Chapter 3

1K 54 6
                                    

Entah mengapa mood Rania sangat tak bagus hari ini, padahal biasanya Rania menhadapi hari hari dengan rasa suka cita, Ada apa dengan hari ini? Apa ini hari kesialan? .

Arghh! Dan entah kenapa pula sampah daun kering yang dirinya sapu tampak nya tak berkurang satupun.

Kleng!

Satu kaleng sofa berhasil mendarat di kepala Rania, Rania sontak mengelus kepalanya sendiri dan melihat siapa yang berani beraninya melempar kaleng soda ke arah dirinya disaat seperti ini.

" Ups sorry " ucap Gevan yang langsung duduk di kursi taman.

" lo sengaja ya! " ucap Rania, lalu menghampiri Gevan.

" kan gue udah minta maaf " ucap Gevan dengan nada mengejek.

" bodoamat! " Rania meninggalkan Gevan dan melanjutkan kegiatannya, sebelum bel istirahat pertama agar dirinya bisa mengikuti pelajaran seperti biasa.

Sampah daun kering dengan sabar namun sedikit emosi Rania sapu dan menaruhnya di serokan agar lebih gampang memasukkannya ke dalam karung sampah.

" Itu yang depan sebelah kanan belom! " protes Gevan.

" Diem lo cumi! "

Rania menghembuskan napas kasar, dalam waktu dua jam akhirnya sampah daun kering itu dapat terkumpul dan halaman taman menjadi bersih.

" kok lo masih disini? " ucap Rania yang melihat Gevan duduk anteng sedari tadi.

" terserah gue "

" lo perhatiin gue ya? Lo suka kan sama gue? Ngaku lo! "

" Ge-er banget lo " Gevan beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Rania.

Rania menaruh kembali sapu dan serok ditempat asalnya lalu dirinya kembali ke kelas.

...

Untungnya saat Rania kembali, sekolah masih dalam keadaan  istirahat pertama, jadi Rania masih mempunyai waktu membeli minuman favorite nya dikantin yaitu susu pisang.

Setelahnya Rania akan duduk di kursi teras kelasnya sambil membaca wattpad dan mendengarkan musik lewat headset serta meminum susu pisang.

" Eh sorry ganggu, lo anak kelas ini? " tanya seorang laki laki dengan seragam rapih yang berdiri di depan Rania. Laki laki ini menunjuk kelas Aster A untuk memastikan Rania ini berada di kelas itu atau bukan.

" eh iya kenapa? Lo siapa? " Rania beranjak dari duduknya.

" gue Devan anak kelas Lotus A. Lo bisa panggilin Alika ga? " ucap seseorang itu.

" ohh kakel, Alika lagi ke toilet sebentar "

" yaudah gue titip ini ya sama lo buat Alika " Devan menyodorkan buku berwarna coklat dengan sampul 'kumpulan rumus matematika' .

" wajah lo kok mirip orang blasteran setengah anjing setengah cumi ya " ucap Rania tanpa menyaring kata katanya.

" ha? "

" ohh sorry sorry " Rania langsung sadar terhadap apa yang dirinya katakan.

" yang lo maksud adek gue? Gevan, dia pasti gangguin lo ya? Maafin ya, emang dia suka gitu " ucap Devan.

" ha iya gapapa "

" kalo dia apa apain lo lagi, kasih tau gue "

" oke "

" gue balik kelas dulu " ucap Devan berpamitan pada Rania.

Rania bingung, perasaannya saat ini adalah malu atau tidak, bisa-bisa nya dirinya menjelek jelekkan nama Gevan di depan kakaknya.

Istirahat pertama telah usai, seharusnya kelas Aster A menerima pelajaran Biologi, nemun entah mengapa guru sedari tadi belum masuk.

" Btw nih tadi kak Devan nitip ini buat lo " Rania memberikan buku itu pada Alika.

" omo! gue kira dia becandaan mau minjemin ini ternyata beneran " heboh Alika. Rania menatap sahabatnya bingung, pasalnya yang dipinjamkan Devan pada Alika hanyalah sebuah buku rumus, toh Alika bisa membelinya sendiri di toko buku.

" Alika dipanggil tuh " ucap seorang ketua kelas, ya Alika memang sering keluar kelas untuk mengikuti latihan PKS untuk lomba dan beberapa event. Jadi, Rania lebih banyak menghabiskan waktu sendiri di kelas.

