Gevan si cowok famous Global School, ketua geng Algebra, dengan sifatnya yang sangat cuek dan dingin serta sedikit paduan sifat brandalnya. Membuat Gevan sangat terkenal karena ketampanannya bahkan diluar sekolah.
Sedangkan Rania, si cewe gila watt...
Gevan memakirkan motornya disebuah coffee shop. Lalu masuk ke dalam coffee shop itu, tapi sepertinya teman nya belum datang, jadi Gevan berpikiran untuk memesan dulu.
Gevan berjalan kearah kasir pembayaran, sebuah perempuan yang memakai celmek berwarna hijau menyambutnya.
" Selamat datang di Florina Coffee Shop, ada yang bisa dibantu dengan pesanannya? " ucap Rania, namun saat melihat wajah yang ingin memesan, rasanya Rania mau resign dari pekerjaannya saja.
" Idiih cumi dajjal, bentar gue panggil temen gue buat nerima pesanan lo " ucap Rania lalu pergi, namun belum sempat Rania melangkah, tangannya sudah ditarik oleh Gevan.
" gue maunya elo gimana? " ucap Gevan mengejek.
" Gak! Gue gamau " ucap Rania menolak
" Mana manager lo? Gue mau ngelaporin karyawannya yang bertindak gak baik sama pelanggan " ancam Gevan dengan senyuman licik.
Rania menghembuskan napasnya, lalu dirinya terpaksa harus meladeni pria yang sangat dibencinya.
" lo mau apa? " ucap Rania sinis.
" gue pelanggan, lebih sopan dikit dong " ucap Gevan protes. Rania menghembuskan napas berat, lalu dirinya meladeni Gevan.
" iya ada yang bisa dibantu dengan pesanannya kak? " ucap Rania.
" gue mau vanilla latte " ucap Gevan.
" ukuran small, medium atau large kak "
" small "
" hot atau ice "
" ice "
" oke atas nama siapa? "
" Gevan Ganteng "
" idiih " ucap Rania hampir mual.
" et et gue pelanggan " ucap Gevan memperingatkan. Dengan rasa terpaksa juga, Rania mengambil spidol dan menulis nama yang Gevan mau di gelas plastik itu.
Gevan tersenyum sumringah, karena karyawan perempuan yang merupakan adik kelasnya ini mau menurut apa katanya.
....
Saat ini sudah pukul lima sore, ya Rania tidak mengambil banyak waktu untuk kerja paruh waktu hari ini, karena dirinya harus menemui kakaknya.
Sebelum menemui kakaknya itu, Rania sempatkan membeli bunga di toko bunga dekat tempat kerja nya itu. Rania tersenyum ketika melihat sebuah bucket bunga berwarna pastel yang ada di rak bunga toko itu. Tanpa basa basi, Rania langsung membeli bunga itu lalu bergegas menuju tempat kakak perempuan nya, sebelum hari mulai gelap.
Rania memakirkan sepedanya di sisi halaman tanah hijau yang luas ini. Rania turun dari sepedanya dan langsung jalan menuju 'makam' milik kakaknya sebelum hari semakin petang.
Rania duduk di sisi makam, lalu menaruh bunga yang ia beli sewaktu dijalan tadi, tak lupa Rania membacakan ayat ayat suci untuk kakaknya yang sudah tenang disana.
" kak, kak Vania apakabar? Rania kangen bangettt, Rania sekarang sendiri kak. Papa, Mama selalu sibuk di luar negeri, pulang pun setahun sekali. Kak Vania kenapa pergi ga ngajak Rania, Rania sayang kakak " ucap Rania lalu meneteskan air matanya.
Ya, Rania adalah anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya Vania hanya berjeda dua tahun dari nya. Namun Tuhan berkehendak lain pada kakak Rania ini. Sudah satu tahun Rania hidup tanpa kakaknya itu, penyebab kematiannya pun bagi Rania sangat janggal, tidak ada satupun orang yang bisa menjelaskan dengan jelas kejadian sebenarnya penyebab Vania meninggal.
Air menetes di rok yang Rania kenakan, ini bukan air dari tangisan dirinya, tapi dari alam. Alam pun seolah menyelimuti kesedihan yang Rania alami. Rania segera menghapus air matanya.
" kak ini udah gerimis, Rania pamit dulu yaa, Rania sayang banget sama kakak " ucap Rania, sebelum dirinya benar benar pergi, Rania sempatkan untuk mencium batu nisan milik kakaknya itu.
...
Seperti biasa, Alika selalu ada kesibukan ekskul bahkan pada saat jam istirahat. Jadi, Rania terpaksa harus menuju kantin sendirian tanpa seorang teman.
" Ran! " panggil seorang laki laki dari belakang.
" eh Glen, ada apa? " saut Rania pada pria bernama Glen tersebut.
" mau ke kantin kan? Bareng yuk " ajak Glen pada Rania. Dan dijawab anggukan oleh Rania.
Glen dan Rania berjalan beriiringan, kondisi kantin sudah ramai, sepertinya Rania terlambat sampai di kantin.
Sesosok Pria dengan earphone ditelinganya, menjadi perhatian Rania. Wajahnya, cukup bersinar dari teman teman yang lainnya, dengan dasi yang sudah acak acakan dan kancing seragam yang atasnya terbuka, menjadi pesona lebih bagi pria itu.