11. working again

3.4K 612 41
                                    

Suara derap sepatu hitam itu menggema sepanjang lorong kantor. Pria itu menarik napas panjang -menghirup aroma pewangi ruangan yang sudah lama tak ia cium. Senyumnya terpatri dengan indah. Sambil menjinjing tasnya, ia berjalan tegap dan memperhatikan setiap detail kantornya. Untuk pertama kalinya, Dejun benar-benar senang bisa kembali ke sini!

Derap langkah lain terdengar mengikutinya. Ia berhenti sejenak. Ditolehkan kepalanya ke belakang untuk menemukan Hendery di ujung lorong sana mengejarnya serambi senyum berbinar. Ia menghela napas dan mengingat sekilas apa yang terjadi malam kemarin. Sesudah pria itu mengucapkan memujinya cantik lalu mencubit pipinya, Dejun benar-benar salah tingkah. Ia langsung tidur saja dengan jantung yang berpacu begitu. Si Wong itu juga duduk di sana sampai dirinya tertidur sungguhan. Untung tidurnya nyenyak.

Ia memegangi poninya kemudian ditepikannya.

Tanpa poni lebih cantik?

Ia tersenyum kecil.

"Manajer Xiao, kau tidak apa?" tanya Hendery yang kini sudah berdiri di hadapannya.

Dejun langsung sadar dari lamunannya.

"Ah, bukan apa-apa."

Agar dapat mencapai ruangannya, mereka harus melewati tempat para supervisor di divisi HR bekerja. Dejun berhenti sekilas untuk menengok-nengok. Namun, urat dahinya langsung muncul ketika menemukan bahwa kantor masih terlihat agak sepi. Hanya ada beberapa orang yang sontak berdiri seperti melihat setan ketika si Xiao mendekat dengan raut wajah galak. Mereka yang ada di sana pun memberi salam secara canggung.

"Oh, astaga, Manajer Xiao. Selamat pagi."

Satu, dua, tiga, empat, lima.

Harusnya ada sembilan orang.

"Dimana yang lainnya?"

"Uhm, itu- Wen masih di rumah sakit, dua hari yang lalu ia jatuh dari tangga dan mematahkan tulangnya. Mei dan Qing sepertinya terjebak macet lagi, sebentar lagi akan tiba," jelas salah satu dari mereka sambil menggaruk tengkuknya gugup.

Dejun memang agak menyeramkan di tempat kerja. Ia juga memiliki posisi cukup bagus untuk seorang pria yang baru menginjak usia dua puluh lima tahun. Jadi, ia sangat serius dan tegas dengan pekerjaannya. Siapa sangka orang seperti itu aslinya sangat penakut? Dia hanya mengangguk dan mengernyit ketika satu nama terlewatkan dari penjelasan itu.

"Oke, kalau Yangyang?"

Yangyang sudah tiga bulan magang di sini dan ia selalu menjadi favorit Dejun sejak awal. Rajin dan pekerja keras. Ia selalu datang lebih awal dan membuatkan secangkir kopi untuk si manager. Pagi ini, Dejun tak mencium sedikit pun wangi kopi di kantornya. Itu membuatnya mengernyit tak suka dan heran. Di antara semua hal di kantornya, ia paling rindu Yangyang. Meski anak itu suka melaporkan dirinya kepada Ten karena beberapa hal.

"Kak!"

Yangyang berlari menghampirinya sambil melambai. Dejun meliriknya sekilas kemudian terdiam. Si Xiao bisa merasakan ada hawa aneh dari anak itu yang membuatnya sangat anxious. Matanya menyipit tajam untuk memindai anak magang itu itu dari atas ke bawah. Kemudian, ia terpaku ke leher putih yang memiliki corak hitam berbentuk bulan sabit. Mulutnya langsung mati rasa untuk sekadar menampilkan senyum atau membalas sapa.

Tanda itu-

Kakinya melangkah pergi begitu saja ke ruangannya tanpa ekspresi.

Meninggalkan kebingungan bagi yang lainnya.

Ia meletakkan tasnya di atas meja dan menghela napas dalam. Matanya tak mungkin salah lihat. Kepalanya kembali pusing lagi memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa di antara semua orang lainnya, kenapa harus anak itu? Ini bahkan baru hari pertamanya masuk kerja sesudah cuti seminggu! Tak berapa lama kemudian Hendery mengetuk pintu dan masuk tanpa aba-aba.

✓ Corrupting Me • henxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang