18. don't die

2.6K 509 114
                                    

"Aku benar-benar minta maaf. Itu sebabnya aku melindungimu. Itu sebabnya aku rela ikut menyelidiki semua ini. Karena aku ingin menebus kesalahanku sendiri kepadamu. Aku tidak memintamu memaafkanku, tapi tolong, jangan menjauh dariku."

Si Xiao tak sedikitpun memberi respons. Ia hanya membuang muka. Otaknya masih kacau sehabis menangis tadi. Matanya sampai membengkak sampai air matanya tak bisa keluar lagi. Rasanya emosinya kacau sekali. Syukurlah, ia bisa tenang dan ia sama sekali tidak ingin memikirkan hal itu lagi.

Di satu sisi, rasa benci terhadap Guanheng yang membunuh kedua orang tuanya tentu tak bisa hilang. Namun, di satu sisi, ia juga sudah melewati banyak hal dengan pria ini. Jadi, ia tak bisa berpikir jernih.

Apakah ia akan memaafkannya?

Apakah tidak?

"Aku akan menangkap saudaraku dengan kedua tanganku sendiri," lanjut Hendery.

Dejun langsung menatap lelaki itu dengan tajam.

"Kau akan mati konyol, Tuan Huang."

"Mereka tak akan membunuhku."

"Xuxi membencimu dan bisa membunuhmu kapan saja. Kau tahu itu."

"Aku harus menebus kesalahanku-"

Dejun menghela napas mendengarnya. Ia kemudian menyela dengan satu kata, "Bodoh!"

Lelaki berambut hitam itu tampak terkejut ketika Dejun hendak memukul lengannya. Begitu-begitu, tenaga si Xiao itu sangat besar hasil dari pergi gym setiap minggunya -walau sejak bertemu si vampir ini, ia jadi tidak punya waktu lagi. Kalau Hendery, memang badannya lebih tinggi sih. Tapi, kalau soal otot, sepertinya Dejun menang! Ia bangga karena dulu ia itu benar-benar kurus dan mungil.

Hendery meringis pelan dan memasang wajah kesakitan, "Aduh!"

"Tolol!"

Sungguh, rasanya mau menenggelamkan vampir berusia empat puluh tahun itu. Usianya empat puluh tahun, tapi kenapa pikirannya sangat sempit dan bodoh? Walaupun ia melakukan kesalahan besar di masa lalu, ia tak akan bisa menebusnya. Semua sudah terjadi dan tidak bisa diubah lagi. Waktu tak bisa diputar kembali. Hendery memang dari awal sudah sok heroik dan itu menyebalkan sekali.

"Dengar, kalau kau mati, apakah itu bisa membangkitkan kembali kedua orang tuaku? Tidak. Maka dari itu, hal terbaik yang bisa kau lakukan agar aku memaafkanmu adalah diam saja. Jangan berbuat apa-apa. Serahkan itu semua kepada dewan. Everything will be fine," ucap Dejun kemudian menunjuk-nunjuk Hendery dengan kesalnya.

"Tapi-"

"Aku membencimu. Tapi, aku lebih membencimu jika kau mati."

Hening.

Dejun memejamkan matanya. Ya Tuhan, kenapa dia mengatakan itu secara gamblang. Tapi, memang benar, ia tak suka namanya kematian dan sejenisnya. Ia takut sekali akan hal itu. Walaupun Hendery membunuh kedua orang tuanya, ia tak bisa menyimpan banyak dendam. Jujur saja, ia juga akan menangis paling keras kalau lelaki itu mati.

"Kalau begitu, aku akan hidup untukmu," ucap Hendery menatapnya sambil tersenyum.

Dejun sama sekali tidak berkutik. Ah, kenapa jantungnya berdetak kencang sekali? Ini bukan panas seperti rasa amarah, bukan pula dingin seperti rasa tak kepedulian. Melainkan, sesuatu yang hangat terasa di dadanya. Ini rasa yang sudah lama tak ia rasakan. Dia tak tahan untuk tidak tersenyum. Wajahnya dipalingkan - astaga, ia malu sekali sekarang.

Kenapa ini malah terasa seperti jatuh cinta?

Argh, sialan, Xiao Dejun, apa yang kau pikirkan?

Tidak mungkin dirinya jatuh cinta dengan Hendery yang juga seorang pria. Walau mereka sudah berciuman tiga kali sih. Tapi, dua di antaranya untuk menyelamatkan nyawanya. Lalu, satunya lagi karena lelaki bersurai hitam itu memang agak biadab. Ia tak akan mau ada ciuman keempat lagi. Tidak- Jangan sampai!

✓ Corrupting Me • henxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang