Reya berjalan menuju ruang guru lalu duduk di meja kerjanya. Hari ini ia merasa cukup puas meski ada satu anak murid yang mengganggu pikiran. Namun, ia merasa itu akan berubah perlahan. Ia melihat sekeliling, hanya ada salah seorang guru di sana. Ia melirik mencoba membaca name tag yang terhalang buku.
"Ada sesuatu?" pertanyaan meluncur dari guru pria di hadapannya. Seo Jin merasa jika wanita itu memerhatikan dirinya.
Reya berdiri, membungkuk, mengulurkan tangan dan segera memperkenalkan diri. "Salam kenal aku Reya Wang."
"Aku Seo Jin, kau bisa memanggilku Jin."
Pria itu menjabat tangan Reya, wanita itu kembali duduk. Ia ingin bertanya tentang Lim Yoongi. Semoga Jin bisa membantunya, itu yang ia pikirkan.
"Maaf Pak Jin."
"Ya?"
"Apa anda punya catatan siswa bernama Lim Yoongi?"
"Apa ia mengganggu kelasmu?"
"Sebenarnya, ia tak terlalu mengganggu. Hanya cuek dan acuh."
Jin menghela napas. "Ia tak bermasalah dengan semua guru pria dan bisa mengikuti pelajaran, meski nilainya tak terlalu baik. Guru-guru di sini memilih tak memperdulikannya. Jadi, fokuslah mengajar tak perlu berusaha keras menarik atensinya."
Pria itu lalu membuka laci mejanya, mengambil sebuah map berwarna biru lalu memberikan pada Reya. "Ini catatan guru Song, dulu ia menjadi guru seni budaya di kelas 11B di sana ia mengajar Yoongi."
Reya menerima lalu mencari catatan siswa yang ia tanyakan. Setelahnya segera mengembalikan pada Seo Jin.
"Terima kasih," ucapnya.
"Fokus pada yang lain jangan buat dua puluh tiga muridmu terabaikan hanya demi seorang murid pembangkang." Jin kembali memperingatkan.
Reya mengangguk ragu, sejujurnya ia tak begitu setuju dengan ini. Bagaimana bisa mengabaikan salah seorang murid? Ia tetap murid dan guru mana yang ingin diabaikan atau mengabaikan seperti itu?
★★★
Pulang mengajar ia segera kembali ke rumah. Melihat sang adik yang telah kembali lebih dulu. Sedang menyaksikan televisi dan menikmati ice cream. Reya mengacak rambut Jungkook sambil berjalan menuju kamar. Ia bergegas mandi lalu mengikuti adik laki-lakinya itu duduk menontonnya televisi. Sebelum ke ruang tengah ia menuju dapur, mengambil mangkuk ice cream lalu menyantapnya saat sudah duduk nyaman.
"Ayo kita makan ramen di luar kak."
"Aku malas."
"Ayo, di depan tak jauh."
Krrukk kruk.
Jungkook tersenyum mendengar suara yang tak asing itu. "Kau terlalu lelah untuk memasak, dan kau lapar. Saranku adalah, ayo, kita makan ramen dan kimbap di sana."
Reya mengikut keinginan sang adik. Mereka berdua berjalan menuju minimarket yang tak jauh berada di sana. Jalanan masih cukup ramai. Masih banyak anak-anak sekolah yang terlihat baru saja pulang. Berjalan sekitar 4 menit setelah keluar dari gedung apartemen. Mereka masuk segera memilih ramen, Reya juga membeli kimbap, dan beberapa kudapan.
Ia duduk lebih dulu sementara Jungkook menyeduh ramen miliknya. Tak menunggu lama sang adik kembali. Ia duduk di samping kakak perempuannya yang kini mengenakan sebuah sweater kuning oversize milik suaminya, rambut yang tergerai basah karena baru saja mandi, menurut Jungkook, ia sama sekali tak terlihat seperti seorang guru.
"Aku terlihat seperti anak SMA yang tak lulus, kesepian dan depresi karena tak ada universitas yang mau menerimamu," ledek Jungkook, lalu meniup ramen miliknya dan menyantap hangat-hangat.
