❣lima❣

580 109 13
                                    

Yoongi masih berada di minimarket menunggu karyawan pengganti tiba. Pukul dua pagi dan ia masih berada di sini. Tak lama seseorang paruh baya tiba. Ia adalah tuan Choi pemilik mini market. Berjalan menghampiri Yoongi.

"Kau bisa pulang Yoongi-yaa," Ucapnya. "Aku akan menggantikan mu kali ini."

"Eunsoo tak datang?" Sejujurnya Yoongi iba jika Tuan Choi harus berjaga malam sendirian. Ia sudah cukup tua untuk itu.

"Tidak. Ia sakit, segera pulang... Kau besok harus sekolah," bujuk pria itu.

"Biar aku menjaga sampai pagi besok."

"Tidak, pulanglah, aku tak ingin pekerjaan ini akhirnya membuat sekolahmu terganggu."

Yoongi menuruti perintah sang bos, dengan sedikit terpaksa ia melepas rompi kerjanya, lalu memberikan pada tuan Choi.

"Berhati-hatilah, aku pergi," pamitnya sambil lalu.

"Berhati-hatilah!" teriak tuan Choi.

Yoongi melangkah keluar, untuk kembali pulang. Ya, seperti ini harinya dihabiskan, sekolah dan bekerja. Meski sedikit melelahkan tapi, di luar lebih baik dibanding, harus menghadapi para penagih hutang yang bisa datang kapan saja.

Ia berjalan perlahan, seraya mulai menyalakan rokok di tangannya. Sehari paling tidak ia hanya bisa menghabiskan satu puntung rokok. Uang jajan dan gajinya harus benar-benar ia hemat untuk melunasi hutang yang mencekik dirinya dan sang ayah sejak lama. Entah, apa yang dibeli sang ibu hingga berhutang puluhan juta won. Parahnya, kini wanita itu melarikan diri tanpa pesan.

Jalanan larut malam yang sepi. Meski ada beberapa orang, yang masih berlalu lalang. Lorong pertokoan sepi yang menjadi teman dalam perjalanan. Memasuki pemukiman kali ini benar-benar tak ada seorang pun. Lelaki pucat itu telah terbiasa, membuatnya santai saja berjalan menuju rumah. Ia lalu melempar sisa puntung rokok, kemudian melangkah kembali, menuju rumah yang jaraknya tak lebih dari lima rumah ke depan.

Sebuah bangunan bertingkat, ada dua lantai sebuah rumah sederhana. Satu-satunya harta yang dimiliki sang ayah. Rumah peninggalan mendiang neneknya. Berjalan masuk, ruang tengah masih terlihat terang. Yoongi berjalan masuk, melihat sang ayah yang duduk, sementara kepalanya rebah di sandaran sofa sambil terpejam. Ia memilih segera menuju kamar. Sejujurnya, ia sudah sangat mengantuk. Sampai di kamar ia rebah setelah melepas jaket yang dikenakannya.

Menatap kosong pada langit-langit kamar, melenguh sejenak dan memejamkan mata kini. Dulu ia berharap semua akan baik-baik saja esoknya. Namun, kini ia tak pernah lagi banyak berharap. Karena ia tau, esok setelah ia bangun semua akan sama saja.

★★★

Reya telah berada di kelas 12 B, kelas kali ini tenang karena tak ada pembangkang batin Reya, ya karena ini bukan kelas Lim Yoongi. Entah kenapa, tapi, sejak semalam ia merasa terusik karena anak muridnya itu melihatnya dengan Jungkook. Ia takut jika Yoongi menyebarkan gosip aneh tentang dirinya, akibat melihatnya bersama sang adik tanpa bisa menjelaskan duduk perkaranya.

"Jadi aku minta kalian buat sketsa ruang belajar, pada jaman Joseon. Lalu buat kaligrafi tulisan sarangbang. Lakukan berkelompok satu kelompok terdiri dari tiga orang. Lakukan riset, tentang bahan bangunan utama." Reya memerhatikan kelasnya, anak-anak mulai saling melirik satu sama lain. "Silahkan buat kelompok dan diskusikan. Kumpulkan tugas kalian lusa."

Tepat saat itu bel tanda mata pelajaran telah berakhir. Reya merapikan buku bawaannya dan berjalan keluar.

Terima kasih Bu!

Hati-hati Bu!

Anak-anak berteriak sementara Reya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Ia senang respon anak-anak di kelas semakin positif. Tentu, salah satu kebahagian guru adalah saat murid merespon dengan baik apa yang mereka berikan.

Reya kembali ke ruangannya, sedikit riuh ada beberapa wali murid yang tengah berkonsultasi dengan Ibu Ma, guru yang menangani tentang konsultasi kelulusan siswa tingkat dua belas.

Reya tak ingin terlalu ikut campur karena ini memang bukan bidangnya. Bidang seni budaya di sekolah ini tidak masuk pelajaran utama. Seraya menunggu kelas berikutnya satu jam lagi, ia ingin ke atap sekolah. Menikmati potongan buah dan jus yang dibawa dari rumah.

Sampai di atap, guru sementara itu duduk di lantai bersandar pada tembok. Menyenangkan sekali, sementara angin bertiup ia membiarkan rambutnya sedikit terbang terkena semilir angin. Sesaat kemudian, pikirannya teringat pada Jimin. Segera, saja ia mengambil ponsel miliknya dan menghubungi sang suami.

"Yeoboseyo?"

"Kau sudah sarapan?"

"Nde, kau tak mengajar? Kau sudah sarapan?"

"Aku sedang di atap, karena jam kosong. Dan tak sempat sarapan, semalam aku makan banyak bersama Jungkook."

"Kau merindukanku?" tanya sang suami dengan nada manja yang menggoda.

"Ya, jangan bicara seperti itu. Aku masih akan menunggumu beberapa hari lagi."

"Aku akan pulang, jika kau meminta."

"Tidak, jangan lakukan itu. Selesaikan pekerjaanmu, urus restoran ayah dengan baik."

"Baiklah, kau memang istri yang pengertian. Saat aku kembali ibuku mengajak makan malam bersama."

"Baik, lanjutkan pekerjanmu."

"Baiklah."

Reya memulai menyantap buah yang dibawanya setelah selesai menghubungi sang suami. Ia memerhatikan sekeliling lalu melihat sepasang kaki di sela tembok gedung. Ia berjalan menghampiri dengan perlahan. Seseorang terlihat rebah di lantai.

"Lim Yoongi?" gumamnya, ia menyadari karena sejauh ini hanya Yoongi yang memiliki kulit paling putih diantara murid yang lain.

Yang dimaksud tersadar membuka mata dengan kesulitan. Reya menatapnya, marah? Tidak. Ia hanya tersenyum pada muridnya itu.

"Kelas 12 A saat ini pelajaran olahraga. Lanjutkan tidurmu."

Yoongi terlihat kesal tapi kembali merebahkan tubuh, lalu terpejam. Sementara Reya kembali ke tempat ia duduk. Ia tau muridnya itu kelelahan karena pekerjaannya. Lagipula, anak itu sudah cukup lelah dengan pekerjaannya. Rasanya tak perlu lagi berolahraga.

Reya kembali menyantap potongan buah miliknya, seraya bersenandung.

"Ijeneun neol bogo sipeodo
bol su eopdae
bame tonghwado mothandae
neon geuraedo gwaenchanni
neol itgo haengbokhagil barandae
u ne sarangeun yeogikkaji laeyo
meokmeokhage doraodeon geu bameun
jeil chuun yeoreumbamieosseo
chagawojin uri saicheoreom."

Yoongi membuka matanya, ia mendengarkan suara Reya yang mengalun pelan. Setelahnya ia kembali memejamkan mata.

Reya melihat jam tangannya saat ia telah selesai makan. Masih banyak waktu, ia belum meminum jus yang ia bawa. Yang terbersit saat jni adalah, jus ini akan ia berikan untuk Yoongi.

Ia berjalan mendekat dan meletakkan jus itu di samping tangan si pucat. "Jangan terlambat ke kelas berikutnya."  Lanjut guru cantik pemilik mata bulat seraya meninggalkan tempat itu.

Mendengar pintu di tutup Yoongi perlahan membuka matanya. Ia duduk, lalu melihat sekotak jus jeruk di sampingnya. Sebenarnya, ia bingung juga kenapa Reya tak marah? Padahal ia tidur di saat jam pelajaran. Jika saja itu guru lain. Entah apa yang sudah mereka lakukan.

Yoongi mengambil jus, membuka dan meminumnya.

"Aneh," gumamnya.

★★★
.
.
.

R-Phile/ MYG✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang