Sejak aku bermimpi tentang Kevin tadi siang, aku menjadi kepikiran tentang Kevin. Sudah lama sekali aku tidak stalking akun media sosialnya. Kurang lebih sudah dua tahun. Rio benar-benar perlahan membuat aku lupa dengan Kevin.
Sejujurnya, aku masih ada perasaan dengan Kevin. Terkadang juga rindu. Kevin adalah cinta pertama dalam hidupku, dan aku telah melewati hal-hal yang begitu banyak dengannya melalui persahabatan. Jadi wajar jika ia masih mendekam dalam otakku ini. Hanya karena aku gay, dan aku mengungkapkan perasaan, ia menjauh. Sama sekali tidak mau kenal aku. Apakah semenjijikan itu gay bagi Kevin?
Sebenarnya aku tidak ingin mengungkapkannya kala itu. Aku takut. Akan tetapi rasanya susah sekali. Memendam perasaan itu seperti memendam bangkai, lama-lama juga ketahuan. Dan dari pada ketahuan, lebih baik memberi tau.
***
Aku ingin bercerita sedikit mengenai Kevin, dan awal mulanya. Jadi, aku dan Kevin sebenarnya kenal lewat dunia maya. Facebook. Kami kala itu sama-sama tergabung dalam komunitas seni Indonesia. Karena komen-komenan di grup, akhirnya kami saling menambahkan teman, dan berlanjut sampai saling kirim pesan. Saat itu aku masih sekolah, kelas tiga SMA. Sedangkan Kevin kelas dua SMA. Sebenarnya kita seumuran, hanya memang Kevin telat masuk sekolah. Atau mungkin aku yang terlalu dini masuk sekolah.
Kevin tinggal di Sleman, sebelum sampai Kota Jogja. Suatu ketika, aku ada keperluan pergi ke Jogja, ada urusan sekolah yaitu tes beasiswa kuliah. Aku ke Jogja motoran, dan sampai di perjalanan hujan deras sekali. Aku tidak membawa mantol, sehingga aku berteduh. Akan tetapi bajuku sudah basah semua.
Aku tersadar, bahwa aku berteduh di daerah Sleman. Seketika itu aku langsung ingat Kevin. Langsung juga aku SMS Kevin.
"Kevin, sekarang aku di Sleman loh..."
(Send)"Ngapain?"
(Reply)"Berteduh. Kehujanan..."
(Send)"Tepatnya dimana. Aku tak kesitu, tak antar beli mantol."
(Reply)Aku tidak membalas pesan Kevin lagi. Aku kan tidak minta ditemui, aku hanya mengisi waktu karena terlalu bete berteduh tanpa tau pasti sampai kapan. Jika Kevin ingin bertemu, apakah aku tidak canggung? Aku dan Kevin belum pernah ketemu sama sekali. Memang sih, di dunia maya aku dan Kevin sangat akrab sekali. Tetapi itu kan dunia maya. Ketika sudah menjadi kenyataan, hal itu bisa saja menjadi berubah seketika.
"Grrrrr..."
Ponselku bergetar. Ternyata Kevin mengirim pesan.
"Bagaimana? Aku temui ya, dimana?"
(Inbok)Aku masih mikir-mikir, hingga aku membalas pesannya.
"OK. Jalan Magelang kilometer tujuh."
(Send)"OK. Itu dekat. Nanti aku antar beli mantol. Aku otw."
(Reply)Dalam hatiku sebenarnya aku tidak percaya. Apakah Kevin kurang waras? Saat itu kan hujan deras. Masa hanya ingin menemui kawan dunia maya sampai sebegitunya. Aku juga menjadi khawatir, khawatir jika Kevin ingin berbuat jahat.
Setelah kurang lebih lima belas menit, Kevin mengirim pesan lagi.
"Kamu pakai kemeja putih?""Iya"
(Send)Kevin ternyata telah sampai. Ia telah melihatku. Tak lama kemudian ada remaja mendekatiku. Ia masih menggunakan seragam sekolah. Aku tau dari celananya, abu-abu. Sedangkan atasnya aku tidak tau, karena ia mengenakan mantol.
"Tano?" Tanya ia.
"Ia." Aku langsung berjabat tangan dengannya. Dia tersenyum.
"Kevin." Ia menyebutkan namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Hitam
RomanceTokoh utama dalam cerita ini adalah seorang gay, ia bernama Tano. Cerita ini bukan cerita cinta terus pacaran sesama jenis ya, atau cerita sex sejenis. Sama sekali bukan. Cerita ini hanya cerita seorang gay yang menyukai sahabatnya sendiri yang tida...