Reya hanya melirik kesal, ia menuangkan kimchi lalu mencelupkan kimbap panjang yang belum dipotong ke dalam kuah ramen pedas miliknya. Menyantapnya dalam gigitan besar membuat kedua pipinya menyembul layaknya tupai. Ditambah matanya yang besar membuat ia semakin terlihat lebih muda dari usianya.
"Bersikap dewasalah, kau ini guru harusnya kau tunjukkan wibawamu," saran sang adik, dihadiahi pukulan di bahu belakang.
"Diam!" maki Reya ia kesal mendengar ocehan Jungkook. "Harusnya ibu tak menikah lagi, aku akan jadi anak satu-satunya."
"Kau harus bersyukur memiliki adik setampan aku. Tak semua orang mendapatkan kebahagiaan seperti itu." Jungkook bergerak membuat wajahnya berada di depan wajah sang kakak. Lalu menopang wajah dengan kedua telapak tangan dan mengedipkan mata.
"Kuah ramen ini akan enak sekali jika membasuh wajah seseorang," ancam sang kakak.
Jungkook bergerak menjauh, ia tak ingin mengganggu lagi. Walau mengganggu Reya adalah hal yang menjadi kesukaannya. Keduanya menyantap makan malam dalam diam meski sesekali Jungkook masih menggoda. Reya menghabiskan satu bungkus ramen, 1 porsi kimbap, sebungkus keripik kentang.
Sang adik yang hanya makan semangkuk ramen menggeleng. "Tadi ia bahkan tak ingin pergi ke sini. Tapi, menyantap paling banyak. Ckckck."
Reya membeli beberapa kudapan lagi. Jungkook hanya mengikuti dari belakang dan menyilangkan tangan di dada. Ia tak habis pikir dengan kelakuan sang kakak. Selera makannya besar sekali untuk tubuhnya yang kecil.
Setelah selesai keduanya lalu berjalan ke kasir, sambil sedikit bercanda. Reya sepertinya membaik setelah perutnya terisi. Segera meletakkan makanan miliknya saat sampai di meja kasir. Ia melihat sosok yang ia kenal.
"Lim Yoongi?" sapa Reya.
Yoongi menatap sekilas lalu berusaha mengingat. Ia memilih tak peduli karena, tak mengenal wanita di hadapannya. Ia melirik Jungkook yang melambaikan tangan. Ia acuh kemudian. "Tiga puluh delapan ribu won," uapnya.
"Kau bekerja setelah pulang sekolah?" tanya Reya.
"Maaf aku tak mengenalmu sebaiknya kau dan kekasihmu segera pergi. Ini terlalu malam untuk anak SMA berkeliaran."
Reya membuka penutup kepala dari sweater yang ia kenakan. "Aku gurumu."
"Aku tak perduli siapa anda, tapi, ini di luar sekolah."
"Maaf aku hanya bertanya." Reya memperhalus cara bicaranya.
Pria dingin itu menatap Jungkook. "Kau berpacaran dengan gurumu?"
Yang ditanya menggeleng kuat sambil melambaikan kedua tangan di dada. "Dia kakakku."
Reya menarik tangan Jungkook untuk segera meninggalkan tempat itu. Ya mungkin pertanyaannya cukup menganggu Yoongi. Ia kagum sebenarnya karena ia tahu bahwa siswanya itu adalah pekerja keras.
"Aku tak ingin ada rumor jika aku menjalin hubungan dengan guru!"
"Kau pikir aku mau?! Dituduh menjalin hubungan denganmu?! Aku bukan pengidap brother komplek."
★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
R-Phile/ MYG✔️
FanfictionPublished: 22/04/2020 END: 30/07/2020 (REPUBLISH/REVISI) Lim Yoongi seorang siswa berusia 19 tahun. Masa lalunya yang kelam membuat ia tak bisa merasakan cinta. Baginya cinta hanyalah omong kosong buatan manusia. Karena pada dasarnya wanita dan pri...