Seorang gadis berambut sebahu terlihat tengah mengepel lantai teras kelasnya, kondisi sekolah masih nampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang telah sampai di sekolah untuk piket kelas atau sekedar untuk sarapan dikantin.
Kain pel yang sudah tampak kusam dan kotor, ia masukkan ke ember lalu memerasnya dengan telaten. Terlihat dengan jelas bahwa sisa lantai yang belum ia pel hanya tinggal satu per empat saja. Gadis itu menghela napasnya, lalu melanjutkan mengepel lantai teras kelasnya.
" Kalo bukan jadwal gue piket, najis banget ini " gumam Rania yang tampak kesal.
Saat Rania tengah fokus mengepel lantai, mata nya dapat dengan jelas melihat seorang lelaki yang dengan pedenya melewati teras kelas yang lantainya masih basah seusai di pel oleh Rania.
Sepatu berwarna putih, kancing seragam yang tak tertutup semuanya dan tas yang di gendong dengan satu lengan, dan earphone ditelinganya ini menampakkan ciri ciri dari lelaki brandal ini.
" Kok lewat sih! Apa ga liat masih gue pel? " ucap Rania mengomeli lelaki itu. Namun lelaki itu hanya memasang wajah datarnya.
" bukan urusan gue " ucap Gevan singkat.
" terus tuh kancing seragam kenapa kebuka semua? Ga rapih banget, gue laporin ke guru lo! " ucap Rania kemudian.
" lagian gue udah pake kaos kan, bukan telanjang dada. " ucap Gevan tampak acuh dan langsung pergi meninggalkan Rania yang sepertinya emosinya sudah diujung tanduk.
" Hoi " Alika yang baru datang langsung menghampiri Rania.
" Gila lo ngobrol apa sama kakak pangeran honey bunny sweety itu " ucap Alika dengan nada alay seperti biasanya.
" kakak? " beo Rania, karena menurut Rania barusan dirinya bertemu dengan seorang laki laki yang Rania yakini adalah teman seangkatannya, bukan kakak kelas .
" iya kan dia kakak kelas kita. " ucap Alika lalu masuk ke dalam kelas dan membiarkan Rania yang langsung melamun ditempat.
" ANJIR KENAPA LO GA BILANG DIA KAKAK KELAS KITA " ucap Rania yang langsung menaikkan nada bicaranya.
" Sini duduk sebelah gue, biar gue ceritain asal usul kakak pangeran honey bunny sweety " ucap Alika. Rania dengan cepat kilat langsung duduk disebelah Alika.
Alexander Gevan Alfiandra anak kelas Fressia C, si anak direktur sekolah, dengan wajahnya yang tampan Gevan dapat membuat siapa pun pasang mata yang melihatnya langsung tertuju ke arahnya. Dengan sifat dingin yang sangat melekat pada dirinya, membuat Gevan belum memiliki kekasih hingga saat ini. Gevan juga tak banyak memiliki teman karena, teman teman sekolahnya menganggap Gevan adalah anak Papi yang membuat Gevan selalu masuk ke kelas unggulan meski nilai ulangannya pas pasan .
Sifat Gevan berbanding balik dengan kakak sulungnya yaitu Alexanio Devan Alfiandra yang menempati kelas Lotus A . Dengan usahanya Devan mampu mencetak banyak prestasi, dan menjadikan dirinya siswa unggulan Global School. Devan juga pernah menjadi ketua osis tahun lalu. Meski dirinya anak pemilik direktur sekolah, tak membuat Devan diremehkan seperti halnya Gevan.
Gevan juga memilki geng yang sangat famous di sekolahnya bahkan gengnya ini dikenal hingga anak sekolah lain. Geng Algebra yang beranggotakan Gevan, Alvan dan Leo. Semua anggota ini merupakan pemain basket terandal Global School.
" kok gue baru tau " ucap Rania yang baru saja mendengar ocehan Alika yang cukup panjang." lo sih ketinggalan jaman. Kalo di geng mereka gue paling suka Kak Leo. Dia anak basket, anak osis, anak pramuka. Beh semua organisasi ditebas sama dia " ucap Alika dengan ekspresi terkagum.
...
" Tumben lo berangkat pagi " ucap Alvan yang baru saja menaruh tas di meja nya.
" gue males di suruh berangkat bareng sama Devan " ucap Gevan sambil menyelesaikan rubik nya.
" emang ya kaka ade ini jarang akurnya " ucap Alvan yang langsung mengambil alih rubik ditangan Gevan.
Sedangkan Gevan menaruh tasnya di meja untuk digunakan sebagai bantal tidurnya pagi ini sebelum bel masuk terdengar. Gevan tau setelah ini adalah upacara, biasanya dirinya paling akhir untuk bisa bergabung dengan barisan teman temannya.
...
Rania melirik ke sekitar, dengan kepanikan yang sangat melanda dirinya, Rania harus tetap tenang. Ya, hari ini Rania lupa memakai dasi sekolahnya, padahal Rania sebelumnya selalu berpakaian lengkap dan rapih .
" lagian sih lo tumben banget " ucap Alika, sedangkan Rania masih sibuk menutupi badan dirinya dibelakang Alika agar tidak ketahuan Bu Zoya selaku guru BK.
" Kayonna Rania Grethania, ikut saya ke ruang BK " panggil Bu Zoya yang ternyata sudah stay di belakang barisan kelasnya, entah sejak kapan guru BK ini berjaga dibelakang kelas Aster A.
" Bu, tap..tapi " ucapan Rania langsung mendapat tatapan sinis dari Bu Zoya, mau tak mau dirinya harus mengikuti langkah Bu Zoya dan meninggalkan barisan upacara kelasnya.
Rania duduk dikursi ruang BK, dirinya menunggu urutan untuk di panggil dan di introgasi oleh guru BK. Saat ini hanya ada lima anak yang terkena hukuman dari semua siswa. Ini kali pertama Rania masuk ke ruang BK karena pelanggaran, dirinya tak tau lima anak melanggar aturan termasuk jumlah yang banyak atau sedikit.
Tiga anak telah selesai dan keluar dari ruang BK. Kini sisa Rania dan satu lelaki yang saat ini sedang maju. Wajahnya tak asing di mata Rania.
" duh Gevan kamu ini, saya sampai ga bisa berkata kata " ucap Bu Zoya.
" saya ga lengkap dan rapih karena tadi saya berangkat terlalu pagi, jadi saya ga sepenuhnya mengecek pakaian saya " ucap Gevan menjelaskan.
" silahkan tulis nama kamu di buku daftar hadir BK . Rania silahkan maju " ucap Bu Zoya memanggil Rania.
Rania dengan gugup dan terus meremas rok pendeknya duduk tepat didepan guru BK sialan ini.
" kamu sebelumnya belum pernah loh melanggar aturan seperti ini, ada apa Rania? " tanya Bu Zoya.
" maaf "
" tulis nama kamu di daftar hadir BK dengan poin -5 " ucap Bu BK. Rania melotot tak percaya, pasalnya pria yang sebelumnya maju hanya disuruh menuliskan nama, tapi mengapa dirinya disertakan poin?
" BU KENAPA SAYA DIKASIH POIN SEDANGKAN DIA TIDAK?! APA KARENA DIA ANAK DIREKTUR SEKOLAH INI?! DIMANA ARTI SILA KE 5?! DIMANA KEADILAN?! " ucap Rania dengan nada tinggi dan menggebrak meja. Gevan di meja sebelah hanya melirik tak peduli.
" ditambah -10 karena kamu berbicara lantang didepan guru " ucap Bu Zoya. Rania menghembuskan napas kasar. Rania sebelumnya belum pernah menentang guru, tapi kali ini Rania menentang karena untuk mewujudkan rasa keadilan.
" oh iya, sekalian deh kamu bersihkan taman belakang sekolah sampai jam istirahat pertama " ucap Bu Zoya lalu meninggalkan ruang BK.
Rania langsung mendekat ke arah Gevan disebelahnya, Gevan hanya memasang wajah datar sedangkan Rania memasang wajah yang penuh emosi.
" Apa? " tanya Gevan.
" Ngeselin banget sih lo! " ucap Rania lalu meninggalkan Gevan seorang diri di ruang BK.
Entahlah mengapa Rania begitu mendapat kesialan hari ini, padahal ini adalah hari biasa seperti hari hari sebelumnya. Rania juga baru mengetahui si anak direktur yang bisa semena mena memainkan keadilan. Yang bisa Rania lakukan saat ini adalah Sabar.
.
.
Haiihooo! Apa kabar kalian?
.
.
Gevan ngeselin banget ga sih disini :(
.
.
Vote, Komen, Share!
.
.
Luv u!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Gevan [GEVAN VERSI 2]
Teen FictionGevan si cowok famous Global School, ketua geng Algebra, dengan sifatnya yang sangat cuek dan dingin serta sedikit paduan sifat brandalnya. Membuat Gevan sangat terkenal karena ketampanannya bahkan diluar sekolah. Sedangkan Rania, si cewe gila watt...