...

Jam menunjukkan pukul setengah tiga sore, ini saatnya siswa siswi Global School kembali ke rumah mereka.

Berbeda dengan Rania, dirinya harus bekerja paruh waktu sebagai barista coffee untuk mendapatkan uang, lalu uang hasil kerja paruh waktunya, Rania bayar ke spp sekolah. Ya, Rania memilih untuk hidup mandiri daripada bergantung kepada orang tuanya.

Rania berjalan menuju parkiran sekolah, disanalah sepeda berwarna pinknya terpakir, namun saat Rania mencoba mendekati sepeda itu, ada hal janggal yang dilihat oleh kedua bola matanya. Ya, ban rodanya kempes!

" SSSHHH " padahal, seingat Rania sewaktu pagi tadi, ban sepedanya masih aman aman saja, entah siapa yang berani mengempeskan ban roda itu.

Saat Rania mencoba mencari akal agar ban sepedanya kembali seperti semula, sebuah motor tepat berhenti di depannya.

" Kenapa Ran? " ucap seseorang itu lalu melepas helm nya.

" Ban sepeda gue bocor " ucap Rania.

" Yaudah balik sama gue aja " ucap Glen menawarkan pada Rania.

" Ga, Gausah gue bisa balik sendiri " tolak Rania.

" Ok, gue duluan " ucap Glen berpamitan lalu meninggalkan Rania seorang diri.

Rania terpaksa harus menuntun sepedanya sampai coffee shop, baru dari sana Rania akan memperbaiki ban sepedanya.

...

Gevan membuka pintu rumahnya, terlihat dengan jelas Papa dan Mama Gevan duduk di ruang tamu. Tak seperti biasanya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya masing masing, namun sepertinya mereka berdua sedang menunggu seseorang.

" APA INI?! " Papa Gevan langsung melempar sebuah buku ke arah Gevan.

" SUDAH BERAPA ATURAN YANG KAMU LANGGAR?! HAH?! DARI MAKSIMAL 100 POIN PELANGGARAN, KAMU MALAH SAMPE 175! APA GA MALU KAMU SAMA TEMEN TEMENMU?! KAMU INI SEHARUSNYA UDA DIKELUARIN DARI SEKOLAH! " ucap Papa Gevan dengan emosi tanpa basa basi.

" Belajar yang betul, biar kayak kakak kamu si Devan, dia banyak cetak prestasi bukan masalah " ucap Mama nya, namun nadanya lebih rendah.

" JANGAN TERUS TERUSAN BALAP MOTOR LIAR! MEMALUKAN AJA. PAPA INI DIREKTUR SEKOLAH GEV! DIREKTUR! PAPA MALU! " Ucap Papa Gevan menambah nada nya semakin tinggi.

" SEKARANG JUGA KAMU MASUK KAMAR KAKAKMU! MINTA DIAJARIN CARANYA BELAJAR YANG BENER! " Gevan hanya memandang malas, lalu berjalan menuju kamar kakaknya si Devan.

Gevan membuka kamar Devan, memang dapat terlihat jelas bahwa kamar Devan dipenuhi banyak piagam dan piala penghargaan, dan berbanding balik dengan isi kamar Gevan yang berisi miniatur motor.

" Nih Gev, kakak udah siapin buku materi, rumusnya udah kakak buat lebih gampang, kamu tinggal pelajari aja " ucap Devan dari meja belajarnya.

" Lo kira gue mau baca baca buku sampah itu? Najis! Gue kesini cuma mau balikin flash disk " ucap Gevan lalu melempar flash disk itu. Dan kembali ke dalam kamarnya.

Gevan menaruh tasnya lalu duduk di meja belajar, ya namanya memang belajar namun meja itu Gevan gunakan bukan untuk belajar, melainkan menggambar semaunya dan bermain game dengan laptopnya.

Sudah cukup sering Papa Mamanya memarahi Gevan dengan alasan kelakuan dan nilai nilai jeleknya, namun Gevan sudah menganggap itu sebagai angin lalu.

Gevan mengganti pakaian seragamnya, lalu memilih keluar untuk nongkrong dengan teman temannya di coffe shop.

.
.
.
Haihoo! Apakabar?
.
.
Kasian yak Gevan dimarahin :(
.
.
Like, Komen, Share!
.
.
Luv u!

Dear Gevan [GEVAN VERSI 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang