❣satu❣

1.3K 145 10
                                    

Seoul dengan taburan kelopak bunga sakura di awal bulan Maret. Musim sakura belum sampai puncaknya tapi, sebagian jalan telah meromantiskan diri karena taburan kelopak merah muda manis itu. Reya gadis pemilik mata bulat, pipi  merona, hidung yang tak cukup bagus baginya—hingga harus ia poles dengan make-up agar terlihat sedikit menonjol, bibir tipis bagian atas dan berisi di bagian atas terpoles dengan liptint peach, rambut hitam panjang bergelombang yang ia biarkan tergerai. Hari ini menggunakan A-line Coat  berwarna hitam ( jaket bludru dengan potongan bawah yang lebar), sementara bagian dalam mengenakan sweater tipis merah dengan rok selutut bermotif kotak, juga sepatu boot hitam menunjang penampilannya.

Wanita itu melangkah dengan riang. Setelah menerima pengumuman bahwa  diterima menjadi salah satu guru sementara. Setidaknya, ia memiliki kegiatan selama sang suami bekerja nanti.

Ia sampai di rumah, melihat pria dengan senyuman manis menyambutnya. Siapa lagi kalau bukan Jimin Wang. Sang suami yang kini tengah menyibukkan diri dengan masakan di dapur. Hari ini ia libur bekerja. Karena itu, memasak sesuatu untuk wanita yang ia cintai menjadi salah satu cara mengusir bbsan.

Reya mengatur ekspresinya, telihat sedih ketika berjalan mendekat. Jimin berusaha tersenyum berjalan cepat lalu memeluk sang istri. 

"Tak masalah, kau bisa coba lagi dikesempatan lain." ia melepas pelukannya, dan menatap Reya  yang tak bisa menyembunyikan senyum. "Kau berbohong 'kan?"

Jimin jelas curiga setlah melihat perubahan raut wajah Reya.

"Aku diterima!"

"Sungguh?!"

Reya mengangguk, keduanya melompat layaknya anak-anak. Kedua mata pria bermarga Park itu bahkan hilang, menyisakan garis mata karena bibirnya yang tersenyum merekah.

"Bau apa ini?" tanya Reya.

Jimin berlari ke dapur. "Kue ikanku!"

Kue ikan yang tengah digoreng Jimin menghitam karena merasa kesal karena terlalu lama diabaikan.

★★★

Sementara di sebuah rumah sederhana. Seorang remaja berkulit pucat merebahkan tubuh di sofa hitam seraya mendengarkan musik dari ponsel. 

Tak perduli dengan jingga atau merah muda di luar sana. Baginya sama saja, hidup memang sudah tak baik padanya sejak kecil. Ia bahkan lupa kapan tertawa, selain karena kartun yang sering ia lihat. Ya .., setidaknya, ada satu hal yang membuat otot-otot wajah tak terlalu  tegang.

"Kau sudah makan?" Sang Ayah Tuan Namjoon berjalan masuk ia terlihat sangat lelah. 

Yoongi mengangguk. "Aku membuat sup rumput laut." Yoongi lalu melempar sesuatu pada Namjoon yang segera diterima. "Selamat ulang tahun," ucapnya.

Setelah melemparkan uang pada sang ayah, ia berlari menuju kamarnya. Hari ini ulang tahunnya. Dan tak ada satupun yang mengingatnya, termasuk sang ayah. Marah? Tentu tidak, ini hal yang biasa terjadi. Toh, ia mengerti betul mengapa Namjoon bisa lupa tentang hari ini.

Namjoon membuka gulungan yang diberikan Yoongi. "Uang?" gumamnya.

Ia berlari menuju kamar sang anak yang telah di tutup rapat. Pria dengan lesung pipi itu mengetuk pintu kamar. Kali ini ia benar-benar merasa bersalah. Bagaimana bisa ia lupa ulang tahun anakya?

 "Ini ulang tahunmu."

"Aku tau, gunakan saja uang itu. Aku lelah dan akan tidur."

Namjoon menghela napas, meruntuki dirinya yang melupakan ulang tahun anak laki-laki satu-satunya. Ini adalah ulang tahun Yoongi ke sembilan belas dan ia melupakan itu. Ya, dirinya terlalu sibuk bekerja, untuk melunasi hutang-hutang sang istri yang kini entah berada di mana.

Bodoh memang, Namjoon tau dan paham. Ia ditinggalkan dengan hutang yang menumpuk; lalu harus melunasinya. Sebenarnya ia ingin tak peduli. Bisa saj urusan ini ia serahkan pada kepolisian. Toh, ini bukan hutangnya tapi, wanita sialan yang telah mendua dan meninggalkannya. Hanya saja, rasa tanggung jawab seorang Namjoon Lim begitu tinggi. Baginya menghindar adalah bukan jawaban. Mereka pernah coba menghindar hingga banyak waktu yang terbuang. Bahkan sekolah Yoongi yang berantakan. Sejak itu Namjoon bertekad akan mencari uang untuk membayar hutang dan menghidupi  Yoongi.

Sementara di dalam kamar, Yoongi sama sekali tak tidur. Ia lagi-lagi memainkan ponsel di tangan, lalu memutarnya sesekali. Tatapannya nanar menatap langit-langit kamar.

"Aagh." ia melenguh seraya menepuk punggungnya yang terasa ngilu akibat mengendarai motor hampir seharian.

liburan kenaikan kelas, memaksanya untuk menghabiskan waktu untuk bekerja. Membantunya untuk menghabiskan waktu juga membuat ia bisa membantu sang ayah.

Pikirannya membawa ia pada kenangan kecil. Saat itu ia masih sekolah dasar melihat sang ibu dicium dan dicumbu pria lain. setelahnya, ia berlari masuk ke kamar dengan ketakutan.

"Jalang!" makinya pelan.

★★★

;

;

Halo assalamualaaikum gaes, cerita ini ikut dalam  ajang Gmg Hunting Writers 2021. dari grass media

buat kalian yang mau baca lagi skuy, jangan lupa komen dan vote. Karena akan ada kesempatan bagi pembaca aktif dengan komentar menarik di akhir ajang ini. Shipper YoonRe mohon bantuannya yaaaa...

R-Phile/ MYG✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang