15 : Pergolakan Untuk yang Pertama

672 115 43
                                    

Happy Reading.









"Kalian berdua ada masalah apa sih?" Kiki yang sejak kemarin merasakan ketegangan aura diantara kedua sahabatnya ini mulai jengah.

Bagaimana mungkin? Keduanya hanya saling diam tanpa mengobrol satu sama lain membuat ia dan Bastian yakin pasti ada sesuatu hal yang terjadi.

Hari ini, Bastian dan Kiki sepakat untuk datang ke rumah Iqbaal setelah perdebatan panjang dengan Aldi. Keduanya bahkan berupaya kuat untuk mengajak Aldi yang terus saja menolak dengan ribuan alasan.

"Nih Den minumnya," kata si assisten rumah tangga.

"Makasih Siscantik," jawab Bastian dengan nada yang mendayu-dayu.

Kiki memutar bola matanya, dasar pedofil! Jelas saja gadis belia itu masih mengenyam bangku pendidikan dan mulut sampah sahabatnya kembali berulah. Kiki jadi kasihan dengan jodoh Bastian di masa depan. Sahabatnya itu benar-benar super playboy, perempuan mana saja diembatnya.

Okay. Kembali lagi dengan perang dingin antara Iqbaal dan Aldi yang tak tahu bagaimana mulanya.

"Oke teman-teman, jadi bisa dijelasin kenapa dari kemarin kalian diem-dieman?" kata Kiki memulai obrolan panjang itu.

"Ada apa sih Bang, kita nggak ada apa-apa kok," jawab Aldi mengelak.

Lain Aldi, lain lupa jawaban Iqbaal. Lelaki itu malah melontarkan ucapan yang membuat Bastian sampai berhenti bermain game.

"Kalo nggak ada apa pun yang terjadi, lo nggak akan diemin gue tiba-tiba," kata Iqbaal terus terang.

Aldi mengernyit kemudian mendengus, "Perasaan lo aja kali, gue mah fine aja tuh."

"Eh bopung!" Bastian melempar kacang telurnya, "dari nada lo aja ketauan kalo lagi ada masalah. Nape sih?" ujarnya lagi.

"Apa sih lo, Bas!" balas Aldi yang balas melempar kulit kacang.

"Udah ya anak-anak dengerin cikgu sebentar," kata Kiki yang sudah mulai emosi dengan tingkah teman-temannya. "Ald, bisa lo jelasin tentang apa yang dimaksud sama Iqbaal?"

"Gak—"

"Gue gak tau apa yang salah, tapi selepas dia anterin Salsha ke rumah orang tuanya. Tatapannya seolah ngibarin bendera perang ke gue."

Aldi mengembuskan napasnya kasar. Lelaki itu melipat kakinya dan duduk menyandar pada sofa empuk si tuan rumah.

"Lo abis nganter Salsha, Ald?!" Bastian melolot tak percaya. Ya jelas saja! Dia itu sudah mengenal Aldi dari jaman lelaki itu masih memakai popok. "Kok lo nggak cerita ke gue sih?" lanjut Bastian dengan nada mendramatis.

Aldi memasang wajah jijik ketika sahabatnya itu menunjukkan ekspresi menyebalkan. "Jijik Sat!"

"Lagian nih ya lo ngapain pake acara nganter...."

"Assalamualaikum?"

"Eh Salsha?!" Bastian memasang wajah sok ramah dan terbukanya membuat Aldi dan Kiki membuang muka.

Dasar muka banyak!

"Lo ngapain ke sini?" ujaran itu datang dari Iqbaal yang melihat sosok Karel ada di belakang Salsha.

Iya benar, yang mengucap salam barusan adalah Salsha. Tak lain tak bukan si bahan obrolan ketiga makhluk adam tadi. Perempuan berpipi lebar itu tersenyum mendekat ke arah Iqbaal, meraih punggung tangan suaminya untuk dikecup.
Adalah hal kecil yang membuat dua orang kaum adam tersentuh dibuatnya. Mereka bahkan memusatkan pandangan bagaimana wanita itu dengan sopan berjongkok.

A Half-HeartedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang