1.0

159 46 27
                                    

"Polisi menemukan jenazah di dalam sebuah gedung tua tergantung tak bernyawa. Sampai sekarang polisi belum bisa memastikan identitas korban dikarenakan kondisi tubuh jenazah yang sudah membusuk dan tidak adanya identitas yang ditemukan"

Suara reporter berita terdengar samar-samar dari dalam kamarku. Menyiarkan tentang kasus bunuh diri yang akhir-akhir ini sedang marak terjadi. Santer terdengar rumor dan konspirasi yang beredar dimasyarakat bahwa itu bukanlah kasus bunuh diri, melainkan kasus pembunuhan. Dasar dari rumor ini adalah ditemukannya banyak keganjilan pada kasus 'bunuh diri' ini. Seperti kondisi jenazah yang tidak menjulurkan lidah saat ditemukan menggantung, penumpukan darah yang seharusnya ada di bagian bawah tubuh —jika seseorang bunuh diri dengan cara gantung diri maka darah akan bergerak turun ke tubuh bagian bawah— dan banyak lagi keganjilan yang lain. Namun, untuk disebut sebagai kasus pembunuhan tidak ada satu pun bukti yang menguatkan.

Seluruh kota gempar dengan berita yang tak jelas asalnya ini. Membuat masyarakat resah. Bahkan beberapa sekolah di dekat tempat kejadian perkara ditutup. Orang-orang tidak bisa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan dengan tenang. Semua merasa ketakukan dan cemas. Bisa saja mereka bertemu dengan 'pembunuh' itu dan berakhir seperti 'korban-korban' yang lain.

Kanvas di depanku sudah mulai dipenuhi warna-warna membentuk sebuah potret seorang wanita dengan rambut coklat bergelombang, seluruh badannya tertutup bunga merah dan matanya tertutup sebuah kain hitam transparan. Aku cukup puas dengan hasil lukisanku kali ini namun, aku selalu merasakan kekosongan emosi pada setiap lukisanku. Ibaratnya, lukisan ini hanyalah sebuah tubuh kosong tanpa jiwa yang mengisi.

Ring! Ring! Ring!

Dering telfon terdengar. Segera ku raih ponselku dari atas nakas. Satu nama dengan tambahan hati merah diujung namanya. Mama.

"Halo Ma"

"Hai El sayangku!"
Terdengar suara Mama yang selalu terdengar ceria. Walau pun beliau memiliki jadwal praktik yang sangat padat.

"Gimana harinya tadi sayang?"

"Amazing Ma! Hari ini El ada pembagian nilai ulangan dan El jadi yang tertinggi dong di kelas"
Aku pun berlagak membusungkan dada walau pun tahu Mama tidak bisa melihatnya.

"Waw hebatnya hadiah dari Mama sedang dalam perjalanan sayang. Siap-siap terkejut ya"

"Oh ya Ma, Mama cepet pulang dong. El mau kasih Mama lihat lukisan El. Tapi masih jelek si"
Ujarku dengan nada yang kubuat sedih.
"Jangan pesimis gitu dong El! Ga masalah kalau masih jelek, El kan nanti bisa terus latihan supaya kedepannya bisa lebih baik lagi. Usaha tidak pernah menghianati hasil. Mana nih anak Mama yang selalu positif?"

Aku pun tergelak. Mendengar suara Mama yang lucu.

"Iya, iya Ma"

"Kamu masih latihan melukis sama Bundakan sayang?"
Tanya Mama.

"Masih kok Ma. El rajin kok latihan sama Bunda. Kadang-kadang Ra juga ikut"jawabku penuh antusias.

"El maafin Mama ya. Sekarang Mama harus masuk ruang operasi. Mama tutup dulu ya sayang. Bye sayang. Love you"

"Love you too"

Telfon yang berdurasi kurang dari 5 menit itu terputus begitu saja. Telfon rutin yang selalu Mama usahakan ditengah-tengah kesibukannya.

Tepat setelah telfon itu berakhir terdengar ketukan dari arah pintu.

Tok tok tok

Pintu kamarku terbuka perlahan.
"Adek ayo makan! Papa sudah pesankan makanan kesukaanmu" ujar Papa sambil melongokkan kepalanya di celah pitu yang terbuka.

"Iya bentar lagi, aku beresin cat dulu" jawabku sambil membereskan alat lukisku.

Segera setelah kubereskan alat-alat lukisku, aku berlari menuju ke ruang makan. Papa sudah duduk dengan terus mononton berita. Bukan berita menyenangkan tentunya. Lagi-lagi kasus bunuh diri dengan banyak kejanggalan.

"Adek, duduk ayo makan"ajak Ayah sambil memindahkan beberapa lauk kepiringku.

"Papa besok aku mau main ke rumah Hara ya?" Ujarku membuka percakapan.

"Boleh, nanti biar Papa jemput pulang dari rumah Hara. Langsung telfon Papa aja kalau udah mau pulang"

"Siap Papa"ujarku sambil memberi hormat.

Papa pun mengelus rambutku. Kebiasaan Papa yang tak pernah hilang sampai sekarang.

"Besok Mama free ga ada jadwal loh Dek. Besok kita dinner di lesehan favorit Mama ya? Gimana menurut Adek?"

"Cie... gayanya dinner. Oke aja. Aku ngikut aja" Papa pun mengangguk-angguk.

"Adek kalau mau kemana-mana biar Papa anterin aja. Disaat kayak gini tu masih rawan. Salah-salah nanti Adek yang kena seret. Amit-amit deh dek. Adek gak bolos les bela dirinyakan?"

"Iya Pa, aku rajin banget malah"ujarku sambil mengepalkan tangan tanda kesungguhan.

"Kamu lagi seneng ngelukis ya dek?"

"Iya Pa. Adek iseng-iseng aja kok. Lukisan aku juga masih jelek"

"Ya gapapa yang penting kamu usaha. Menurut Papa yang paling penting usahanya"

Perkacapan dimeja makan itu terus berlanjut dengan topik acak yang tak menentu. Percakapan tanpa arah yang sepertinya tak akan berakhir bila mengingat waktu.

👻👻👻

Delapan kasus bunuh diri janggal yang akhir-akhir ini menjadi topik perbincangan hangat di mana-mana sudah benar-benar mengalami titik buntu. Kecurigaan bahwa kasus ini adalah kasus pembunuhan hanyalah tinggal kecurigaan tanpa dasar dan bukti akurat. Tak ada bukti atau jejak apapun yang bisa menjadi alasan bahwa ini adalah kasus pembunuhan.

Hampir satu tahun lamanya Detektif Ryan menyelidiki kasus ini. Tapi tidak ada hasil apapun yang dapat ditemukan. Tidak ada jejak apapun yang ditinggalkan. Tapi ada sebesit rasa janggal bahwa ini hanyalah kasus bunuh diri biasa.

Jika kasus ini dianggap sebagai pembunuhan, maka ini adalah pembunuhan paling rapi yang pernah terjadi. Dan orangnya pasti adalah orang yang sangat teliti dan perfeksionis sekali. Tidak ada jejak sekecil apapun yang tertinggal. Ia adalah orang yang sangat pintar dan juga aneh.

Tidak ada motif untuk membunuh para korban yang notabenenya bukan siapa-siapa dan warga negara baik-baik. Tidak pernah terlibat hal-hal yang melanggar hukum yang ada. Tidak ada kesamaan dari setiap korbannya dan lokasi penemuan jenazah yang sangat acak.

"Sepertinya sudah saatnya aku menyerah" gumam Detektif Ryan.

Tepat sebelum ia menutup berkas kasus itu sebuah ketukan pintu telah mengubah arah dari kasus ini.
























Please vote if you guys like this story and give a comment below. Please wait for the next update. Thank you so much.

@ampaskopieh






Au Revoir [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang