#15

919 90 12
                                    


Amber berjalan santai, bintang bintang berjajar tak beraturan memenuhi langit di malam ini. Saat ini Pikirannya dipenuhi tuan jung, apa yang harus ia katakan pada krystal? Tentu saja ini bukan urusan dia tapi rasanya tidak baik jika hanya membiarkan hal buruk terjadi begitu saja dihadapannya, terlebih lagi dia bukan orang lain melainkan ayah dari temannya. Beberapa mobil hitam melewati dirinya, membuat debu jalanan beterbangan. Tiba dipekarangan rumah, amber menyimpan sepatunya seperti biasanya di rak sepatu, dari luar lampu rumah nampak masih menyala, mungkin seulgi belum tidur meskipun biasanya jam segini sudah beristirahat. Amber membuka pintu perlahan berusaha agar tak mengeluarkan suara, agar tak mengganggu orang rumah.
"Plakk!" barusaja pintu terbuka, seseorang menampar amber dengan keras.
"Mommy?" amber terkejut melihat keberadaan ibunya, seulgi dan jeno sedang duduk di meja makan memeperhatikan dirinya dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan. Terlihat Darah segar keluar di ujung bibir amber akibat tamparan tadi.
"Kenapa kau sangat keras kepala? Aku hanya memintamu ikut denganku! Apa salahnya ikut dengan ibumu sendiri? Daddymu..." nyonya vic berhenti di kalimat akhirnya, suaranya bergetar dan sangat keras.
"Apa? Daddy kenapa?" amber tak kalah teriak.
"Apa karena daddy bangkrut aku harus ikut padamu?" amber menyeka darah di ujung bibirnya.
"Aku hanya memintamu ikut denganku, kau tidak perlu bekerja keras seperti ini" nyonya vic menunjuk pakaian amber yang kotor dan wajahnya yang kelelahan, memelankan suaranya prihatin dengan kondisi anaknya.
"Aku... Aku tidak mau! Disini aku akan berusaha yang terbaik untuk diriku sendiri, aku tidak suka jika harus selalu dibawah peri tahmu, aku bukan karyawanmu, aku berhak punya kehidupan yang aku inginkan, tolong hormati kehidupan pribadiku, aku sudah dewasa mom." mata amber mulai memerah sedikit berkaca kaca.
"Semua tidak akan selalu berjalan lancar jika hanya ditampar olehmu, asal mommy tahu, semua orang selalu akan bekerja keras untuk hidupnya. Aku akan tetap disini tak peduli jika aku harus menjadi pewaris perusahan atau aku hanya akan kelaparan" nyonya vic terdiam mendengar ucapan amber.
"Kau melawanku? Baiklah kita lihat nanti!" Nyonya vic mengambil tas nya yang tergeletak dilantai, melirik sejenak rumah sederhana ini kemudian pergi.

.....
"Aku bingung harus berbicara apa" tuan jung memutar kursinya menghadapkan kedepan, kepada seseorang yang sedang ia ajak bicara.
"Ye?" Amber mengangkat refleks kepalanya yang tertunduk.
"Kau tahu krystalkan? Dia anak ku, saat pagi lalu aku yakin kau pasti mendengar semua percakapanku dengannya" tuan jung membuat amber gugup.
"Maafkan aku, aku tak bermaksud bertingkah tak sopan tapi...."
"Tak apa, aku hanya meminta kau untuk merahasiakan hubunganku dengan krystal, dia sangat malu memiliki seorang ayah sepertiku, kuharap kau juga merahasiakan apa yang terjadi di bar malam itu, dia akan sangat sedih jika mengetahuinya" tuan jung sangat serius atas ucapannya, dibalik perselingkuhannya dia juga masih mengkhawatirkan anak semata wayangnya.
"Aku tak berhak menyebarluaskan hal seperti itu, tapi kuharap kau bisa segera mengakhirinya" amber hendak pergi meninggalkan ruangan pak tua ini.
"Dan atas tattomu itu, Aku takkan mengeluarkanmu dari sekolah ini selama rahasia antara kita berdua aman" tuan jung sedikit mengancam amber, namun untungnya mereka memiliki kelemahan masing masing.
"Gamsahamnida" amber menunduk kemudian pergi. Pantas saja luna selebay itu ketika aku menanyakan tuan jung dan krystal, jadi karena ini dia bersikap seperti itu, tak ingin ada orang lain yang mengetahui hubungan ayah dan anak ini.
Amber hendak menuju kursi taman belakang, tempat yg paling nyaman untuk dirinya sejak ia masuk sekolah ini, hening tak ada siswa lainnya yang menempati kursi pojok ini atau berada disekitar sini.
"Krystal?" Ternyata sudah ada orang yang mendahuluinya ke tempat ini. Krystal memperbaiki posisi duduknya membelakangi amber.
"Kau baik baik saja?" Amber memegang pundak krystal melirik wajah krystal yang sedang menangis. Krystal menepis tangan amber dan mengusap air matanya. Amber tak bisa mengerti sikap krystal yang seperti ini, jutek. Beberapa kali amber mencoba berbicara namun tak dihiraukan krystal. Untuk beberapa saat mereka tak terlibat percakapan. Krystal nampak sangat cantik meskipun dilihat dari samping, hidungnya mancung, sorot matanya tajam, bibirnya merah menggiurkan. Tanpa sadar tiba tiba amber menarik lengan krystal, ia masih menilik tiap inci wajah tirus krystal, perlahan dan dengan penuh perasaan. Seperti tahu apa yang akan dilakukan amber padanya, krystal menuruti isi hatinya membalas perlakuan amber dengan lembut dan perlahan memperhatikan bibir bawah amber yang juga merah dan tebal dengan sedikit luka di ujung bibirnya, mereka saling mendekatkan wajah mereka dengan perlahan, sangat menginginkannya namun masih ragu ragu tinggal beberapa senti.
"Kriiiiiing" bel masuk berbunyi, membatalkan ciuman mereka.

Wrapped in love tattoos (Kryber)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang