Kehidupan Prilly begitu miris. Suaminya selingkuh dan menceraikannya begitu saja meninggalkannya bersama anaknya yang baru menginjak usia 4 tahun. Lebih miris lagi, suaminya yang kaparat itu tanpa tahu malu meminta 'jatah' padanya nyaris setiap mala...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Tolong tandai bagian yang typo... Selamat membaca...
Saat kedua matanya terbuka, tatapannya langsung jatuh pada selang infus yang menancap di punggung tangannya. Tanpa bertanya siapa yang membawanya ke tempat yang berbau obat-obatan ini, dia menggerakkan satu tangan kirinya yang terbebas dari selang infus untuk melepas infus yang menancap di tangan kanannya.
Namun, baru saja tangannya mulai mengambil ancang-ancang menarik infus di punggung tangan kanannya, tiba-tiba tangan kekar mencengkeram lengan kanannya dan satu ringisan lolos dari mulutnya. Dia mendongak dan tatapannya jatuh pada mata elang milik lelaki yang telah membuatnya seperti saat ini, hancur dan tak ternilai.
"Lepas!" Gumamnya dengan suara lemah.
"Berhenti bertingkah bodoh yang berdampak buruk bagi calon penerus keduaku!"
Mendengar bentakan dari Ali, Prilly menelan salivanya dengan dada sesak. Jadi... itu semua nyata? Bukan mimpi? Dia... dia benar-benar mengandung benih mantan suaminya. Ini menyakitkan, tapi dia juga merasa bahagia karena akan kembali dipanggil dengan sebutan 'Mama'.
Tapi... apa dia tetap bahagia meski keadaan tidak seperti dulu lagi?
"Bagaimana bisa?" Lirihnya dengan pandangan lurus ke depan.
Tersenyum sinis, Ali menjauhkan tangannya dari lengan Prilly dan melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya tajam dan terus menyorot wajah pucat sang mantan istri. Dia merasa... dia telah berhasil menggenggam semua yang dimiliki mantan istrinya. Berhasil membuat hidup mantan istrinya hancur melebihi Renata, istrinya.
"Tentu saja bisa. Sebelum kita bercerai, bukankah kita sering melakukan hubungan intim? Apalagi yang perlu dipertanyakan? Semua sudah jelas dan kamu... cukup jaga baik-baik calon penerus keduaku."
Prilly tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Yang jelas, rasa sakit itu terus menghantamnya dan mendorong air matanya untuk jatuh dari pelupuk matanya. Dia menangis dengan tatapan kesakitan tak terdefinisi. Jika dalam keadaan normal, mungkin dia akan sangat bahagia mengandung benih dari lelaki setampan Ali. Tapi sekarang... keadaan berbeda. Semua tidak berpihak padanya.
Mencoba tegar, dia mengarahkan tatapannya ke arah mantan suaminya yang tersenyum penuh kemenangan. Sudah dia duga, mantan suaminya memang berencana membuatnya kembali hamil. Mirisnya, dia tahu alasan mantan suaminya membuatnya kembali hamil. Karena kesalahpahaman di masa lalu yang berdampak buruk baginya. Dia tidak bersalah tapi dia menjadi tersangka utama. Ini menyakitkan dan tidak adil.
"Berapa usianya?"
Membasahi bibir bawahnya, Ali mencoba mengingat berapa usia kandungan mantan istrinya yang dia ketahui kemarin, tepat di saat sang mantan istri pingsan karena tak sengaja dia cekik. Tak sengaja? Ah, sepertinya bukan, lebih tepatnya, dia niat mencekik mantan istrinya karena telah membuat Renata nya kembali terbaring lemah di rumah sakit.