Hari ini aku berangkat ke kampus, dengan gerimis yang terus gugur tanpa henti. Aku hanya berdoa semoga banjir sudah cukup reda, karena dengar kabar bahwa kemarin kampus banjir hebat.
Saat aku hampir sampai wilayah kampus, ternyata harapanku tak terkabul. Sisa-sisa banjir hebat kemarin sore masih ada, meski tidak separah kemarin. Akan tetapi tetap membuat motor menjadi susah berjalan karena melewati genangan yang masih cukup tinggi. Termasuk motorku yang menjadi susah berjalan.
Nasib bagus memang belum berpihak padaku, motorku macet. Dan yang lebih parah, tidak hanya macet, tetapi mengunci hingga tidak bisa berjalan. Aku bingung, aku harus minta tolong siapa. Rio? Rio sekarang di Istana dan tidak mungkin untuk ke daerah kampus. Wati pasti tidak membolehkan. Apalagi kan tempatku macet ke Istana cukup lumayan, bisa dua puluh menit perjalanan.
Akhirnya... Akhirnya aku menelepon Nomo. Aku ingat bahwa Nomo kontrak daerah dekat kampus, dan aku bersyukur karena Nomo berkenan untuk membantuku. Dan sekarang, ia sedang berjalan ke tempatku.
"Ngapain kamu? Udah buang aja motornya." Suara khas nomo yang serak berat terdengar dari belakang, saat aku masih melihat-lihat motor. Padahal juga aku gak tau motor sama sekali.
"Sembarangan aja!! Bantuin aku cari tukang bengkel yuk..." Pintaku pada Nomo.
"Ayuk!!!" Tanpa basa-basi ia menyuruhku membonceng. Langsung juga ia jalan setelah aku naik motornya. Sementara motor kutinggal dipinggir jalan. Aku tak khawatir sama sekali akan hilang. Lagian siapa yang mau nyuri. Dibayar suruh nyuri juga paling gak mau.
Membonceng Nomo, sebenarnya aku cukup deg-degan. Deg-degan bukan cinta, akan tetapi nafsuku sebagai seorang gay menjadi hidup. Bagaimana tidak? Badanya itu gempal, dan kelihatan dari luar berotot. Meskipun jerawatan, tetap ada sisi manis. Lagian jerawatnya cuma tiga buah yang selalu ganti-ganti setiap saat. Kalau dari lima meter gak terlihat juga kalau jerawatan. Apalagi dia selalu bercerita tentang mesum, ampun deh. Bukan ceweknya yang aku bayangin, melainkan Nomonya.
"Mau cari dimana?" Tanyaku pada Nomo. Sepertinya dia tak mendengar, karena suaraku terbawa angin.
"Nomo...!!! Mau kemana??!!" Aku lebih keras bertanya dan ia baru membalas.
"Udah diem aja!!" Ya memang. Dia kalau motoran gak suka ngobrol. Katanya ngobrol itu bikin gak fokus. Ya, Nomo itu paling juara soal keamanan berkendara. Juara juga untuk mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Dibalik otak mesumnya ternyata ada jiwa patriot. Patriot...!! P A T R I O T.
...Sampailah kami di suatu bengkel. Ada bapak-bapak di sana yang sedang membenarkan motor. Lalu kami berhenti, dan bapak bengkel itu ternyata tidak mau mengunjungi motorku. Alasannya banyak kerjaan. Dan lanjut kami cari lagi, tak mau lagi, dan hingga kami lelah mencari. Keputusasaan itu membuat Nomo ingin turun tangan sendiri membenarkan motorku yang sekarat. Katanya, meski sedikit, ia tau motor. Setidaknya membuat motor bisa jalan sampai bengkel. Tetapi itu akan dilakukan jika bengkel yang terakhir dikunjungi setelah ini tidak mau juga untuk membantu.
"Nggrennnnn..."
Kami kembali melaju. Melewati ruang yang menjadi angin karena kecepatan Nomo dalam berkendara. Dan tak lama, setelah Nomo berkendara dengan kecepatan cahaya, sampailah di bengkel terakhir. Bengkel ini malah letaknya dekat dari tempat macet. Hanya arahnya Utara. Sedangkan tadi berjalan ke Selatan lalu ke Timur lalu ke Utara dan itu muter. Rasanya seperti keliling dunia untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat. Tapi apa boleh buat, aku hanya ikut kemana Nomo akan pergi. Yang penting dapat tukang bengkel.
Di tempat bengkel terakhir ini, rupanya masih mas-mas teknisinya. Tanpa basa-basi aku langsung meminta tolong masnya dan sumpah aku tidak percaya, mas teknisi itu mau. Bener-bener deh itu mas, ajaib. Sejak saat itu aku jadi beriman kembali kepada Malaikat. Aku yang setengah atheis ini kembali percaya bahwa Malaikat itu ada, akan tetapi Malaikat yang berwujud manusia. Malaikat memang terkadang hadir dalam wujud entah apa saja. Seperti saat ini, malaikat itu hadir dalam wujud Nomo dan mas teknisi bengkel. Bukan malaikat 10 apa yang dikata agama. Lagian aku juga gak mau kalau misal yang datang malah salah satu dari 10 malaikat itu, Izroil misal. Ogah banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Hitam
RomanceTokoh utama dalam cerita ini adalah seorang gay, ia bernama Tano. Cerita ini bukan cerita cinta terus pacaran sesama jenis ya, atau cerita sex sejenis. Sama sekali bukan. Cerita ini hanya cerita seorang gay yang menyukai sahabatnya sendiri yang tida...