***
Keadaan semakin kacau dan buruk. Prilly tidak sadar dengan apa yang dia lakukan. Dia mendorong Renata hingga kepalanya membentur ujung meja dan berakhir dengan pelipisnya berdarah.
Dia masih berdiri mematung, tanpa memiliki niatan membantu Renata yang meringis dan menyeka darah di pelipisnya. Tatapannya datar dan wajahnya memerah, menahan kabut emosi.
Dadanya naik turun dan perlahan kepalanya menggeleng. Tidak percaya. Dia shock!
Tidak mungkin....
Renata.... Ali... dan dirinya... tidak mungkin!
"Jangan membuat drama yang menjijikan seperti ini!" Desisnya tajam.
Renata berusaha berdiri tegap meski kepalanya terasa pening. Benturan mengenai pelipisnya terasa nyeri dan satu tangannya menekan kuat pelipisnya yang berdarah dengan harapan dapat menghentikan darah yang keluar.
Sembari meringis, Renata mencoba melangkah mendekati Prilly yang semakin menjauhinya. Jangan lupakan tatapan tajam penuh kebencian yang perempuan itu berikan padanya. Kepalanya semakin pening, penglihatannya memburam, dan dia merasa tempat yang dia pijaki saat ini berputar dengan dahsyatnya hingga tidak lama setelah itu kegelapan menutup akses penglihatan. Dia jatuh terkapar dengan darah yang mengalir dari pelipisnya, kedua matanya terpejam rapat sebelum pada akhirnya indera pendengarannya menangkap suara yang meneriaki namanya.
Setelah itu... semua gelap, tak terlihat. Kesadarannya hilang dan dia tidak tahu lagi apa yang terjadi setelah ini.
***
PLAK
"Brengsek kamu, jalang!"
Duk
Prilly meringis saat Ali tiba-tiba mendorong tubuhnya hingga membentur dinding. Sakitnya bukan main-main, sampai-sampai dia merasakan perutnya seperti ditusuk oleh benda tajam dan punggungnya terasa remuk.
Dorongan Ali tidak main-main. Di detik selanjutnya, tubuhnya merosot dengan satu tangan menekan kuat pinggangnya saat merasakan nyeri luar biasa di perutnya.
Tes
Ini gila! Ini kedua kalinya Ali mendorong tubuhnya hingga membentur dinding dan dia tidak selemah saat ini sampai-sampai meneteskan air mata. Sial.
Saat dia hendak menghapus air matanya, tiba-tiba kedua pipinya dicengkeram begitu kuatnya hingga bibirnya maju ke depan. Rahangnya sakit karena cengkeraman Ali tidak main-main. Kasar dan menyakitkan.
"Dua kali. Dua kali kamu menyakiti wanita yang aku cinta. Dua kali kamu telah membuatnya terbaring tidak berdaya di rumah sakit. Kalau kamu ingin membalas dendam, jangan padanya. Balas dendamlah padaku! Dia...dia sudah hancur. Dan kehancurannya itu karena dirimu, sialan!"
Prilly memejamkan matanya mendengar teriakan Ali tepat di depan wajahnya. Wajah Ali memerah dan rahangnya mengeras dengan urat-urat yang timbul di bagian lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Husband [ END ]
RomanceKehidupan Prilly begitu miris. Suaminya selingkuh dan menceraikannya begitu saja meninggalkannya bersama anaknya yang baru menginjak usia 4 tahun. Lebih miris lagi, suaminya yang kaparat itu tanpa tahu malu meminta 'jatah' padanya nyaris setiap mala...