Kesimpulan

7 0 0
                                    

Memang kurasa tak sepantasnya perempuan memendam rasa pada pria. Memang seharusnya cukup si pria saja yang memiliki rasa dan perempuan yang membalasnya.
Karena dengan begitu semua akan menjadi mudah. Tak perlu ada drama merasa tersakiti. Tak perlu bingung dan ragu harus mengungkapkan rasa atau tidak.

Dan lagi pula, jika cinta itu tak berbalas, pria akan lebih kuat menahan sakit hati daripada perempuan.

Karena itu, aku hanya bisa berharap, aku segera berhenti menyukainya. Aku ingin melenyapkan perasaan ini hingga tak bersisa sedikit pun di hatiku.
Dan setelah itu berhasil, aku tak ingin jatuh hati lagi pada siapapun. Hingga nanti Allah takdirkan aku bertemu jodohku dan ijab qabul terjadi. Setelah itu, baru aku akan jatuh cinta pada priaku.
Entahlah siapa dia nantinya. Tapi aku berharap, dia pria yang rajin beribadah, pandai membaca quran dan mengerti agama. Satu lagi, aku sangat berharap dia bukan pria yang kasar!.

Dan untuk si dia.
Aku ingin berterima kasih.
Terima kasih kau telah menjadi orang pertama yang benar-benar membuatku jatuh hati. Bukan karena ketampananmu, tapi karena kepedulianmu, karena ibadahmu, karena kehangatan perangaimu.
Aku belajar banyak dari kisah jatuh hati ini.
Belajar ikhlas, belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan sama hangatnya denganmu, belajar menguatkan perasaanku, belajar untuk tidak berharap pada manusia dan lebih banyak berharap pada Allah.
Terima kasih juga, kau pernah menjadi salah satu motivasiku untuk qiyamul lail dan mendoakanmu.

Kau pernah begitu spesial untukku. Tapi kuharap dikisah hatiku selanjutnya, kau tak lagi ada disana. Karena cukup sekali ini saja aku mengalami semua ini. Bukan karena kau telah menyakiti hatiku. Tidak, kau tidak pernah menyakiti siapapun. Aku tau itu kepribadianmu, itu sifatmu. Kau sangat mudah akrab dengan siapapun, kau peduli pada orang disekitarmu, itu hal yang bagus. Tak pantas sekali rasanya jika aku memvonis bahwa kau orang yang buruk karena tak membalas rasaku. Kau sangat berhak menentukan pilihan hidupmu sendiri. Kau berhak juga menjatuhkan rasa pada gadis pilihanmu, dan itu bukan aku.
Tak mengapa, aku bisa mengerti.
Ku harap, aku bisa menjatuhkan rasaku pada hati yang tepat.
Bukan pada pilihanku, tapi pilihanNya. Pilihan Allah yang lebih pasti.

Ku tutup kisah ini walau sebenarnya aku belum bisa benar-benar menghentikan rasaku padanya.
Mungkin dengan begini, nantinya semua akan berakhir dengan sendirinya.

Dan aku harap, Allah izinkan aku menceritakan kisah hatiku yang lebih membahagiakan daripada ini.
Aamiin.

HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang