21. i like you

2.5K 470 90
                                    

"Kau Hendery kan?"

"Iya..."

Dejun tidak tahan menatap Hendery lama-lama. Ia langsung memeluk pria itu, mendekap tubuhnya dengan erat. Ia sangat rindu, sangat. Siapa sangka mereka kembali bertemu di Guangdong lagi? Padahal, lelaki itu berkata akan menghilang selamanya. Mengapa ia malah menghampirinya saat ini? Tidak masalah sih, hanya saja si Xiao sama sekali belum siap bertemu Hendery lagi. Jantungnya belum siap.

"Aku rindu."

Hendery hanya mengusap pelan kepala Dejun dan berbisik, "Maaf."

"Bisa tidak berhenti minta maaf? Aku sudan memaafkanmu, oke? Aku sama sekali tidak membencimu. Mengapa kau pergi begitu saja tanpa membiarkanku menjawab pertanyaanmu? Kau bahkan tidak memberitahu kemana kau pergi. Jahat, Hendery jahat."

Dejun meremas ujung hoodie Hendery dengan kesal. Ia belum mau melepas pelukannya karena rasa rindu yang amat mendalam. Sungguh, rasanya ingin menangis saja saat ini entah mengapa. Mungkin karena ia sangat bahagia bisa bertemu dengan lelaki itu setelah sekian lamanya. Atau bisa jadi, karena ia kesal karena lelaki itu meninggalkannya cukup lama.

"Aku hanya takut."

Itu kata-kata yang di luar ekspektasi.

Dejun pun langsung melepaskan pelukannya dan mengernyit.

"Takut?"

"Para vampire asli biasanya tidak memiliki rasa takut. Tapi, kau berhasil membuatku merasakan hal itu. Aku takut akan kenyataan bahwa kau membenciku, menjauhiku, dan aku bisa saja melukai perasaanmu. Itu sebabnya aku pergi. Aku hanya tak ingin kau tersakiti dengan melihat pembunuh orang tuamu setiap hari."

Mata mereka bertemu.

Si Xiao kemudian hanya tersenyum kecil. Tangannya pun meraih tangan lelaki bersurai hitam itu dan mengandengnya. Memberikannya rasa nyaman dan lebih tenang. Kakinya pun berjalan menuntun mereka berdua mengelilingi tepian kolam itu. Hendery hanya mengikuti saja —lalu ikut menunjukkan ekspresi cerah.

Dejun lalu bergumam pelan hampir tak terdengar, "Nyatanya aku tidak membencimu. Berhenti bersikap tolol."

Namun, yang namanya vampire, inderanya lebih sensitif.

Hendery pasti mendengarnya.

"Baiklah, kau memang tidak membenciku. Tapi, aku juga sudah menjadi anggota dewan yang memiliki banyak tugas penting. Banyak regulasi, sedikit kebebasan. Itu sebabnya aku tidak bisa memberitahumu posisiku, begitupula dengan Sicheng. Dan ya, kebetulan aku sedang bertugas di sini, jadi—"

"Bagaimana pekerjaan barumu itu?" tanya Dejun menyela.

"Menjadi asistenmu jauh lebih menyenangkan."

"Kalau begitu, kembalilah."

Jawaban dari Hendery membuat dirinya begitu banyak berharap. Ia ingin lelaki berambut hitam itu kembali ke sisinya. Kembali menjadi asistennya. Okay, Yangyang bekerja dengan baik, tapi si Wong yang satu ini jauh lebih bisa diandalkan. Namun, jawaban berikutnya membuat hatinya dipenuhi dengan kekecewaan.

"I can't."

"Mengapa?"

"Aku masih punya satu hal penting yang belum kuurus—"

"Kalau aku bilang, aku mencintaimu, apa kau tetap akan pergi?"

Dengan sedikit menjinjitkan kakinya, Dejun begitu berani menangkup wajah Hendery —memberikannya sebuah ciuman lembut. Tepat di bibirnya yang manis itu. Matanya terpejam menikmati rasanya yang masih sama seperti dulu. Lemon tea dengan semerbak bunga. Sesuatu yang khas dari Hendery dan mungkin hanya ada pada Hendery.

✓ Corrupting Me • henxiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang