***
Abra dan syarena menuruni tangga dengan wajah segar dan cerah. Abra melingkarkan tangannya di pinggang syarena. Mereka turun saat waktu sudah menunjukkan pukul Sembilan pagi.“kayaknya mama ada di taman belakang deh sayang.” Ujar abra ketika keadaan rumah sepi.
“mas syaren malu, kita bangunnya benar benar udah kesiangan ini.” Jawab syaren dengan raut wajah cemas. Abra tersenyum dan menggenggam lembut tangan istrinya.
“ngak usah malu, lagian juga ini kan ulah mama.” Abra menghibur sekaligus menggoda syarena.
“sekarang kita temui mama dulu ya, tapi jangan marah sama mama ya sayang, kita kan kayak gini juga berkat bantuan mama juga.” abra menaik naik kan alisnya menggoda syarena.
Syarena tersenyum bercampur malu mendengar ucapan abra.
“iya mas syaren ngak marah kok.”
Setelah mendengar jawaban syarena, abra langsung membawa syarena ke belakang. Ternyata dugaannya benar mama sedang sibuk memotong bunga yang rusak. Ada juga alis yang sedang duduk selonjoran sambil main handphone.“ma…” suara abra menghentikan kegiatan alis dan arin. Kedua orang di depan nya ini tersenyum melirik tautan tangan mereka dan kemudian saling lirik penuh arti.
“ngak usah lirik lirikan.” Ketus abra santai seraya membawa syarena duduk di kursi.
“geser dek, pagi pagi malah selonjoran, cari kerja sana.” Ujar abra.
“yelah taulah kita kalau yang pagi pagi nya asyik bercumbu ria.” Balas alis seraya menggoda abra dan syarena.
Mama mendekati mereka dan duduk di kursi yang kosong.
“kalian udah sarapan?” Tanya arin dengan senyum cerah.
“nanti aja ma cari di luar.” Jawab abra. Syarena hanya diam dan membiarkan suami yang berbicara.
“oh yaudah ngak papa. Bagus sekalian kamu sama syarena bisa pacaran.”
Abra dan syarena tersenyum berpandangan seolah tahu kalau sang mama lagi senang karena rencananya berhasil.
“mama kok senang banget sih pagi ini.” Abra pura pura bertanya.
“ya jelas dong senang, anak sama menantu akhirnya…” alis berteriak kesakitan karena ada yang menendang kakinya.
Syarena dan abra mengalihakan pandangan merek kepada alis yang kesakitan.
“kemu kenapa dek?” Tanya syarena cepat bercampuk panik.
“ah biasa kalian seperti ngak tahu kelakuan alis aja. Dia kan orang nya suka aneh.” Mama dengan cepat menyela pembicaraan.
“yaudah tadi katanya mau cari sarapan kan, berangkatnya sekarang aja nanti ngak ada orang yang jual sarapan pagi.” Mama dengan halus mengusir anak dan menantunya. Alis sibuk mengelus kakinya yang kesakitan.
Abra dan syaren mengangguk kemudian pamit.
“kalu gitu kita pulang dulu.”
Mama mengangguk dan alis mencebikkan bibirnya.
“yaudah kalian hati hati di jalan, nyetirnya ngak usah ngebut.” Pesan mama arin yang diangguki mereka berdua.Setelah berpamitan abra dan syarena meninggalkan kediaman pratama dan ikut berbaur dengan pengemudi lainnya.
Dalam mobil abra menyetir dengan sebelah tangan. Tangan kiriny masih menggenggam tangan syarena.
“mas ngak papa nyetir dengan tangan sebelah?” Tanya syarena memndang abra yang focus menyetir.
“kenapa? Kamu ngak mau tangannya mas genggam?” abra memberikan ekspresi sedih nya. Syarena dengan cepat menggelengkan kepalanya.
“eh ngak kok mas. Syaren Cuma takut aja nanti mas kesusahan.” Abra terkekeh melihat ekspresi bersalah syarena.
“ngak papa sayang.” Jawab abra memberikan senyum teduhnya. Syarena mengangguk tidak memperpanjang masalah itu lagi.
Setelah beberapa menit hening, suara abra terdengar lagi.
“hari ini ke rumah sakit?”
“hhm iya mas, syaren ada jadwal lagi nanti siang. Sebenarnya pagi tadi jadwal syaren opersi sih tapi Alhamdulillah tadi dihubungi suster amy udah ada gantinya.” Jawab syarena lancar.
“yaudah ngak papa ya, pagi nya buat momen kita. Kamu ngak marah kan?” syarena mengalihkan pandangannya kepada abra yang tersnyum menggoda.
Syarena kemudian melototkan matanya.
“ngak boleh bahas lagi kata nya tadi udah janji di kamar.” Rengek syaren tiba tiba.
Lagi lagi abra tertawa.
“iya iya sayang, bercanda kok.”
Abra benar benar bahagia sekali mendengar jika syarena sudah mulai merengek dan bermanja kepadanya. Abra jadi menyesal kenapa dia menyia nyiakan waktu enam bulan ini jika dapat merasakan bahagia seperti ini. Tetapi biarlah terlambat daripada tidak, setelah ini dia akan berjanji akan membahagiakan istrinya.
Abra memandang syarena dengan senyum bahagianya yang dibalas syarena dengan senyum bahagia juga yang terpancar diwajah mereka.
***
Abra mengantar syarena ke rumah sakit. Hari ini abra juga pergi ke kantor nya buat memeriksa dokumen yang belum selesai dikerjakan.
Abra menghentikan mobilnya di depan gedung rumah sakit. Syarena melepaskan seatbelt nya dan mengambil tas di jok belakang. Syarena kemudian menghadap kepada abra dn berpamitan.
“nanti telepon aja kalau udah pulang ya, biar mas yang jemput.”
“iya mas, kalau gitu syaren pamit ya?” syarena mengulurkan tangannya yang langsung dibalas abra. Syarena mencium tangan sang suami dan dibalas kecupan bibir sama abra.
“semangat kerja ya sayang.”
“iya masku.., dah mas.” Jawab syarena gugup mendapat kecupan di bibir.
Syarena membuka pintu mobil dan tersenyum sebelum menutupnya. Syarena melambaikan tangan dan langsung melangkah masuk ke dalam rumah sakit tempat nya bekerja itu.
Abra memegang jantungnya yang berdetak dan hatinya yang menghangat setelah dapat perlakuan dari sang istri.“ah ternyata memang seindah ini melanjakan pernikahan dan menjalankan peran suami istri.” Gumam abra tersenyum.
Abra kemudian melajukan mobilnya meninggalkan parkir rumah sakit dan menuju kantornya yang memang tidak jauh dari tempat kerja istrinya.
Abra menghidupkan music yang ada di mobilnya dan ikut menyandungkan lirik lagu tersebut. Maklum saja hati abra sedang berbunga bunga.🌺🌺🌺
Gimana guysss????....😂😂😂
Jangan lupa berikan vote dan komentarnya yahhh. Pencet bintangnya guys⭐⭐
25/06/20
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE (REVISI) 👉E-BOOK DI PLAYSTORE/GOOGLE BOOK
Narrativa generaleGuys yang mau e-book nya bisa di download ya. Link nya ada di bio/profil wattpad aku ya!!! 🍃🍃🍃 Syarena angelica adalah seorang dokter spesialis bedah umumyang terpaksa menikah karena permintaan seorang pasien yang sudah dianggapnya sebagai orang...