sama aku. Aku ngga mau kamu rewel nanti kalo udah besar" ucapan dari seseorang membuat Andra berdecak. Bagaimanapun, janji adalah hutang. Dan Andra,
Tidak akan mengingkari itu.
Andra segera menjalankan kembali motornya menyusuri jalan. Malam ini begitu sepi, tidak ada yang membuatnya senang kecuali membunuh.
"Gue harus mencari korban malam ini-"
"Dengan tangan kosong" ucapnya lalu menghentikan motornya setelah melihat seorang lelaki yang kini berjalan didepan kendaraannya.
•••••••••••••••••••
"Iya. Saya akan menghubungi anda kembali" ucap seorang lelaki dengan telepon yang ditempelkan ke telinganya.
Setelah mendengar jawaban dari seberang, dia menganggukkan kepalanya dengan wajah gelisah. "Apa tidak bisa ditunda? Anak saya baru saja memasuki SMA. Tidak mungkin kan saya mengajaknya pindah secara tiba-tiba?" Tanyanya mencoba bernegoisasi.
"....."
"Oh oke baiklah. Kasih saya waktu dua bulan untuk membujuk anak saya"
"....."
"Oh anak saya bernama Andra. Andra Putra Arkana" ucapnya lalu memutuskan sambungan telepon.
••••••••••••••••
Dilain tempat, seorang gadis kini tengah menonton tv diruang keluarga dengan seorang laki-laki yang berumur tak jauh beda darinya.
"Bang, abang punya temen kecil ngga?" Tanyanya. Ya, dia adalah Angelina.
Lelaki bernama Akbar mengerutkan kening. "Kenapa? Tumben nanya gitu?" Tanya Akbar. Ia memiliki firasat tidak enak. Ada apa ini?
Angelina menggeleng. "Engga papa kok" ucapnya lalu beranjak menuju kamar.
Akbar menghela nafas pelan. Menatap punggung adik perempuannya yang hilang dibalik pintu kamar. "Lo kenapa Angelina?"
#next?
KAMU SEDANG MEMBACA
MyPsycho
Teen FictionAutor POV "Lo tau ini darah siapa?" Tanyanya tanpa memandang Angelina. Masih sibuk membilas belati itu yang mungkin, telah memakan banyak korban. Angelina diam. "Orang yang mencampuri urusan gue. Terutama Lo" ucapnya dengan menunjuk wajah gadis did...