Setelah lama berjalan tanpa arah, akhirnya gadis itu menghentikan langkahnya. Bukan karena lelah atau apa. Tapi karna pemandangan yang ada di depannya inilah yang membuat langkahnya terhenti. Pemandangan sebuah Danau yang sangat indah. Perpaduan warna biru dari air Danau dengan warna hijau dari pepohonan yang mengelilingi sekitarnya, menambah keindahan Danau itu.
Aleta merutuki dirinya sendiri karena sudah mengikuti kemana kata hatinya ingin membawanya pergi. Jika dia mengetahui kalau kata hatinya akan membawanya ke Danau ini, maka dia akan lebih memilih untuk langsung pulang.
Huft
Terdengar hembusan kasar yang berasal dari bibir mungil gadis bernetra coklat tersebut.Sedetik kemudian, Aleta memandangi Danau yang ada di depannya dengan seksama. Tempat yang sudah tidak asing lagi baginya, bahkan dia sangat kenal dengan tempat ini.
Bagaimana tidak? Karena Danau ini merupakan salah satu tempat favoritnya dengan Vindra .
Tempat dimana mereka menghabiskan waktu mereka setiap sore disini.
Tempat yang sangat indah tapi jauh dari keramaian. Berada di tengah Hutan dan jauh dari rumah penduduk, itulah sebabnya.
Sunyi, sepi, tenang, nyaman, itu semua dirasakannya ketika berada disini. Itulah sebabnya dia dan Vindra menjadikan Danau ini sebagai tempat favorit mereka.Danau yang menjadi saksi kedekatan mereka, dan tempat yang menjadi pelarian ketika mereka sedang merasa senang atau sedih.
Juga sebagai tempat yang tanpa mereka sadari menjadi saksi berpisahnya kedua insan tersebut.Sekarang Danau ini merupakan salah satu tempat yang sangat dihindari Aleta. Bukan tanpa sebab, karena tempat ini memiliki banyak kenangan yang tidak bisa dilupakannya. Oleh sebab itu sebisa mungkin dia menghindari tempat - tempat yang bisa membangunkan kembali kenangannya bersama Vindra.
Tapi nasi sudah menjadi bubur. Tempat yang sangat dihindarinya malah menjadi tempat yang didatanginya sekarang.
Aleta POV
Aku masih bergeming di tempatku berdiri. Tidak ada niatan untuk beranjak sedikit pun. Rasanya sangat sulit untuk meneruskan langkahku . Tetapi tetap berdiri disini juga tidak ada gunanya. Toh aku juga sudah sampai di tempat ini. Tempat yang bahkan tidak akan aku lupakan sampai kapan pun. Tempat dimana menyimpan banyak kenangan indah yang tidak akan bisa aku lupakan, bahkan aku tidak mau melupakan kenangan itu.
Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa semua akan baik - baik saja. Sebelum aku datang kesini aku sudah menyiapkan diri sebaik mungkin. Jika aku memutuskan untuk bertemu dengan Vindra, itu artinya aku harus siap menghadapi Vindra dengan segala konsekuensinya.
Huft
Entah keberapa kalinya hembusan kasar itu keluar dari mulutku. Yang jelas sekarang aku tidak ragu lagi untuk melanjutkan langkahku.
Aku memperhatikan sekitarku untuk mencari objek yang sedang aku pikirkan. Belum sampai satu menit, aku sudah menemukan objek itu.Kulangkahkan kaki ku menuju objek itu dengan sangat pelan dan hati - hati. Bukan karena kembali ragu. Alasannya karna banyak tumbuhan berduri dan ranting - ranting yang bisa melukai kaki ku kapan saja jika aku tidak hati - hati. Aku terus memperhatikan setiap langkahku, dan tujuanku kali ini adalah pohon yang lebih besar dari pada pohon yang lain.
"Ayo Aleta. Ini hanya kenangannya, bukan orangnya. Kamu tidak perlu gugup." Aku terus memberi semangat kepada diriku sendiri sampai akhirnya tiba di pohon yang sudah aku tuju.
Author POV
Ketika sudah sampai depan pohon yang dituju, Aleta segera mendongakkan kepalanya. Di atas sana terdapat sebuah rumah pohon yang sederhana. Diamatinya sebentar rumah pohon itu, kemudian dia segera pindah ke sisi lain pohon untuk menaiki tangga yang tersedia.
Aleta POV
Ketika aku mendongakkan kepala, aku bernafas lega karna rumah pohon itu masih tetap disana. Tanpa buang waktu lagi aku segera pindah ke bagian belakang pohon ini untuk menuju tangga yang digunakan sebagai akses menuju rumah pohon. Aku mulai menaiki tangga dengan hati - hati. Rumah pohon ini tidak terlalu tinggi, tetapi tetap saja aku harus berhati - hati agar sampai ke atas.
Setelah menaiki tangga satu - persatu. Akhirnya aku sampai juga di atas. Aku amati rumah pohon yang ada di depanku. Rumah pohon yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil ini dibuat oleh Vindra senyaman mungkin untuk kami berdua.
Aku melangkahkan kaki ku menuju pintu rumah ini, setelah sampai aku mencoba membukanya.
Ceklek
Ceklek
Ceklek
Aku mencobanya sampai tiga kali tetapi pintu itu tetap tidak bisa terbuka." Astaga " aku menepuk dahiku cukup keras setelah ingat suatu hal.
" Kenapa aku bisa lupa kalau rumah pohon ini di kunci." Aku meringis mengingat kunci rumah pohon ini ada di rumah lamaku. Sedangkan yang satunya di bawa oleh Vindra.
Author POV
Karena Aleta tidak bisa masuk ke dalam, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di luar rumah pohon dengan posisi kaki yang menggantung ke bawah. Sedangkan dagunya bertumpu pada kayu yang di gunakan sebagai pembatas rumah pohon ini.
Dari atas sini dia bisa menikmati pemandangan dengan leluasa. Bahkan Danau yang sudah indah, bertambah berkali - kali lipat keindahannya ketika dilihat dari atas sini.
Sudah cukup lama Aleta diam dalam posisi seperti itu sambil memandangi Danau yang ada di bawahnya. Sesekali dia memejamkan mata untuk menikmati hembusan angin yang terasa lembut ketika menerpa wajah cantiknya.
Tanpa sadar, itu semua membawanya kembali untuk mengingat masa lalu. Waktu dimana pertama kali dia bertemu dengan Vindra.
Flashback on
Yuhu aku kembali 😅
Sampai sini dulu ya buat chapter ini
Sampai jumpa di Bab selanjutnya 😘
Jangan lupa vote + comment 🙏
Btw di bab selanjutnya Aleta udah mulai flashback Lo tentang kisahnya sama Vindra. Jadi tunggu ya 😘

KAMU SEDANG MEMBACA
ALETA (HIATUS)
RomansaCerita Pertama Guys 😄 Novel ini mengajarkan tentang apa arti sesungguhnya dari sebuah penantian dan harapan dari suatu hal yang tidak pasti. Novel ini juga mengajarkan arti dari sebuah pengorbanan. Mungkin cerita ini sudah biasa. Tetapi aku ingin m...