Penyesalan datangnya di akhir. Tapi belum pada akhir cerita aku sudah menyesal. Eh, atau mungkin ini sebenarnya sudah di akhir tapi aku yang tak tau?. Entahlah! Hanya Allah yang tahu.
Apa sih yang aku sesali?
Yaps! Apalagi jika bukan menyesal telah jatuh hati padanya?Selalu saja aku menggerutu. Mengapa aku bisa menyukainya? Bahkan sampai mendoakannya di sepertiga malam.
Mengapa aku selalu ingin mencari perhatiannya? Mengapa aku ingin menjadi pasangan hidupnya?Dan aku benar-benar menyesali perasaan ini. Karena aku sudah menduga sebenarnya dari awal, aku dan dia tak berjodoh. Tapi perasaan ini bandel sekali. Aku sering merasa kesal pada diriku sendiri untuk itu.
Belum lagi nasehat dari ibuku untuk mencari penggantinya saja, karena ibuku merasa dia lelaki yang plin plan. Mudah terpengaruh.
Dan jangan lupa bahwa dia tak ada rasa apapun padaku. Hanya teman. Aku hanya teman kerja baginya.
Juga semua prasangkaku soal perempuan idamannya. Dia selalu dekat dengan semua perempuan. Dia sebenarnya bukan tipeku sama sekali.Jelas sekali hal itu merupakan pertanda bahwa kita tak berjodoh.
Aku menyesal sudah mulai akrab dengannya. Dan lebih menyesal lagi bahwa orang-orang disekitarku sudah tau bahwa aku menyukainya, terutama dia sendiri.
Seharusnya tak perlu ada cerita itu. Seharusnya sedari awal aku bunuh saja perasaan ini dengan cepat. Tak perlu berlarut menyimpannya. Kini aku kesusahan menghapuskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati
Ficção AdolescenteKisah ini tak serahasia cinta Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah dan Ali bin Abi Thalib. Tapi sekuat tenaga aku sembunyikan dari orang-orang di sekitarku, terutama darinya. Terlalu banyak ketakutan dan keraguan untuk mengungkapkannya. Sampai kadang a...